Int |
Sabtu, 26 Desember 2015
Santa dari Jazirah
Sabtu, 05 Desember 2015
SURAT TERBUKA UNTUK MASYARAKAT PANGKEP
Senin, 16 November 2015
TRAGEDI PARIS DAN 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA
Akhirnya saya sempat menuliskan ini (setelah kesibukan untuk mengurus urusan umat, politik di daerah).
Tentang tragedi yang terjadi di Paris beberapa waktu lalu yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Kita menyebut itu sebagai teror. Dan pelakunya adalah teroris. (Saya sepakat sampai sejauh ini). Hanya saja, hal yang kemudian terjadi adalah adanya kelompok tertentu yang mengklaim aksi kejahatan kemanusiaan itu sebagai aksinya dan dengan bangga mereka menganggap itu jihad. Mereka menganggap sedang berjuang di jalan Tuhan.
Yah, mereka adalah ISIS. Kelompok teroris yang menggunakan simbol agama islam untuk melegalkan setiap aksi pembunuhan dan pengrusakan yang mereka lakukan. Parahnya mata dunia di'setting' untuk melihat ini sebagai aksi yang dikaitkan dengan agama islam.
Sebagaimana aksi 11/9 di Amerika dahulu yang tiba-tiba kelompok militan Osama Bin Laden mengaku sebagai penanggungjawab aksinya. (Benang merah propagandanya sama persis). Dan ini menyebabkan mata eropa.yang memang resisten dengan agama islam meresponnya dengan sangat berlebihan. Mereka pasti akan mendapat dukungan agar mereka masuk menginvasi suriah tempat ISIS kini bersarang. [Tapi, kita tinggalkan dulu apa yang akan terjadi setelah ini yang merupakan konspirasi dari Uni Eropa di Timur Tengah].
Saya ingin mengaitkan tragedi ini dengan sebuah film yang mengambil Eropa, Paris sebagai latar ceritanya. Filmnya berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa.
Dalam film itu ditangkap pesan bahwa di Paris Seorang Napolean Bonaparte dikatakan memeluk islam dengan adanya bangunan monumental yang dibangun, dimana bangunan itu membentang sebuah jalan lurus yang diberi nama "Jalan Kemenangan" (dalam bahasa perancis tentunya). Dijelaskan bahwa ternyata jalan kemenangan itu jika ditarik sebuah garis imajiner (ini istilah matematika) akan bertemu pada titik kordinat pada bangunan di kota mekkah, ka'bah.
Namun, dalam cerita filmnya kita memang mendapati bagaimana islam di Eropa sana menjadi hal yang dibenci dikarenakan pada sebuah museum terdapat peninggalan Mustafa Pascha seorang panglima perang dinasti Ottoman yang menaklukkan Wina (Jerman) dengan darah dan membunuhi banyak orang disana. Itu adalah kenangan yang membuat masyarakat disana lebih melihat Islam diwakilkan oleh Mustafa Pascha yang dianggap biadad. (Sehingga rasanya memang wajar jika Islamphobia berkembag di Eropa).
Di akhir cerita ada pesan mendalam yang disampaikan para tokoh, bahwa sebagai umat islam marilah kita menjadi agen-agen islam yang ramah, menyebarkan kebaikan sebagaimana akhlak Rasulullah. Jangan sampai islam diwakilkan oleh mereka yang biadab dan anti kemanusiaan seperti Mustafa Pascha di masa lalu. Dan tentunya ISIS hari ini juga malahan dianggap oleh Eropa sebagi agen islam dan paling mewakili islam. Jadilah islamophobia berkembang.
Karenanya kejadian di Paris yang terjadi itu adalah setali mata uang dengan konspirasi 11/9 di Amerika dulu. Mencoba melakukan "dubbing massal" agar dunia melihat Islam diwakili kelompok radikal semisal ISIS yang akan membunuhi setiap.orang yang berbeda dengan keyakinannya.
Karenanya untuk menghadapi perang ini, kita semua harus ikut menjadi agen-agen islam yang ramah dan menjadi rahmat bagi sekalian alam.
(Kita bersedih dan mengutuk setiap tragedi kemanusiaan di belahan dunia ini yang dilakukan kelompok atas nama agama, apapun itu)
:::Jadilah agen islam yang menyebarkan senyum dan kedamaian:::
Kamis, 12 November 2015
Kau adalah Sajak yang Tak Henti Bernarasi
Kau adalah Oase di padang tandus atau selayaknya hujan di kemarau. Aku adalah benih yang lahir dari air matamu di tengah padang saat kemarau.
Kau juga kusebut sebagai jingga senja yang melewati detik waktu hingga kemerahan di langit ufuk barat. Selalu membawa rindu untuk melihatnya datang memerah bersama keindahan.
Kau juga adalah gelombang yang terus saja berani menantang pantai walau tahu akan pecah di tepian. Gelombamg yang akan terus saja datang berulangkali sekedar untuk menyampaikan kerinduan dan menghapus jejak tapak pada pasir.
Kau adalah bagian, yang darimu aku datang. Kau adalah Aku di waktu yang lain, dalam banyak hal yang aku belajar mengerti.
Terima kasih atas hidup yang telah dipersembahkan untuk menjadikan sebuah bangunan sebagai tempat untuk selalu kembali. Tempat untuk mengobati luka pada rindu yang menggerogotinya. Tempat untuk membasuh air mata saat dunia menjadi begitu amat memuakkan. Itulah rumah yang dimana kau, tiga orang perempuan dan aku hidup dalam naungan kasih Tuhan.
Tetaplah sebagai sajak yang tak pernah berhenti bernarasi. Sebagai oase yang terus menghapus dahaga atau sebagai hujan yang datang di kemarau.
Seperti, selaknya jingga, ombak, atau apapun yang membuatmu begitu berarti.
Dan jika ada rangkaian kata yang harus kuucapkan padamu hari ini adalah "terima kasih untuk telah menjadi ayah bagi kami. Menjadi suami dan menjadi Guru yang hebat buat kami. Semoga atas itu, Tuhan selalu memberkati atas usia dan sisa umur yang ada.
Salamun qaulam mirrabbi rahim.
#SpesialThankForMyFather #panjangumurmuuntukterusberbakti
Minggu, 08 November 2015
Aku Ingin Seperti Sherlock Holmes
Sabtu, 07 November 2015
Secangkir Rindu Seperti Kopi
Alhasil kopi yang dihadapkan pada saya harus kuseruput sebagai penghormatan atas yang membuatnya.
Saya membatin, "pasti saya akan menempuh malam yang panjang untuk tak lelap".
Kopi kuhabiskan. Jantung berdegup kencang memicu adrenalinku. Seakan ada aliran.darah yang begitu kuat untuk tetap membuat mata terjaga.
Akhhh... saya ingin cepat pulang walau kutahu bahwa ini sudah terlambat.
Masih terjaga. Segelas kopi penuh yang dihidangkan memang adalah ramuan ampuh untuk membuat penikmatnya tetap terjaga. Mungkin ini alasan biji pahit itu terkenal di seluruh dunia, di setiap negara. Khasiatnya memang luar biasa.
Lalu, bagaimana denganku yang terhukum karena menyeruput kopi itu? Jam segini saya menjadi lapar. Dan mata semakin tak bisa pejam.
Tiba-tiba rindu menyerangku. Kali ini tak biasa. Bertubi-tubi datang menggebu.
Akhirnya, saya menemukan dua alasan sebagai sebab untuk tidak bisa tidur malam ini. Satu karena kopi yang kuseruput dan lainnya adalah karena rindu yang terselimut.
Sudahlah...
Saya nikmati saja. Pertama saya obati rasa laparku dulu. Kedua kuobati rasa rinduku? tapi bagaimana? Sementata kutahu bahwa rindu adalah petaka bagi pecandunya yang tak bisa menemukan perjumpaan pada yang dirindukannya.
Saya menikmati sunyi meradang, menikmati rindu yang bergelimang.
Lain kali, saya takkan tergoda untuk menikmati kopi lagi jika tak butuh untuk terjaga.
Tapi, saya selalu butuh rindu meski kutahu ia bisa merajamku berkali-kali dengan sepi dan rasa sakit untuk menahan perjumpaan.
Biarlah... nikmati saja.
Karena kopi dan rindu adalah dua hal yang memang sulit dipisahkan.
Semakin diaduk, semakin merindu.
Kopi diaduk, malam yang larut. — bersama Salsabil.
Jumat, 06 November 2015
Apa Jadinya, Lelaki Penikmat Hujan di Tengah Kemarau Panjang?
Politik Untuk Kemanusiaan
Politik hari ini dicitrakan sesuatu yang buruk, penuh intrik dan hal kotor lainnya. Begitupun dengan momentun politik yang ada di dalamnya, dijadikan sebagai tujuan kemenangan yang harus dicapai tak peduli ditempuh dengan cara apapun.
Sayangnya, kebanyakan orang yang justru harusnya sadar ikut mengasumsikan politik sebagai sesuatu hal yang seperti di atas. Mereka lupa apa yang dimaksud dari politik itu sendiri.
Seperti apa yang dikatakan Aristoteles bahwa politik adalah bagian dari dimensi kemanusiaan. Manusia dikenalkan olehnya sebagai "human politica", yang artinya tak bisa dilepas dari politik. Politik sendiri dianggapnya sebagai sebuah rumusan baku kesepakatan yang ada di.masyarakat untuk menentukan tujuan bersama. Dalam hubungan politik inilah disepakati aturan menyangkut kehidupan bermasyarakat.
Apa yang disampaikan Aristoteles itupun dinarasikan kembali oleh banyak orang. Satu diantaranya adalah Guru Bangsa, Gus Dur yang dalam pernyataannya terkenal bahwa yang paling penting dari politik adalah kemanusiaan. Ini senalar dengan yang dimasudkan bahwa politik adalah dimensi kemanusiaan itu sendiri.
Sehingga, menjadi heran saat ada kaum yang pernah mengenyam pendidikan politik malah berkata dan ikut menganggap bahwa politik itu permainan intrik dan bisa ditempuh semua jalan dalam memenangkan momentum politik yang ada.
Saya jadi berpikir, bagaimana kondisi jiwa orang yang mengatakan seperti itu? Jika merujuk pada perkataan Aristoteles maka orang yang menganggap politik itu kotor dan boleh menghalalkan segala cara (termasuk cara kotor nan bau sekalipun) adalah orang yang jiwanya juga kotor, sekotor cara yang dibolehkannya untuk dilakukan.
Ahh... sudahlah.
Pada sebuah titik nadir sekalipun, nilai kemanusiaan tak boleh tergerus. Itu yang menjadi prinsip saya. Termasuk dalam politik, saya tak pernah sepakat dengan bahasa mereka yang memandangnya sebagai sesuatu hal yang kotor dan boleh menempuh segala macam cara (kotor) dalam memenangkannya.
Politik adalah bagian tak terpisahkan dalam keyakinan saya. Makanya saya dalam memilih pandangan politik harus dengan penuh pertimbangan. Karena politik sangat erat kaitannya dengan memilih kepemimpinan, maka tak bokeh asal mengikut pilihan apalagi sampai ingin menghalalkan semua cara. Bukankah dalam keyakinan yang kita anut, amat jelas pembeda mana salah dan benar? lalu apakah bisa diampuni manusia yang mengabaikan nilai luhur keyakinannya untuk digadai atas nama politik?
Berlaku adillah, sejak dalam pikiran!
Kamis, 15 Oktober 2015
Filosofi Air, Tanah, Api dan Udara
Ada banyak hal yang disampaikannya, saya duduk berusaha mendengarkannya dengan amat baik.
Kita sebagai manusia dipenuhi oleh empat unsur kehidupan.
Api, Angin, Tanah dan Air. Masing-masing menjelaskan dirinya. Dan ini terangkum dalam meditasi yang kita lakukan setiap harinya.
Berdiri itu Api. Saat berdiri kita sedang melatih spirit/semangat dalam diri kita untuk tetap berkobar. Dalam hal ini kita membakar kemalasan dan sifat lain yang berkenaan dengannya.
Ruku itu Angin. Angin selalu bergerak maju, mendorong dan menggiring. Dengan ruku kita akan melatih diri untuk tetap istiqamah bergerak dalam ukuran yang seharusnya (tidak berlebihan dan tidak kerendahan).
Duduk itu Tanah. Tanah melambangkan ketabahan, ketenangan dan kesabaran. Dalam dimensi ini kita akan berlatih menguatkan kesabaran, tidak mudah terprovokasi. Dengan duduk menyentuh tanah, menyambungkan diri dengan inti Bumi yang tabah dan bergerak dalam kesabarannya, menjaga diri untuk selalu seimbang.
Sujud itu Air. Air adalah tawaddu. Selalu mengalir ke kerendahan, bagaimanapun tingginya berada. Air itu meresapi. Dengan sujud kita akan melatih diri dalam ketawadduan, rendah hati dan peduli.
Dan hebatnya, semua dimensi di atas terangkum dalam sebuah gerakan ritus yang diwajibkan.
"Maka, nikmat TuhanMu yang manakah akan (ingin) kau dustakan?"
Sabtu, 10 Oktober 2015
PANGKEP Sebagai Daerah Agropolitan
Sabtu, 26 September 2015
Hikmah Di Balik Tragedi Mina
Jumat, 25 September 2015
Oh My God : Saudi.. Oh... Saudi...(Sebuah Pandangan Atas Tragedi Mina)
Rabu, 23 September 2015
Sembelihan Agung Penebus Ismail (As)
Rabu, 09 September 2015
Di Bumi Panrita Lopi Rasa yang Kusemai Menjadi Rindu yang Kian Rimbun
Senin, 06 Juli 2015
Kenapa Syiah Memperingati Kematian Insan Teladan?
Rabu, 24 Juni 2015
Agama adalah Jalan Mengenal Tuhan Untuk MeniruNya
Minggu, 21 Juni 2015
Waktu Berbuka, "Sempurnakanlah Puasamu Hingga Malam (Lail)"
Seorang teman bertanya,
"Kenapa engkau tidak berbuka puasa bersama kami dan malah menahan beberapa menit lagi lebih lama? Bukan berbuka puasa disunnahkan untuk disegerakan?"
(Ini adalah perkara yang sangat sering saya jumpai dan ditanyakan kepada saya, saat sedang berada dalam undangan berbuka puasa.)
Saya tersenyum. Kujawab padanya bahwa 'Benar' disunnahkan untuk disegerakan. Tapi Allah Swt berfirman agar kita menyempurnakan puasa sampai datang Gelap (Malam). Bukan saat adzan magrib diperdengarkan.
".....makan minumlah sampai jelas benang putih dari benang hitam (fajar) dan SEMPURNAKANLAH puasamu hingga MALAM (LAIL)...." #QS. Al Baqarah 187
Bagi saya kata 'LAIL' tak memiliki oengertian lain selain malam. Dan itu menjadi patokan yang jelas untuk bisa berbuka. Menyempurnakan puasa adalah hal yang menjadi perintah dalam posisi ini.
Teman saya tercengang. Seperti dia baru tahu tentang ayat itu.
Kutambahkan lagi.
Jika kita adalah seorang pelari, yang mana berarti sampai finish diantara tiga kondisi.
1. Seorang yang berlari tapi berhenti sebelum sampai garis finish karena mengira sudah sampai di finish ternyata masih butuh satu putaran lagi.
2. Seorang yang pas berhenti di garis finish.
3. Seorang yang melampaui garis finish.
Tentu saja posisi 2 dan 3, katanya.
Nah, seperti itulah bagi saya waktu berbuka. Perintah Tuhan untuk menyempurnakan puasa sampai datang 'lail' (malam/ gelap) jelas sangat berbeda dengan aturan waktu berbuka berdasarkan jadwal imsakiyah ramadhan apalagi hanya karena adzan magrib (rekaman) yang diputar berulang setiap hari sebagai penanda berbuka puasa.
Karena itulah saya lebih memilih menahan lebih lama sampai datangnya gelap/malam. Sebagai rasa aman bagi saya bahwa puasa yang saya jalankan sesuai dengan waktu menahan. Bukan berhenti sebelum garis finish seperti pelari yang mengira dirinya sudah sampai. Lebih baik terlewat sedikit daripada tidak sampai. Menyegerakan berbuka itu hanya sunnah yang jika tidak dilakukan tidak mengurangi amalan puasa. Tapi mendahului waktu berbuka bisa berarti bahwa puasa itu tidak terhitung sempurna dalam menahannya meskipun hanya berbeda beberpaa menit saja.
Teman saya mengangguk seakan membenarkan.
"Tapi bagaimana cara menentukan bahwa waktu berbukanya sudah tiba atau telah datang malam?"
Silakan berdiri menghadap ke Langit. Saksikanlah apa yang ada di langit di tempat anda berdiri menuju arah timur. Jika dalam posisi tegak lurus ke timur tak ada lagi cahaya merah/ jingga di langit maka malam telah datang. Silakan berbuka.
SALAT TARWIH BERJAMAAH, BID'AH KHAZANAH?
Jumat, 19 Juni 2015
Me-REDEFENISI Waktu Berbuka PUASA
Puasa hari ini mengalami perubahan defenisi, tak lagi diambil dari rujukan pertama hukum puasa itu sendiri, yakni dalam Al Qur'an.
Saat sekolah dulu, dalam pelajaran agama kita diajarkan tentang rukun iman yang satu diantaranya adalah puasa. Puasa menurut dalam buku adalah menahn lapar dan haus serta dari appun yang membatalkannya mulai terbit fajar sampai TERBENAMNYA MATAHARI.
Apa yang terdapat dalam buku-buku pelajaran agama tidak mencantumkan darimana landasan hukum waktu puasa itu tentang terbenamnya matahari? Seperti apa kondisi yng dikatakan terbenamnya Matahari itu?. Begitu distuliskan. Tapi tak pernah kita menemukan ayat penyokong dari argumen untuk penetapan waktu itu (atau mungkin saya yang tidak ingat).
Itu di sekolah. Lain lagi dengan apa yang terjadi dan menjadi kebiasaan masyarakat kita hari ini yang rupanya juga memberikan definisi lain mengenai puasa.
'Puasa adalah menahan lapar dan haus sesuai jadwal imsakiyah ramadhan (yakni pukul sekian sampai dengan pukul sekian/adzan magrib dari media penyiaran seperti TV dan radio)'
Lalu mari kita merujuk pada apa yang dikatakan Al Qur'an tentang waktu berpuasa.
....makan minumlah sampai jelas benang putih dari hitam (fajar) dan sempurnakanlah puasamu SAMPAI DATANG MALAM/GELAP (ilal-lail)... Q.S Al Baqarah 187.
"SAMPAI MALAM" atau LAIL dalam Al Qur'an jelas adanya yang berhubungan dengan Gelap. Bukan bermakna sampai Adzan Magrib dari media penyiaran.
Kita akan mengambil defenisi LAIL sesuai dengan apa yang dijelaskan Al Qur'an. Setidaknya ada 92 Kata LAIL yang bermakna MALAM terdapat dalam Al Qur'an dan kesemua itu tidak ada yang merujuk bahwa LAIL berarti Adzan Magrib. Tapi saya hanya akan mengajukan 3 saja kata LAIL yang sudah bisa mewakili makna LAIL itu sendiri.
QS. Al Lail: 1
"Demi MALAM apabila telah MENUTUPI SIANG"
QS. Al Falaq: 3
..."dan dari kejahatan MALAM apabila telah datang GELAP GULITA.."
Q.S At Thariq 1-3
..."Demi langit dan yang datang pada MALAM hari. Tahukah kamu apa yang datang pada MALAM hari itu? Yaitu BINTANG yang cahayanya menembus"....
Dari ketiga kata Lail yng terdapat dari 3 Surat bisa diartikan bahwa LAIL yakni MALAM bisa didefinisikan pada tiga kondisi:
1. Tertutupinya Siang.
2. Datang Gelap Gulita.
3. Adanya bintang yang cahayanya menembus.
Jadi, maukah kita medefenisi ulang waktu puasa kita sesuai Al Qur'an?
Bukan sesuai jadwal imsakiyah yang patokannya adzan magrib.
(Semoga kita semua bisa diberi hikmah di bulan ini).
Kamis, 18 Juni 2015
AMALAN DAN ZIKIR MALAM PERTAMA
Imam Ja'far As Shadiq As berkata " Barangsiapa yang hendak mendapatkan hikmah, hendaklah ia mandi pada malam pertama ramadhan dengan air yang mengalir. Serta curahkanlah airnya sebanyak 30 cidukan tangan kanan ke bagian kepala. Niscaya ia berada dalam keadaan bersih hingga bulan ramadhan berikutnya"
ZIKIR MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Rabu, 17 Juni 2015
Mau Puasa atau Wisata Kuliner?
Jumat, 12 Juni 2015
Hujan yang Tak Bisa Kueja
Rabu, 20 Mei 2015
20 Mei, Mereka Sesumbar Melengserkan Jokowi
Minggu, 10 Mei 2015
Sumber Energi Terbarukan Penghasil Listrik Harus Digenjot
Minggu, 03 Mei 2015
Refleksi Hari Pendidikan Nasional, Apresiasi Buat Presiden Jokowi
Senin, 27 April 2015
[Dua Puluh Empatku] Ma'... Aku Lelakimu Kini Sudah Besar
Ingatanku tentang itu tak bisa dijamah.
Katanya seorang anak lelaki baru lahir.
Hari itu 27 April 1991.
Aku tak ingat hari itu.
Anak lelaki itu kini telah besar.
Anak lelaki yang kalian beri nama.
Anak lelaki yang besar dari tautan do'-do'a.
Tantang bagaimana seorang perempuan mengandungku.
Merawat dan menunggui dengan harap aku baik-baik saja.
Tentang bagaimana seorang perempuan mempertatuhkan hidup untuk memberiku kehidupan.
Minggu, 26 April 2015
[Mari Bersuara] #SaveBudayaPangkep ; Tolak EO Kapitalis
Sabtu, 25 April 2015
Seseorang Bertanya "Apa itu Cinta?"
Jumat, 17 April 2015
[Menyoal UN] Kebijakan Menteri Vs Sinetron TV
Senin, 06 April 2015
Keanehan Serangan Arab Saudi ke Yaman
PAULO FREIRE: POLITIK PENDIDIKAN KEBUDAYAAN, KEKUASAAN DAN PEMBEBASAN
Sabtu, 04 April 2015
Divergent-Insurgent: Persekongkolan dan "Pemberontak" di Yaman
Rabu, 01 April 2015
Islam Radikal Vs Islam Rahmatan Lil Alamin
Jumat, 20 Maret 2015
Palu yang Panas Nan Mempesona
Bertemunya Gunung dan laut di Palu (19/03/2015) |
Minggu, 08 Maret 2015
Kesadaran Milik Manusia Saja?
Selasa, 03 Maret 2015
Menyoal AHOK, Langkah Pion yang Tak Pernah Mundur
Ahok (Int) |
Hari ini media banyak memberitakan bagaimana Basuki Tjahja Purnama atau Ahok melakukan perlawanan terhadap ancaman dari DPRD DKI Jakarta. Dimana sebelumnya Ia diancam akan diberlakukan hak angket atas dirinya.
Tak menghiraukan itu, Dia malahan semakin menantang dan membuat beberapa Fraksi sebelumnya menarik diri untuk membatalkan hak angketnya. Dan itu membuat masyarakat semakin jeli melihat siapa mereka sebenarnya yanga ada di DPRD DKI Jakarta itu.
Ahok dalam mengambil langkah politiknya sedang memainkan peran sebagai 'Pion' dalam permainan catur. Meskipun pion ini dianggap remeh oleh musuh, tapi dia tak pernah memiliki kesempatan mundur. Dia harus terus maju menunjukkan bahwa dia siap mati untuk melindungi Ratunya. Ratu dalam hal ini bagi Ahok adalah Negaranya.
Senin, 23 Februari 2015
Tentang Syiah: #4 Mahdiisme
Sabtu, 21 Februari 2015
Salat Dhuha, Benarkah Dianjurkan Nabi?
"Kamu tidak mau Salat Dhuha dulu?" Tanyanya menganjurkan.
____________________________________
Kamis, 19 Februari 2015
Ada Peran JK Di Balik JoKowi
Saya tersenyum...
Berarti apa yang direncanakan oleh Pak JK berjalan baik. Bahwa beliau sengaja menahan diri untuk tidak memakai gaya kepemimpinan seperti ketika mendampingi SBY dulu. Pak JK tahu bahwa jika beliau saja yang sudah tua mengusung jargon 'lebih cepat, lebih baik maka Jokowi harus dua kali lebih cepat dan lebih baik darinya" (seperti apa yang dikatakannya dulu saat kampanye di Makassar).
SURAT TERBUKA UNTUK WALIKOTA MAKASSAR
Salam untuk wahai Bapak Walikota.
Semoga anda senantiasa diberi kesehatan untuk melihat bagaimana kondisi masyarakat kota yang sedang anda pimpin.
Rabu, 18 Februari 2015
Langkah Kuda Jokowi; Dan Tabib Penawar Racun Buah Simalakama
Gambar: Internet |
I Trust You, Mr. PRESIDENT
Minggu, 15 Februari 2015
Tentang SYIAH: #3 Nikah Mut'ah Dihalalkan Nabi, Hukumnya Tetap Hingga Akhir
2. Seorang bisa melakukan mut'ah sampai seribu kali dalam sehari.
3. Anak di bawah umur bisa dimut'ah.
4. Merusak nazab keturunan karena anak yang lahir tidak akan ditahu siapa ayah biologisnya (nazabnya) lantaran seorang perempuan bisa melakukan mut ah sebanyak yang ia inginkan dalam sehari.
5. Tidak adanya hukum waris antar anak yang lahir dengan bapaknya yang menyebabkan banyak anak hasil mut'ah terlantar tanpa nazab jelas.
6. Tidak mencapai hukum pernikahan untuk memperoleh keturunan karena hanya untuk memuaskan hasrat seksual.
7. Dan masih banyak tuduhan-tuduhan yang biasa dan sangat klasik selalu didengungkan.
Tentang SYIAH: #2 Imamah Bukan Teritorial Wilayah Kekuasaan
Tentang Syiah: #1 Syiah Dicaci, Syiah Dicari
Seseorang pernah bertanya "kenapa kamu bisa membela syiah sedemikian rupa, padahal itu aliran sesat dan sungguh bukan ajaran islam?"
Kujelaskan...