Kamis, 31 Maret 2016

Belajar dari Kisah Musa As; Berdo'alah dengan Kesungguhan, Pertolongan Tuhan Amat Dekat


Tuhan berkata pada Nabi Musa As untuk tetap berkata lemah lembut pada Fir'aun meskipun dalam terminologi kita Fir'aun adalam Pemimpin yang amat buruk perangainya bahkan sampai mencoba menyatakan diri sebagai Tuhan itu sendiri.
"Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut (Q.S 20 : 43  44)
Pelajaran berharga dari itu semua adalah Tuhan ingin mengajarkan kita makna kelembutan, meskipun dalam hemat kita tentu 'tidak masalah' untuk berkata kasar dan memaki pada orang se level Fir'aun ini. Tapi Tuhan tidak memerintahkannya. Malahan Tuhan memerintahkan berkata lemah lembut.

Aku dan Secangkir Kopi

::: Aku dan Secangkir Kopi :::

Seorang teman pernah datang padaku saat berada di sebuah warung kopi, disaat saya menikmati secangkir kopi (tentu saja, ini warung kopi bukan kafe yang ada pilihan selain kopi) dan membaca sebuah buku.

"Apa yang harus saya lakukan dengan hidupku, sepertinya apa yang saya pilih untuk menikah cepat adalah kesalahan" katanya.

Saya tersenyum.
Kutatap dua matanya yang sembab, ada bulir yang akan menetes dari sana. Kuseruput kopiku, lalu menepuk pundaknya.

Kawanku, hidup itu bagaikan secangkir kopi ini. Kopi ini tidak akan mungkin bisa langsung datang ke meja ini dengan paduan rasa yang nikmat seperti ini.

Kamu tidak mungkin merasakan manis selamanya seperti apa yang selalu kita inginkan. Karwna minum secangkir gula itu akan membuatmu mual.
Kita kadang butuh pahit seperti kopi ini dengan takaran yang sama. Dan anggaplah Tuhan sebagai peraciknya. Dialah yang kemudian memadukan manisnya gula dan pahitnya kopi dalam takaran yang pas dan dapat kita nikmati dalam secangkir kopi.

Temanku yang tadinya menunduk menatap kepadaku.
"Tapi kenapa mesti kopi? Bukankah gula dengan takaran yang pas juga bisa dinikmati tanpa merasa mual?"

Aku tersenyum.
Anggap saja kopi itu adalah sebuah peringatan dari Tuhan tentang betapa manisnya hidup yang sudah diberikannya.
Bayangkan saja, bagaimanapun banyaknya gula yang ada di dalam gelas ini, tetap saja kita akan mengatakan.ya secangkir kopi. Bukan secangkir gula.

Itulah pelajaran yang coba disampaikan Tuhan, bahwa meskipun jika dibandingkn dengan banyaknya nikmat yang diberikan tentu saja manusia hanya akan melihatnya sebagai masalah (ujian) bukan sebagai nikmt yng harus disyukuri.

Tapi dengan belajar dari secangkir kopi ini maka kita akan tahu bahwa apa yang ada sebagai pemberian Tuhan segalanya adalah nikmatnya. Pahitnya kopi harus ada sebagai penyeimbang manisnya gula yang kadang bisa membuat mual. Dan takarannya pasti pas, karena diseduh dengan takaran oleh Sang Ahli.

Jadikah secangkir kopi yang bisa kita nikmati dan menyenngkan ini.
Temanku tersenyum.
Dia menepuk pundakku lalu berlalu menuju kasir.
"Aku bayarkan kopinya kawan!" sambil melambaikan tangannya.

Kulambaikan tanganku.
Kuseruput kopiku. Betapa nikmat Tuhan selalu ada bersama kita yang mau menerima ketetapnnya dan melihat kuasaNya. Seperti secangkir kopi yang kunikmati gratis waktu itu.

Sajak Kepedihanku; Untukmu Pembinaku

Hujan berdenting begitu hebat, kusangka ia sedang mengamuk.
Entah. Aku memang memaknainya begitu.
Kutahu dalam iramanya selalu ada nada kerinduan.
Tapi, rupanya ia menyimpan pilu yang menyiratkan kepedihan.
Gelegar petir pun tak ingin kumaknai.
Karena kutahu ada berita duka lewat geram kepedihannya.
Sungguh lara hati menyelimutiku.
Tatkala sampai berita dukamu menerobos masuk dalam liang telingaku.
Serasa tak percaya.
Aku terdiam hendak merontah.
Kenapa rasanya begitu cepat engkau pergi tinggalkan dunia?
Rupa-rupanya engkau memang sakit.

Rabu, 30 Maret 2016

Budaya Siri na Pacce dalam Konteks Kepemimpinan


Bagaimana lagi kita bersikap? Di tengah permasalahan yang dihadapi bangsa ini sepertinya tidak henti-hentinya silih berganti datang secara beruntun mendera. Dalam kondisi masyarakat yang ‘sekarat’ ini, sepertinya kita tak memiliki harapan untuk keluar dari lingkar masalah yang menggerogoti ini. Kompleksitas masalah yang melanda masyarakat hari ini rasanya sudah cukup untuk menjadi penderitaan yang teramat menyedihkan bagi masyarakat kaum bawah, masyarakat miskin dan minoritas. Penderitaan yang harusnya juga kita rasakan bersama sebagai wujud kepedulian kita sebagai manusia, makhluk yang katanya memiliki rasa selain nalar yang dianugerahi sang pencipta. Tapi rasanya tatkala melihat kondisi masyarakat hari ini, maka bisa ditebak bahwa rasa kemanusiaan kita benar-benar telah terkikis oleh zaman yang semakin modern ini.


Berbagai masalah yang dihadapi masyarakat hari ini, sebenarnya jika kita ingin mengurainya lebih jauh maka kita akan sampai pada persoalan kepemimpinan. Yah, kepemimpinan yang tak mampu menjadi solusi terhadap permasalahan hari ini. Kemepemimpinan yang tak mampu menjawab tantangan zaman untuk memberi rasa kesejahteraan pada masyarakatnya. Kepemimpinan yang bisa dikata gagal karena tak dihuni oleh pemimpin yang layak dan memiliki karakter yang dibutuhkan masyarakat hari ini. Dimana pemandangan yang kita saksikan hari ini adalah tentang gagalnya berbagai pemimpin lembaga negara ini yang diberi wewenang, amanah dan tanggungjawab dalam menjalankan tugasnya untuk memenuhi sejahteranya masyarakat terungkap satu demi satu. Dan akhirnya, masyarakat menjadi terkhianati atas perilaku-perilaku pemimpin-pemimpin itu yang ternyata sibuk mengurusi kantongnya sendiri dan melupakan kepentingan masyarakat. 

Sebut saja berbagai kasus korupsi, suap, kolusi dan kasus lainnya menjerat pemimpin-pemimpin lembaga, institusi negara bahkan sampai pada partai yang harusnya menjadi tumpuan rakyat sebagai penyalur aspirasi terwakilkannya di parlemen negara ini. Bahkan yang masih hangat sampai hari ini adalah kasus suap yang melibatkan Mantan Ketua Mahkamah konstitusi AM, persoalan pemimpin partai yang terlibat dugaan kasus pencucian uang, institusi kepolisian yang menyalahgunakan dana simulator SIM, kasus Bank Century serta hambalang yang juga melibatkan para pemimpin negara ini serta kasus-kasus lainnya yang sementara dalam penyelidikan atas dugaannya untuk diungkap dan yang belum terungkap. Singkatnya, jika kita ingin mengumpulkan fakta dan data tentang skandal permasalahan negara ini maka akan didapati bahwa itu berasal dari perilaku dari pemimpin-pemimpin yang memegang wewenang tapi kemudian mengkhianati tanggungjawabnya. Bagaimana tidak, uang yang begitu banyak mengalir diantara mereka, diselundupkan dan dikorupsi harusnya bisa digunakan untuk mensejahterahkan masyarakat. Karena kita tentu yakin bahwa seandainya uang-uang itu dikelola dengan benar (untuk kesejahteraan rakyat) maka tentu saja masyarakat akan merasakan kesejahteraan itu.

Melihat kondisi yang sedemikian mengerihkan menjangkiti pemimpin-pemimpin bangsa ini, apakah tak lagi ada harapan untuk kita mengembalikan apa yang seharusnya dirasakan masyarakat, yakni kesejahteraan? Tentu saja jawabnya pasti ada. Tapi sejauh mana kita ingin itu terwujud maka itulah yang menjadi usaha kita. Karena perubahan tentu hanya akan lahir dari sebuah semangat yang besar dimana terealisasi dalam lingkup nyata. Akan tetapi, semua ini akan kembali kepada pemimpin yang mengambil alih wewenang dan tanggungjawab itu.

Siri’ na pacce sebagai nilai.

Sebenarnya, dalam lingkup budaya bugis-makassar ada nilai-nilai  dari kearifan lokal yang mampu mengentaskan permasalahan ini, dan saya kira dalam budaya masyarakat lainnya pun memiliki itu hanya pada batas kata yang berbeda tapi meiliki makna yang sama. Ada idiom yang tak mampu terlepas dalam budaya masyarakat bugis-makassar sebagai suatu tatanan nilai yang sehrusnya mengatur pola hidup bermasyarakat (bernegara). Idiom itu dikenal “siri na’ pacce (siri’ na pase)”. Dua kata yang tak terpisahkan satu sama lain dan telah menjadi warisan budaya kearifan lokal suku bugis-makassar. Hanya saja akhir-akhir ini pun juga tak lagi menjadi roh bagi perjalanan hidup dari masyarakat suku ini. Bahkan dalam realitanya cenderung terlupakan dan akhirnya tak terpahami sebagai sebuah nilai yang sebenarnya mampu mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera. Olehnya itu, pengamalan dari budaya siri’ na pacce ini harus kembali digalakkan sebagai sebuah nilai luhur warisan dari pendahulu yang tentunya memiliki karakter yang arif bijaksana.

Siri’ memiliki makna rasa malu, dimana rasa malu (siri’) ini bagi masyarakat bugis-makassar adalah sesuatu yang dianggap sangat sakral, sehingga orang yang dianggap melakukan tindakan mengurangi atau menghilangkan rasa malunya (mappakasiri’) akan mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat setempat dan dipandang tidak terhormat lagi. Sehingga dalam kehidupannya, masyarakat bugis-makassar akan senantiasa berhati-hati dalam melakukan tindakan agar tidak menjadi malu (masiri’). Sedangkan pacce (passe) adalah rasa kasih sayang (kepedulian) yang begitu tulus yang dimiliki seseorang dalam budaya bugis-makassar. Sehingga dengan itu, ia akan menjadi peduli dengan kondisi sekitarnya, memiliki rasa sepenanggungan dengan masyarakat lainnya.

Budaya siri na pacce ini bila kita kaitkan dengan kondisi pemimpin bangsa hari ini, maka tentu saja akan terwujud sebuah pemerintahan yang mampu mewujudkan kesejahteran jika pemimpin-pemimpin bangsa ini memiliki nilai-nilai dari budaya siri na pacce ini. Bagaimana tidak, jika seorang pemimpin memahami dan mengamalkan makna siri’ na pacce maka ia akan menjadi pemimpin yang berkarakter bersih, amanah dan peduli. Karena tentu ia akan masiri’ (kehilangan kehormatan) jika dalam bertindak tidak amanah dan melanggar tanggungjawab dan wewenangnya. Dan bagi masyarakat bugis-makassar, kehilangan siri’ (kehormatan) membuatnya sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat lantaran ia dinilai sebagai manusia yang rendah. Apatah lagi dengan pacce (kepedulian) yang menjadi dasarnya, sehingga ia akan senantiasa peduli masyarakat dan mencurahkan fikirnya untuk mensejahterahkan mereka tanpa ada niatan untuk mengkhianati masyarakat.

Hanya saja, rasanya semua pemaknaan kita terhadap budaya siri’ na pacce ini sesungguhnya telah tercoreng oleh mereka yang telah dikenal sebagai putra dari masyarakat sulawesi selatan (yang notabene suku bugis-makassar) dengan kasus yang melibatkannya dalam korupsi. Membuat pemaknaan kita terhadap kearifan lokal ini menjadi hambar lantaran ulah segelintir manusia. Yah, karena nila setitik hancur susu sebelanga. 

Akan tetapi, bagaimanapun kondisinya. Nilai kearifan lokal siri’ na pacce tetap menjadi solusi diantara berbagai solsusi yang bisa ada untuk memperbaiki bangsa ini, mensejahterahkan masyarakatnya. Olehnya itu, pendidikan dalam rangka pemahaman nilai-nilai kearifan lokal ini seharusnya lebih digalakkan lagi agar masyarakat bugis-makassar yang tentunya sebagai calon pemimpin kelak dapat membekas dalam dirinya sehingga ia akan akan menjadi pemimpin yang menjaga kehormatan dirinya, keluarga dan masyarakatnya dengan tidak bertindak diluar wewenang dan tanggungjawabnya. Agar memiliki rasa kepedulian yang tulus sehingga dalam proses kepemimpinannya selalu memikirkan kepentingan khalayak ramai. Dan pada akhirnya, nilai kearifan lokal ini bisa direduksi oleh masyarakat lainnya (diluar bugis-makassar) menjadi nilai dalam karakter kepemimpinan di amsa-masa akan datang yang tentunya akan mewujudkan kondisi masyarakat yang sejahtera.

Karena bagaimanapun, untuk mengeluarkan bangsa ini dari keterpurukan masalah yang begitu kompleks maka harus dimulai dari pemimpin yang amanah, bertindak sesuai wewenang dan tanggung jawabnya tanpa pernah menyelewengkan kepeduliannya terhadap kesejahteraan rakyat. Dan semoga, kearifan lokal, budaya siri’ na pacce menjadi suatu jawaban atas solusi yang diharapkan bangsa ini, setidaknya di sulawesi selatan. Sebagaimana Para Karaeng yang memegang budaya siri’ na pacce dan telah berhasil memimpin tanah daeng di periode-periode sebelumnya.

Perempuan, Cantikkanlah Dirimu dengan Ilmu

Sepertinya memang pasar indonesia bagus untuk pertumbuhan 'obat kecantikan'. Kondisi psikologis anak bangsa yang ingin tampil ala orang korea-jepang. Inilah kekhawatiran saya dulu saat merebaknya masuk budaya korea-jepang yang digandrungi oleh pemuda (i).

Akhirnya 'beutiful view' pemuda (i) ialah putih, dengan alis dipermak sedemikian rupa. Tak hanya anak muda yang kena wabah ini, tapi banyak juga yang sudah berumur ikutan. Mereka seperti tersihir ingin tampil layaknya mereka yang ada di belahan bumi sana.

Selasa, 29 Maret 2016

Rinduku Kelabu

Masihkah layak kutuliskan tentang sebuah rindu yang menggelora?
Saat perjumpaan yang kuharap sebagai penawar hanya menyisakan luka.

Mungkin kau takkan pernah tahu tentang merindu dan dirindukan adalah dua penderitaan berbeda.
Akulah orang yang selalu menggumangkan tentang rindu.
Kutulis pada angin, pada langit, pada dedauanan, pada apapun yang kutemui.
Dan nyatanya malam ini aku harus menulis tentang rindu itu dengan air mata.

Jumat, 25 Maret 2016

SELAMAT PASKAH; SEMOGA PENGORBANAN KRISTUS MENGAJARKAN KITA UNTUK BANGKIT

Int

SELAMAT PASKAH!!!
(Spirit Sang Kristus Melawan Kezaliman Akan Selalu Bangkit)

Seorang anak terlahir dalam mukjizat, dari seorang perawan tanpa ayah. Ia menjelaskan dirinya sebagai utusan Tuhan saat masih memerah bayi. Inilah bukti kuasa Tuhan pada keluarga Imran yang taat. Dipilihnya Bunda Marya untuk mengandung dan menanggungnya.

Ia dari nazaret, tumbuh dalam welas asih. Mengasihi sesama manusia. Tak ada kasta, tak ada jelata. Kasihnya tulus merata. Ia mengusap air mata yatim, membangkitkan semangat si fakir. Ia datang membawa mukjizat. Dari tangannya seekor burung terbang dari tanah, mengusap mata si buta untuk menatap, membangunkan si mati untuk hidup kembali. Semua atas kasih Tuhan yang dititipkan padanya.

Selasa, 22 Maret 2016

DEMO TRANSPORTASI ONLINE, TANDA TAK MAMPU BERINOVASI

Apa yang terjadi di Jakarta hari ini adalah satu gambaran bagaimana pasar berubah pesat. Siapa yang tak bisa mengikuti maka akan terlindas. Konvensional pun akhirnya mulai terpinggirkan.
Kita harus berubah! begitulah syarat bertahan hidup di zaman teknologi.

Mereka yang menolak berubah mengikuti zaman hanya akan mendapati dirinya selalu dalam ketertinggalan. Tanpa inovasi mereka hanya bisa menggerutu, mengutuk keadaan. Ketidak mampuannya beradaptasi membuatnya mencari 'kambing hitam'. Pemilik modal yang takut bangkrut ikut memprovokasi.

Saya teringat bahwa 'perubahan adalah keniscayaan'. Cepat atau lambat siapapun yang tak berinovasi akan tersingkirkan. Ambillah contoh, koran harian cetak yang tak berinovasi membuat portal berita sudah banyak yang gulung tikar. Mereka terlalu percaya diri dengan pola yang sama hingga akhirnya menyadari bahwa dunia telah berubah lebih cepat dari yang mereka perkirakan.
Hari ini, hampir seluruh kebutuhan kita berbasis online. Selain memudahkan karena praktis juga menghemat waktu.
Isu tentang kemajuan teknologi bukan sesuatu hal yang baru. Apalagi persoalan bidang usaha yang ada. Disepakatinya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) adalah satu perhatian penting bahwa di belahan Asia tenggara batas negara sedikit demi sedikit dihilangkan. Dan semua bermuara pada penguasaan teknologi. Tentu, selama ini kita selalu mendengar kalimat "barangsiapa yang menguasai teknologi (juga energi) maka ia yang akan berkuasa di dunia".
Menanggapi aksi demonstrasi di Jakarta, kita bisa melihat bagaimana perusahan transportasi yang tak berinovasi terpinggirkan. Ini bukan salah sopir taxinya, tapi pada manajemen perusahaan yang terlambat beradaptasi. Padahal tak ada larangan bagi mereka untuk menggunakan teknologi yang sama. Mereka juga bisa mengadopsi sistem layanan online yang dipakai di perusahaan transportasi online lainnya. Tidak ada larangan untuk itu. Hanya saja mereka menolak berubah.
Lagi pula, jika kita mengambil pendapat konsumen (pemakai jasa transportasi) maka tentu mereka akan jauh memilih transportasi sesuai kebutuhannya. Pelayanan yang mudah, praktis dan cepat. Berhubung manusia yang hidup di ibukota selalu ingin berpacu dengan waktu. Maka adanya fasilitas pesanan transportasi yang bisa diakses dari genggaman menjadi pilihan utama yang tepat. Mereka bisa memesan transpotasinya beberapa menit sebelumnya agar tak banyak.membuang waktu hanya untuk menunggu transportasinya datang. Siapa yang menolak kemudahan seperti ini?
Persoalan yang ada di Jakarta hari ini adalah sama ketika transportasi seperti andong (dokar) dan becak harus ditinggalkan masyarakat. Alasan lambat dan tidak praktis mungkin menjadi alasan utama. Dan kita baik-baik saja hingga hari ini. Mereka tukang becak dan Delman harus menerima kenyataan dan beralih profesi ke yang lebih produktif.
Bagi sopir yang sedang demo karena menolak perubahan zaman. Saya ingin menyampaikan bahwa jangan sampai anda semua hanya lebih kepada dimamfaatkan oleh perusahaan anda yang tak bisa berinovasi. Karena kalaupun tuntutan anda semua dikabulkan hari ini. Apakah anda yakin bahwa ke depannya perubahan takkan terjadi lagi?
Bagi saya, setiap bidang usaha harus berani berinovasi memamfaatkan teknologi. Jika tidak, maka bersiaplah untuk terpinggirkan.
Apa yang dihadapi hari ini memang harus berani kita lawan. Beranilah berubah! jangan hanya tahunya memprotes keadaan yang dirasa tidak berpihak. Jarum jam itu selalu berjalan maju. Mereka takkan berhenti untuk menunggu kita yang tak mau berubah.
Oiya, bagi anda yang demo. Saya kira baiknya anda berpikir untuk pindah ke perusahaan yang mau berinovasi. Karena saya yakin, perusahaan anda itu hanya memamfaatkan anda untuk diperah tanpa upaya menyelamatkan masa depan anda dengan berinovasi agar tetap bisa 'survive' di tengah persaingan perusahaan yang ada.

Rabu, 16 Maret 2016

Tenggelamnya Kapal FV Viking

Tenggelamnya Kapal FV Viking

Jika selama ini sebuah novel karya Buya Hamka yang diangkat film 'Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck' menjadi populer. Rasanya Tenggelamnya Kapal FV Viking di sisi lain layak menjadi kebanggaan.

FV Fiking adalah Kapal pencuri ikan lintas negara yang sudah menjadi incaran internasional. Aktifitasnya mencuri ikan di kawasan negara lain akhirnya kandas di negeri nusantara.

Tampaknya nama besar negeri nusantara yang dikenal sebagai penguasa perairan di masa lalu takkan pernah hilang. Berkat kecekatan dari semua pihak, Pemerintah (lewat kementrian kelautan dan perikanan) dan TNI (lewat pasukan anti ilegal fishing).

Nama Susi Pujiastuti nampaknya layak disanjung sebagai bentuk penghormatan atas kegigihan beliau dalam memberantas mafia pencuri ikan ini. Bagi saya, ia merupakan penjelmaan si wanita bertangan besi, Margaret Tatcher. Ia kokoh di tengah laut untuk menjaga kelestarian lingkungan nusantara. Tangannya menggenggam mengepal diacungkan kepada siapapun yang terlibat perilaku ilegal fishing. Ia tak mengenal kompromi.

Kini FV Viking menemui ajalnya. Dihantam TNT membuat kapal ini dipaksa karam. Menjadi sebuah monumen perlawanan atas ilegal fishing.

Sehatlah Bu!
Keperkasaanmu masih sangat dibutuhkan negeri nusantara ini. Kembalikan martabat negeri kita sebagai tanah AIR.

Tenggelamnya FV Viking adalah karyamu yang akan dikenang sebagaimana tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

Minggu, 13 Maret 2016

Saya dan Dua Mangkuk Ramen

SAYA DAN DUA MANGKUK RAMEN

Kisah ini sekitar setahun yang lalu, di saat dua mangkuk ramen terhidang di depanku. Bukan tentang rasanya saja, tapi tentang suasananya. Apalagi selain itu?

Hari itu, kami berjanji bertemu setelah hampir tujuh purnama dia pergi dari tanahnya. Sepertinya relativitas waktu yang dimaksud einsten berlaku buat saya ketika itu. Untung tak sampai tujuh purnama. Bagaimana jika tujuh purnama?

Barangkali akan sangat lama, seperti tujuh purnama yang dijanjikan Rangga. Tujuh purnama yang begitu lama sampai kita harus bertanya "Ada Apa Dengan Cinta?". Ada apa dengannya yang rela ditinggal tujuh purnama dan dia masih bertahan sejauh itu?

Mungkin Cinta memang tabah sampai harus menunggu selama itu, selama kita menanti AADC2 segera rilis. Tapi, saya tak bisa bayangkan jika harus menjadi Rangga. Semua posisinya terbalik. Dia disini dan saya yang pergi. Mungkinkah tijuh purnama itu tabah dijalanai sebagaimana tujuh purnama lamanya Cinta menunggu?
Entahlah...

**
Hari itu, saya merasa senang. Sebelum dihidangkannya dua mangkuk ramen itu ada percakapan alot yang harus ditempuh begitu getolnya. Menyamakan persepsi, dimana kami bertemu?

Dari sini, saya akhirnya mengerti bahwa perempuan memang lahir sebagai seorang filsuf. Apa yang dikeluarkan sebagai bahasa verbal harus kita cermati dalam dalam karena maknanya sangat berbeda dengan pemaknaan kaum awam.

Hari itu saya mengajukan pertanyaan, kemana kita akan pergi makan? dijawabnya terserah. Wahh... saya senang, terserah artinya dominasi saya. Tapi nyatanya makna terserah yang saya maksud tak seperti yang dimaksud seorang filsuf. Terserah bukanlah berarti keputusan yang diberikan padamu akan disepakati. Jangan senang dulu! Terserah artinya kamu harus menenukan sebuah pilihan yang sesuai dengan pilihannya (hanya saja ia enggan menyebutkannya). Sangat filosofis. Seperti ketika Plato mengajarkan Aristoteles.

Alhasil dengan mengikuti persepsi terserah itu, terpilihlah sebuah tempat yang sebenarnya sudah lebih dulu dipikirkannya. Sangat visioner memang perempuan itu. Mereka bisa membaca pikiran kita dalam memutuskan banyak hal.

Akhirnya, dua mangkuk ramen terhidang di depan kami.
Itadakimasu.
Dua mangkuk ramennya pun kami makan. Arigato!

Kamis, 10 Maret 2016

Sepenggal Makna dari Kungfu Panda 3; Kenalilah Siapa Dirimu!

Int
Po, si Pendekar Naga (The Dragon Warior) harus menghadapi Kai yang datang dari Alam Roh sejak 5000 tahun lalu.
Kai yang datang kembali ke dunia mencuri tenaga dalam semua pendekar. Ia hanya bisa dihentikan oleh Pendekar Naga dengan syarat menguasai tenaga dalam.
Mendengar kedatangan Kai, Shifu merelakan Pao pergi ke Desa Rahasia bersama Ayahnya untuk menguasai tenaga dalam. Karena dengan menguasai tenaga dalamlah bisa mengalahkan Kai.
Tenaga dalam berasal dari Yin dan Yang. Keperkasaan dan Kelembutan. Dalam tasawwuf dikenal sebagai Jalaliah dan jamaliah.
Terlalu lembut akan menjadi lemah, terlalu perkasa akan menjadi penindas. Semua harus berpadu menjadi satu. Sebagaimana paduan hitam-putih yang saling mengisi.

Rabu, 09 Maret 2016

Abadilah Mereka,Para Penulis dan Pembaca

"A room without books is like bpdy without a soul"
(Marcus Tullius Cicero)

Saya sangat senang mendatangi suatu tempat dimana ada banyak buku terpajang disana. Apalagi saat buku-buku itu diberi kesempatan untuk kita baca.

Rasanya ada banyak orang yang tiba-tiba hadir disana yang begitu tulus ingin berbagi pengetahuan bersama kita.

Buku-buku itu adalah rekam kata yang dirajut oleh sang penulis untuk berkomunikasi dengan siapapun yang hendak membacanya.
Ini lebih hebat dari telepati bagi saya yang hanya bisa berkomunikasi terbatas pada beberapa orang saja.
Tapi dengan buku, seorang penulis mampu melakukan telepati itu dengan baik.

Tentang Buku, saya pernah berkelakar dengan teman saya pada suatu hari dimana dia menanyakan tentang 'kado terbaik'. Kubilang padanya "hadiahkanlah buku!".

Bagiku menghadiahkan buku sebagai lambang pengetahuan adalah simbol kemajuan peradaban manusia.

Bisa saya bayangkan, betapa indahnya kehidupan kita saat manusia mencintai buku. Sehingga pernah saya berdo'a seperti ini;
"Ya Tuhan, jadikanlah hati setiap manusia seperti hati seorang penyair. Sehingga tak ada ambisi kuasa. Mereka tak butuh perang dan senjata. Yang ada hanya pena dan kertas untuk mewarnai hari dengan kata-kata indah".

Nah, bisa dibayangkan bagaimana kita saling berbicara satu sama lain?

Ini sepertinya sudah panjang. Yah seperti biasa, seakan orang buku-buku itu berbicara banyak padaku sampai-sampai ingin kumenuliskannya kembali satu per satu.

Terakhir.
Abadilah mereka para penulis dan pembaca. Mereka akan selalu saling mengingat satu sama lain lewat untaian kata yang ditulis dan dibaca. Mungkin pada akhirnya buku yang kutulis akan dipajang ikut di beberapa ruangan orang lain. Dan kubayangkan, betapa panjangnya hidupku saat itu terjadi.
Iya khan sayang?

Selasa, 08 Maret 2016

Selamat Hari Perempuan: Apa Jadinya Dunia Tanpa Per(t)empu(r)an?

Ini sebuah pertanyaan yang klasik dan pasti pernah dipikirkan. Andai saja Tuhan menciptakan lelaki saja, tak ada perempuan. Mungkin takkan ada pertempuran.
Banyak yang menduga bahwa kasus pembunuhan pertama yang dilakukan putra Adam terhadap saudaranya sendiri dikarenakan perkara perempuan. Ada kecemburuan Qabil terhadap Habil, katanya. Ataukah yang diduga pemicu perang dunia pertama juga karena perempuan. Kenapa perempuan lekat dengan pertempuran?

KEBERANIAN AHOK, MENAMPAR KEJUMAWAAN PARPOL


Ahok (Int)
Jakarta BARU (BAsuki-HeRU) jargon yang akan menjadi trend ke depan menjelang 2017. Ini adalah pasangan bakal calon Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Sebuah keberanian , sangat berani. Pernyataan yang dinyatakan dengan tegas oleh AHOK bersama Teman Ahok di saat banyak yang coba meragukannya dan menyuruhnya berpikir lama untuk.memutuskannya.

Bagi saya Ahok bukan hanya sekedar berani dan nekad. Tapi ia adalah semangat perlawanan yang kini telah didengungkan masyarakat (utamanya pemuda) yang jengah dengan kondisi demokrasi di negara kita ini.

Jumat, 04 Maret 2016

Tere Liye dan Pengaburan Sejarah Itu

Int

Rasanya saya harus menata paragraf yang lebih panjang mengapa postingan seorang Tere Liye harus ditanggapi dan dikritik. Bukan dianggap hal biasa dan dibiarkan berlalu.
Marilah kita sebut Tere Liye sebagai penulis yang belakangan ini produktif. Banyak novel yang dituliskan digandrungi anak muda, bahkan dianggap novel yang harus mereka miliki. Begitulah banyaknya fans yang dimilikinya sehingga ia menjadi sedikit fenomenal (sebenarnya ini juga membuktikan bahwa kecendrungan pemuda di negeri ini lebih suka sesuatu yang sedikit melow, fiksi dan tokoh fiktif yang seakan mewakili dirinya dalam novel-novel Tere Liye. Ketimbang buku-buku karangan ilmiah yang mencoba mengungkap fakta dalam.bahasa yang sedikit fornal).
Tulisan Tere Liye dalam akun sosial medianya menuai banyak reaksi. Kritik pedas dilayangkan. Namun dalam perkembangannya memang sedikit berlebihan jika ada yang mengeluarkan kata kebun binatang. Saya pun mengkritik. Kritik adalah penyampaian cinta bagi saya. Pertama karena.mencinta negeri ini, berikutnya menyayngkan isi postingan itu.
Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.