Jumat, 25 September 2015

Oh My God : Saudi.. Oh... Saudi...(Sebuah Pandangan Atas Tragedi Mina)

Beberapa tahun lalu sebuah film bolywood menyentak kesadaran yang menyaksikannya, judulnya OMG.
Film ini menceriterakan seorang manusia yang menggugat Tuhan lantaran sebuah tragedi yang menimpanya, lebih tepatnya toko senagai mata pencahariannya terkena gempa.
Saat dia melakukan tuntutan pada Perusahaan Asuransi yang ada, dia mendapati jawaban yang membuatnya begitu kaget bahwa karena 'Kehendak Tuhan' maka Perusahaan Asuransi ini menolak memberikan klaim yang dituntutnya.
Akhirnya dia menyentak kesadaran masyarakat tentang kondisi keTuhanan yng ada waktu itu. Banyak tokoh agamawan kemudian berlindung dibalik kata "Kehendak Tuhan" di tengah musibah yang sebenarnya bisa dihindari. Karena jika berlasan kehendak Tuhan, maka pada kejadian apa Tuhan tidak berkehendak?
Dalam kasus yang dituntut itu kemudian menyeretnya membuka sejumlah persoalan yang nyatanya tentang agama dimana telah dikapitalisasi, dikomesialisasi oleh mereka yang merasa paling berhak menyandang gelar sebagai "wakil Tuhan baru" sebagi penjaga tempat-tempat suci.
Kenyataannya bahwa diantara mereka malahan menjadikan "agama" sebagai komoditas dalam menjamin kemewahan hidup mereka. Dinasti dibentuk secara turun temurun yang mana mewariskan kekayaan berjumlah besar ke anak cucunya dan kelompoknya. Uang mengalir dengan suka rela dari manusia awam yang menginginkan kedamaian dunia dan surga di keabadian saat sudah mati.
Orang-orang berbondong-bondong datang ketempat suci yang mana dikuasai oleh mereka (yang dianggap wakil Tuhan, penjaga tempat suci) dan memberikan uang sebagai mahar untuk bisa berkunjung agar mendapat surga yang dijanjikan meskipun pada kenyataannya uang itu dipakai untuk membangun kerajaan dan kehidupan mewah keluarga kerajaan dan kroninya.
Dari film itu kita bisa melihat sebuah kenyataan. Peristiwa yang ada di film itu memang berbeda dengan apa yang terjadi di Mina, Saudi Arabia hari ini. Satu kejadian karena sebuah bencana Alam yang memang yang memang tak bisa dihindari manusia kedataangannya. Satunya lagi adalah tragedi yang disebabkan oleh kelalaian pengurusan. Namun dalam hal ini mereka sama memberi alasan "KEHENDAK TUHAN" yang menjadi sebuah ketentuan.
Seperti dalam film OMG sang penggugat dipaksa untuk menerima bahwa itu adalah suatu hal yang sudah ditakdirkan dan kita tak bisa menuntut apa-apa sembari harus menerima kenyataannya. Masyarakat dunia pun diarahkan untuk.menerima itu sebagai sebuah kejadian yang harus diterima lapang dada sembari menyatakan bahwa yang meninggal sudah menjemput surga yang abadi karena mati dalam keadaan beribadah.
Hanya saja, bukan persoalan mereka meninggal dalam keadaan ibadah sehingga kita diarahkan bangga buat mereka karena pasti mendapat surga. Ini persoalan apa yang jadi penyebabnya. Di tengah pembangunan yang 'katanya' ditujukan untuk kemajuan kenyamana jamaah yang datang haji sungguh berbanding terbalik atas yang terjadi.
Sangat ironis memang, melihat gedung-gedung yang berdiri kokoh mengelilingi ka'bah itu begitu mewahnya. Sementara jalan-jalan dan lorong di Mina tak dibangun dengan fasilitas memadai dan keamanan yang layak sampai harus menelan korban sampai ribuan orang.
Rasanya tak bisa diterima dengan jumlah uang yang dibayarkan oleh para jemaah untuk kepentingan ibadahnya mabrur namun harus ditimpa musibah yang begitu pedih dan tak bisa kembali bersama keluarganya yang menanti kepulangannya.
Rasa-rasanya ini sebuah hal yang begitu lalainya oleh penyelenggara haji disana. Kalaupun adalah alasan kapasitas manusia yang begitu besar maka kenapa tidak dibatasi dengan ketat kedatangan jamaah. Apakah hanya karena urusan mengejar pemasukan jumlah uang sehingga kuota haji yerus ditambah sementara tanah semakin disempitkan dengan banyaknya bangunan mewah dibangun.
Serupa tapi tak sama.
Film OMG memperlihatkan bahwa diantara banyak pemegang otoritas keagamaan banyak yang mengeksploitasi tempat-tempat sucinya untuk dikunjungi jemaahnya dengan membawa sejumlah uang untuk tiket masuknya. Dimana uangnya malah dimamfaatkan oleh Tokoh Agama itu hidup mewah dan glamour.

Seperti di Saudi, dua tanah suci itu dimamfaatkan sebagai komoditas bagi kerajaan untuk mendapatkan uang sepanjang tahun dari para penziarahnya untuk membangun gedung-gedung.mewah yang memagari "Kubus Suci".
Pertanyaannya, apakah Tuhan membutuhkan kemewahan itu dibangun di sekitar rumahnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.