Selasa, 31 Juli 2018

Dua Tahun Pemerintahan JOKOWI-JK

Banyak hal yang sampai haribini telah ditorehkan. Pemerintahannya merajut kembali Indonesia. Berupaya membuatnya sambung menyambung menjadi satu. Memeluk satu demi satu pelosok yang selama ini terpinggirkan.

Jokowi-JK tentu bukan manusia super yang bisa melakukan semua sekaligus. Mereka bukan pula tabib sakti yang bisa meramu obat yang bisa manjur sekali minum. Pun mereka bukan pesulap yang bisa menghilangkan setiap persoalan yang ada di depan mata. Mereka tetaplah manusia biasa yang ingin terus bekerja bagi bangsanya.

Jokowi-JK bergerak cepat. Ada banyak hal yang sudhlah dikerjakan, pun ada banyak hal yang masih dalam list perencanaannya.

Lalu apa yang mereka perbuat untuk bangsa ini?

Saya melihat Jokowi-JK menjadikan dirinya jarum untuk merajut kembali Indonesia. Mereka memeluk papua, mengusap bagian terluar kalimantan, menjaga blok natuna dan masuk ke pedalaman kalimantan.

Jokowi-JK merajut Indonesia. Membangun Tol Laut kawasan timur Indonesia, mendirikan banyak bandara, jalur Kereta digenjot, jalanan baru dibuka melintas gunung, jembatan dididirikan. Pabrik sagu terbesar di Papua, Papua dijadikan pusat Swasembada Pangan, Tax Amnesty, penyamaan harga BBM seluruh Indonesia.

Toh, diantara yang diperbuat masih banyak yang belum. Menyelesaikan konflik di Sampang, masih banyak masyarakat miskin di pedesaan dan pinggiran kota yang belum mendapat hidup layak, pendidikan yang masih belum merata, rumah sakit yang belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Jokowi-JK masih terus bekerja. Masih banyak hal yang belum dikerjakan. Dua tahun telah berlalu, sisa tiga tahun lalu kesempatan bekerja. Berbuatlah untuk negati yang kita cintai ini.

Sehat dan kuatlah! Kita bersama merajut bangsa ini.

Rabu, 04 Juli 2018

Jangan Cengeng, yang Naik Non Subsidi!

Jangan Cengeng, yang Naik Non Subsidi!
Harga yang naik itu BBM Non Subsidi. Dulu 2016 silam saat ke Papua harga BBM Subsidi sudah berkali lipat dari yang ada di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Lalu apakah anda mempersoalkan itu? Tidak. Tapi Presiden yang kalian caci maki karena harga BBM Non Subsidi awal bulan kemarin naik mempersoalkan itu. Dalam beberapa kali kunjungan Bapak Jokowi ke Papua ia begitu prihatin atas BBM disana yang harganya bisa mencapai 5 sampai 10 kali lipat. Keprihatinan Jokowi bukan sekadar kata-kata belaka, beliau mengupayakan harga BBM di Papua juga sama dengan harga BBM di pulau lainnya di Indonesia. Oktober 2016 BBM di Papua menjadi satu harga sama di seluruh Indonesia.
Apakah anda tahu berapa beban biaya yang harus dikeluarkan Pertamina untuk menannggung subsidi satu harga itu? Minimal Rp. 800 M. Tapi demi asas keadilan bagi Papua ini harus dilakukan. Lalu, apakah upaya ini mendapat apresiasi dan para penyinyir? Tidak. Dan saya kira Presiden juga tak butuh itu.
Hanya saja, menjadi tidak adil jika Para Penyinyir hanya tahunya mengeluh dengan begitu cengengnya menyangkut naiknya harga BBM Non Subsidi beberapa hari lalu. Padahal jelas, bahwa yang naik adalah yang Non Subsidi. BBM Subsidi (premium dan solar) tetap di angka harga awal. Lalu, apakah mereka yang nyinyir ini pengguna BBM non Subsidi (Pertamax dan Petralite)? Jika anda pengguna Pertamax dan Petralite artinya anda tergolong mampu. Jika bukan, maka tidak perlu ikut memprovokasi bahwa BBM dinaikkan diam-diam tengah malam dan segala macamnya. Itulah memang regulasinya. Sebab harga Non Subsidi memang diberikan kewenangan untuk diatur sesuai harga pasar yang ada di Lapangan.
Dan faktanya, BBM Non Subsidi selama Pemerintahan Jokowi sudah mengalami perubahan sebanyak 10 kali. Tapu, apakah anda yang nyinyir hari ini pernah memberikan apresiasi positif saat harga BBM Non Subsidi mencapai angka Rp. 7.350 pada Mei 2016? Jika tidak. Maka memang ada masalah serius dari cara berpikir anda itu.
Tambahan, jika hari ini anda para penyinyir ingin semua BBM disubsidi yang mana pemakai terbesarnya adalah Industri Perusahaan. Maka siapkah anda jika Pemerintah menambah utang lagi untuk menambal subsidi itu? Ataukah Pertamina merugi dan bangkrut yang menyebabkannya harus dijual karena tidak profit lagi? Apakah sekiranya Pertamina sebagai BUMN dijual akan membuat hati kalian tenang? Tidak. Malah semakin nyaring nyinyir kalian.
Terakhir, bahwa apa yang dialami Papua selama ini puluahn tahun itu tidak pernah kita lirik. Disini, di tempat anda hidup pasti belum pernah membeli harga BBM di atas Rp. 50.000 per liternya. Itu terjadi puluhan tahun di Papua. Apakah mereka senyinyir kalian pada saat Pemerintahan Presiden sebelumnya?
Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.