Selasa, 11 April 2017

Zakir Naik, Berdakwah Memperdebatkan Perbedaan

Zakir Naik, Berdakwah Memperdebatkan Perbedaan

Seorang bertanya,
"Bagaimana pendapat kakak mengenai Zakir Naik?"

Saya tersenyum.
Zakir Naik belumlah layak disebut Ulama. Sebab ulama itu adalah orang yang tidak hanya berilmu tapi tahu tentang adab dan memahami keteladanan Rasulullah Saww.

Anggapan orang tentang kepiawaiannya berdebat dan memojokkan penganut agama lain bukanlah hal yang patut dibanggakan. Cara dakwah demikian tidak pernah dicontohkan Rasulullah. Mengadakan acara dakwah untuk menantang debat sungguh tak beradab. Islam tak pernah mengajarkan metode dakwah demikian untuk membuktikan bahwa penganut agama lain salah secara terbuka.

Rasulullah Saww adalah orang yang paling paham agama diantara yang lainnya. Jika memang metode dakwah seperti yang dilakukan Zakir Naik hari ini diridhai Rasulullah Saww maka tentu Rasulullah Saww akan melakukannya dengan memasuki setiap wilayah untuk menantang setiap orang dan pemuka agama secara terbuka di masa itu.

Lalu apa yang terjadi? Rasulullah Saww tak pernah mencontohkannya. Apakah karena Rasulullah Saww takut akan kalah debat?

Berdakwalah dengan hikmah dan beradab. Pengikut Rasulullah Saww itu bertambah bukan karena Rasulullah datang memojokkan yang bukan islam dengan menyalahkan keyakinannya. Tapi Rasulullah menunjukkan akhlaknya yang membuat orang-orang mencintai dan meyakini jika ajarannya benar.

Apa yang dilakukan Zakir Naik itu sama saja penganut agama lain yang melecehkan islam seraya menganggap agamanya yang paling benar. Pemahaman mereka adalah hasil dari tafsirannya sendiri dan tidak menerima tafsiran orang lain mengenai ayat-ayat kitab suci mereka. Zakir Naik sama halnya dengan Bikhu di Rohingya yang lewat agama memperlebar perbedaan untuk melegitimasi bahwa penganut agama lain layak menerima perlakuan semena-mena.

Padahal, islam adalah rahmat bagi sekalian alam. Bukan hanya rahmat bagi pemeluk islam tapi seluruh manusia dan alam semesta. Untuk mendakwahkan ini bukan dengan cara memperlebar perbedaan dan meyakinkan yang lain salah. Lalu senang hati menganggap dakwahnya berhasil karena menarik beberapa penganut agama lain masuk islam sementara ribuan bahkan jutaan lain malah menyimpan dendam karena merasa dilecehkan secara terbuka atas Tuhan yang diyakininya.

(Maaf, islam yang kukenal tidak didakwahkan oleh orang seperti Zakir Naik.)


Menantang (Pengikut) Zakir Naik

Menantang (Pengikut) Zakir Naik

Sesorang meminta saya datang ke Acara Zakir Naik nanti di Makassar.

Tapi, sebagaimana apa yang sudah saya tuliskan bahwa bagi saya Zakir Naik ini bukanlah pendakwah islam sebagaimana yang saya pahami. Jadi saya merasa tidak perlu datang kepadanya. Lagi pula, banyak ulama di negeri ini yang derajat dan nazab keilmuannya jelas, mondok dimana, belajar dimana sampai bagaimana ulama didunia mengakui keilmuannya. Cukup itu saja yang bagi saya untuk diambil, tak perlu datang ke Zakir Naik yang juga punya keterbatasan bahasa. Meskipun alasan utama saya tetap karena dia memperuncing perbedaan.

Meskipun demikian, saya ingin menitip pertanyaan bagi (Pengikut) Zakir Naik. Tolong jawaban pertanyaan ini.

1. Sepengetahuan saya, Zakir Naik punya pandangan serupa kaum wahabi yang menganggap orang tua Nabi Muhammad Saww di Neraka. Untuk memperjelas, maka berikan jawaban bagaimana posisi orang tua Nabi Muhammad Saww?

2. Jika jawabnya 'di Neraka sebagaimana jawaban Wahabiyah dengan alasan ada hadis yang diriwayatkan diucapkan Rasulullah', maka minta alasan kenapa Rasulullah bisa menyatakan orang tuanya di Neraka?

3. Jika jawabannya, karena mereka belum mengucapkan kalimat 'syahadat' karena belum diislamkan Nabi, maka tanyakan 'Lalu bagaimanakah hubungan pernikahan antara kedua orang tua Nabi (Abdullah Sa dan St Aminah Sa) yang menikah sebelum Muhammad Saww menjadi Nabi? Berzina kah mereka karena pernikahannya tidak dilakukan secara islami?
Lalu bagaimana anak yang lahir sebelum masa datangnya islam (diangkatnya Muhammad Saww sebagai Nabi diumur 40an tahun?)

4. Selanjutnya, bagaimana pernikahan yang telah dijalani Nabi dengan St. khadijah Al Qurba Sa yang berlangsung ketika berumur 25 tahun (15 tahun sebelum keNabian), apakah pernikahan itu adalah hubungan zina karena tidak secara islami?

5. Jika semua jawabannya adalah "iya" (kejadian di atas menjadi sesuatu yang tidak diridhai karena tidak dilakukan secara islami) maka bagaimanakah kedudukan Nabi sendiri?
Jika Ayah dan Ibunya di Neraka,artinya hubungan pernikahan itu dilakukan oleh orang kafir (zina) lalu lahirlah Muhammad Saww dari hubungan kaum kafir. Apakah mereka hendak melecehkan Nabi dengan menganggap Nabi terlahir dari orang tua yang di Neraka?

Sampaikan pada (Pengikut) Zakir Naik.

Sementara pandangan saya adalah Keturunan Nabi Ibrahim As yang berlanjut ke Nabi Ismail As sampai pada Klan Quraisy Abdul Manaf hingga Abdullah Sa itu adalah pilihan Allah Swt yang dijaga nazabnya hingga Rasulullah Saww dan Anak Cucu-cucunya sebagaimana do'a Nabi Ibrahim yang dikabulkan. (Q.S Al Baqarah : 124).
Bukan berarti islam baru hadir setelah masa diangkatnya Muhammad Saww sebagai Nabi di usianya yang 40an tahun.

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.