Rabu, 24 Juni 2015

Agama adalah Jalan Mengenal Tuhan Untuk MeniruNya

Seorang teman yang ingin menjadi muallaf yang mengetahui saya belajar hampir semua agama yang ada, beberapa hari yang lalu bertanya.
"Bagaimana pendapatmu tentang agama yang ada?"
Saya tersenyum. Kubilang padanya bahwa semua agama punya taraf kebenaran masing-masing. Semua ingin mengenal Tuhan, ingin meniru Tuhan dan meniru Tuhan artinya menyayangi manusia bahkan seluruh makhluk. Dalam islam ini disebut Hablumin-allah wa hablumin-annas.

Minggu, 21 Juni 2015

Waktu Berbuka, "Sempurnakanlah Puasamu Hingga Malam (Lail)"

Seorang teman bertanya,
"Kenapa engkau tidak berbuka puasa bersama kami dan malah menahan beberapa menit lagi lebih lama? Bukan berbuka puasa disunnahkan untuk disegerakan?"

(Ini adalah perkara yang sangat sering saya jumpai dan ditanyakan kepada saya, saat sedang berada dalam undangan berbuka puasa.)

Saya tersenyum. Kujawab padanya bahwa 'Benar' disunnahkan untuk disegerakan. Tapi Allah Swt berfirman agar kita menyempurnakan puasa sampai datang Gelap (Malam). Bukan saat adzan magrib diperdengarkan.

".....makan minumlah sampai jelas benang putih dari benang hitam (fajar) dan SEMPURNAKANLAH puasamu hingga MALAM (LAIL)...." #QS. Al Baqarah 187

Bagi saya kata 'LAIL' tak memiliki oengertian lain selain malam. Dan itu menjadi patokan yang jelas untuk bisa berbuka. Menyempurnakan puasa adalah hal yang menjadi perintah dalam posisi ini.

Teman saya tercengang. Seperti dia baru tahu tentang ayat itu.

Kutambahkan lagi.

Jika kita adalah seorang pelari, yang mana berarti sampai finish diantara tiga kondisi.
1. Seorang yang berlari tapi berhenti sebelum sampai garis finish karena mengira sudah sampai di finish ternyata masih butuh satu putaran lagi.
2. Seorang yang pas berhenti di garis finish.
3. Seorang yang melampaui garis finish.

Tentu saja posisi 2 dan 3, katanya.

Nah, seperti itulah bagi saya waktu berbuka. Perintah Tuhan untuk menyempurnakan puasa sampai datang 'lail' (malam/ gelap) jelas sangat berbeda dengan aturan waktu berbuka berdasarkan jadwal imsakiyah ramadhan apalagi hanya karena adzan magrib (rekaman) yang diputar berulang setiap hari sebagai penanda berbuka puasa.

Karena itulah saya lebih memilih menahan lebih lama sampai datangnya gelap/malam. Sebagai rasa aman bagi saya bahwa puasa yang saya jalankan sesuai dengan waktu menahan. Bukan berhenti sebelum garis finish seperti pelari yang mengira dirinya sudah sampai. Lebih baik terlewat sedikit daripada tidak sampai. Menyegerakan berbuka itu hanya sunnah yang jika tidak dilakukan tidak mengurangi amalan puasa. Tapi mendahului waktu berbuka bisa berarti bahwa puasa itu tidak terhitung sempurna dalam menahannya meskipun hanya berbeda beberpaa menit saja.

Teman saya mengangguk seakan membenarkan.

"Tapi bagaimana cara menentukan bahwa waktu berbukanya sudah tiba atau telah datang malam?"

Silakan berdiri menghadap ke Langit. Saksikanlah apa yang ada di langit di tempat anda berdiri menuju arah timur. Jika dalam posisi tegak lurus ke timur tak ada lagi cahaya merah/ jingga di langit maka malam telah datang. Silakan berbuka.

SALAT TARWIH BERJAMAAH, BID'AH KHAZANAH?

Beberapa tahun lalu saya berdiskusi dengan teman saya tentang Salat Tarwih.
Kubilang padanya bahwa sebagian meyakini Salat Tarwih berjamaah adalah bid'ah khazanah (bid'ah yang baik), sebagian meyakini bahwa 'kullu bid'atin dhalalah' (setiap bid'ah adalah sesat) dan sebagian lagi tak mengerti hukumnya dan sekedar ikut-ikutan memeriahkan tarwih berjamaah di masjid.

Saya lebih memahami bahwa yang namanya salat sunat tidak dilakukan berjamaah. Tidak pernah ada contohnya dari Rasulullah Saww.

Lalu teman bertanya "bagaimana dengan orang yang datang ke masjid untuk salat tarwih berjamaah?"
Saya tersenyum. Mendatangi masjid dengan niat untuk salat adalah hal yang baik. Apalagi jika tujuan adalah untuk melaksanakan salat wajib (isya) berjamaah. Itu hukumnya sunnah bagi lelaki. Hanya saja yang terjadi adalah sebagian besar masyarakat saat ramadhan justru sering lebih mengutamakan salat tarwih jika hendak ke masjid. Padahal salat sunat malam (yang mereka sebut tarwih) itu hukumnya SUNNAH. Jadi seakan jika ramadhan tiba salat tarwih lebih diutamakan dari salat wajib.

Jumat, 19 Juni 2015

Me-REDEFENISI Waktu Berbuka PUASA

Puasa hari ini mengalami perubahan defenisi, tak lagi diambil dari rujukan pertama hukum puasa itu sendiri, yakni dalam Al Qur'an.

Saat sekolah dulu, dalam pelajaran agama kita diajarkan tentang rukun iman yang satu diantaranya adalah puasa. Puasa menurut dalam buku adalah menahn lapar dan haus serta dari appun yang membatalkannya mulai terbit fajar sampai TERBENAMNYA MATAHARI.

Apa yang terdapat dalam buku-buku pelajaran agama tidak mencantumkan darimana landasan hukum waktu puasa itu tentang terbenamnya matahari? Seperti apa kondisi yng dikatakan terbenamnya Matahari itu?. Begitu distuliskan. Tapi tak pernah kita menemukan ayat penyokong dari argumen untuk penetapan waktu itu (atau mungkin saya yang tidak ingat).

Itu di sekolah. Lain lagi dengan apa yang terjadi dan menjadi kebiasaan masyarakat kita hari ini yang rupanya juga memberikan definisi lain mengenai puasa.

'Puasa adalah menahan lapar dan haus sesuai jadwal imsakiyah ramadhan (yakni pukul sekian sampai dengan pukul sekian/adzan magrib dari media penyiaran seperti TV dan radio)'

Lalu mari kita merujuk pada apa yang dikatakan Al Qur'an tentang waktu berpuasa.

....makan minumlah sampai jelas benang putih dari hitam (fajar) dan sempurnakanlah puasamu SAMPAI DATANG MALAM/GELAP (ilal-lail)... Q.S Al Baqarah 187.

"SAMPAI MALAM" atau LAIL dalam Al Qur'an jelas adanya yang berhubungan dengan Gelap. Bukan bermakna sampai Adzan Magrib dari media penyiaran.

Kita akan mengambil defenisi LAIL sesuai dengan apa yang dijelaskan Al Qur'an. Setidaknya ada 92 Kata LAIL yang bermakna MALAM terdapat dalam Al Qur'an dan kesemua itu tidak ada yang merujuk bahwa LAIL berarti Adzan Magrib. Tapi saya hanya akan mengajukan 3 saja kata LAIL yang sudah bisa mewakili makna LAIL itu sendiri.

QS. Al Lail: 1
"Demi MALAM apabila telah MENUTUPI SIANG"

QS. Al Falaq: 3
..."dan dari kejahatan MALAM apabila telah datang GELAP GULITA.."

Q.S At Thariq 1-3
..."Demi langit dan yang datang pada MALAM hari. Tahukah kamu apa yang datang pada MALAM hari itu? Yaitu BINTANG yang cahayanya menembus"....

Dari ketiga kata Lail yng terdapat dari 3 Surat bisa diartikan bahwa LAIL yakni MALAM bisa didefinisikan pada tiga kondisi:
1. Tertutupinya Siang.
2. Datang Gelap Gulita.
3. Adanya bintang yang cahayanya menembus.

Jadi, maukah kita medefenisi ulang waktu puasa kita sesuai Al Qur'an?
Bukan sesuai jadwal imsakiyah yang patokannya adzan magrib.

(Semoga kita semua bisa diberi hikmah di bulan ini).

Kamis, 18 Juni 2015

AMALAN DAN ZIKIR MALAM PERTAMA


Imam Ja'far As Shadiq As berkata " Barangsiapa yang hendak mendapatkan hikmah, hendaklah ia mandi pada malam pertama ramadhan dengan air yang mengalir. Serta curahkanlah airnya sebanyak 30 cidukan tangan kanan ke bagian kepala. Niscaya ia berada dalam keadaan bersih hingga bulan ramadhan berikutnya"
Nabi Saww bersabda " Barangsiapa yang pada malam pertama ramadhan salat 4 rakaat dengan membaca Surat Al Fatihah sekali dan Surat Al Ikhlas 25 kali setiap rakaatnya, maka ia akan diberi pahala para shiddiq dan para syahid. Ia juga akan diampuni dan dimasukkan ke dalam kelompok orang-orang yang beruntung"

ZIKIR MENYAMBUT BULAN RAMADHAN

Imam Ja'far as shadiq as mengatakan bahwa ketika memasuki malam pertama ramadhan, Rasulullah Saww membaca do'a berikut.
"Bismillahir-rahmanir-rahim(ì)
Allàhumma shalli àla Muhammadin wa àli Muhammad
Allàhumma innahu qad dakhala syahru ramadhàn(a)
Allàhumma rabba syahri ramadhànal-ladzi fìhil-qur'àn(a)
Wa ja'altahu bayyinàtin minal-huda wal-furqàn(i)
Allàhumma fabàrik lanà fì syahri ramadhàna wa a'innà 'alà shiyàmihi wa shalawàtihi wa taqabbalahu minnà"

Rabu, 17 Juni 2015

Mau Puasa atau Wisata Kuliner?

Kalau lagi puasa tak perlu perhatikan warung, kecuali jika kepentingannya untuk dijadikan tempat berbuka puasa saat 'puasa disempurnakan'.

Memangnya ada orang yang berpuasa (karena iman) saat berada di perjalanan akan membatalkan puasanya hanya karena tergiur makanan dari warung yang buka? Lagi pula, apa ada yah pemilik warung yang sengaja membuka warung untuk menjerat orang yang berpuasa? Ataukah pemilik warungnya membuat dan sengaja memampang masakannya agar terlihat dari jalanan? Kecuali 'warung padang' dan 'seafood' yang biasa memang terlihat lauk pauknya sedang dimasak/dibakar atau dipajang dalam kaca, selebihnya adalah bahan yang belum jadi.

Dan masalah aroma, tidak mungkin ada orang yang berpuasa (karena iman) sengaja mendekat ke warung untuk mencium aromanya. Kalaupun ada yang sedang tidak sengaja, tentu takkan membatalkan puasanya hanya karena persoalan tergoda hal seperti itu.

Jumat, 12 Juni 2015

Hujan yang Tak Bisa Kueja

Apa yang bisa kueja dari hujan kali ini
Selain duka di pelupuk mata cakrawala
Tangisnya jatuh berderai mendenting hujan
Adakah rindu yang tersisip disana?
Ataukah hanya gersang pada hati yang tak tahu muaranya

Hujan jatuh di peluk Bumi
Ia membasuh luka-luka yang kita buat
Seakan berbisik lirih bahwa ia baik-baik saja
Tapi kutahu hujan kali ini bukan hanya tentang rindu yang terurai

Ada teriakan yang terpenjara di kerongkongan saat ingin kuteriak memaki
Hujan tak peduli. Ia tetap saja jatuh berderai
Aku semakin terkulai
Tak tahu apa yang harus kueja

Aku berhenti
Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.