Jumat, 31 Oktober 2014

Jangan Seperti Fadli Zon!!!

    BADIK- Satu kesyukuran bahwa hari ini (31/10/14) Fadli Zon akhirnya datang ke Bareskrim Mabes Polri untuk menanyakan langsung tentang kasus yang menimpa MA. Sehingga dari sebelumnya dia menyatakan bahwa keterlaluan menangkap seorang penusuk sate yang 'hanya' menyebarkan foto editan di FB katanya. Dan hebatnya pemuja Fadli Zon ini juga langsung meresponnya dengan bermacam-macam tuduhan.

      Ada yang menyindir Bapak Jokowi yang hebat karena baru 10 hari nsudah menunjukkan
otoriternya. Ada yang bilang Jokowi kembali ke "ORDE BARU'. Dan tuduhan lainnya yang sungguh sangat tak berdasarkan hasil nalar yang baik.

Anggota DPR, Titisan Aktivis Kampus yang gagal 'Move On'



Bagi saya yang sering kali menyaksikan manusia yang rakus kekuasaan di kampus-kampus saling bertikai merebutkan kepemimpinan. Tak merasa heran dengan kelakuan anggota DPR di Parlemen yang dipertontonkan kepada masyarakat. Hal itu karena mereka adalah orang-orang yang di masa lalu lahir dari kampus-kampus dengan suasana yang serupa pada hari ini.

Idealisme yang mereka bicarakan hanya ada di forum-forum, tapi diabaikan tatkala kekuasaan harus direbut olehnya dan kelompoknya. Dalam posisi ini mereka tak lagi memikirkan kepentingan bersama meskipun yang selalu mereka bicarakan adalah memperjuangkan hak rakyat. Rakyat yang mana? Dari sinilah mereka bermula, dari kampus-kampus saat mereka adalah menjadi Mahasiswa. manusia yang harusnya menjadi harapan pembaharu. Sayangnya tidak demikian adanya.

Kamis, 30 Oktober 2014

Ghadir Khum: Penyempurnaan Ajaran Islam

Tafsir atas Ayat Tabligh 5.67:

Ayat inilah yang menjadi sebab terjadinya peristiwa di Ghadir Khum setelah Haji Wada,

5.67. Yâ ayyuHâ al-rasûl balligh mâ unzila ilayka min rabbika...

Kalimat perintah (fi'il amar) balligh selama ini telah ditafsirkan sebagai SAMPAIKANLAH... Kini akan kita lihat tafsirnya sebagai SEMPURNAKANLAH...

(a)

5.67. Balligh mâ unzila ilayka min rabbika...

Kunci ayat ini terdapat pada mâ unzila ilayka min rabbika (apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu). Apa yang diturunkan itu? Apa itu mâ unzila ilayka... itu? Ini seperti dalam ayat 2.4, yakni "dan orang-orang yang beriman kepada mâ unzila ilayka...". Ada berbagai pendapat tentang mâ unzila ilayka, tetapi yang tidak pernah diungkap adalah bahwa ia berjumlah 12 dalam seluruh Qur'an:

2.4, 4.60, 4.162, 4.166, 5.64, 5.67, 5.68, 7.2 (kitâbun), 13.1 (al-kitâb), 13.19, 13.36, 34.6 (al-'ilma),

yang menunjuk kepada 12 Imam Ahlul Bayt as. Dengan demikian, perintah dalam Ayat Tabligh adalah perintah untuk menyampaikan perkara 12 Imam as itu.

(b)

Diriwayatkan bahwa Rasul saw memulai dakwah dalam keluarga (Bani Hasyim) dengan perintah ini:

26.214. Wa andzir 'asyîrataka al-aqrabîn (dan berilah peringatan kepada keluarga yang terdekat).

Sedangkan dakwah keluar dengan perintah ini:

15.94. Fa ashba' bi mâ tu-maru wa a'ridh 'ani al-musyrikîn (maka sampaikanlah secara terang-terangan apa yang diperintahkan dan berpalinglah dari orang-orang musyik).

Dan Ayat Tabligh adalah perintah penutup dakwah beliau saw:

5.67. ... sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu... dan Allah memeliharamu dari (gangguan) manusia...

Perhatikan ayat 15.94, terdapat "bi mâ tu-maru" yang berjumlah 5:

2.68, 15.94, 16.50, 66.6, 37.102,

yang menunjuk kepada Muhammad saw dan Ahlul Bayt as. Ini artinya bahwa beliau saw telah MENYEMPURNAKAN mâ tumaru di dalam keluarga dan sehingga, terhadap orang-orang luar, berlaku "wa a'ridh 'ani al-musyrikîn" (dan berpalinglah dari orang-orang musyik). Sedangkan ayat 5.67 menunjukkan bahwa, apabila beliau saw wafat, maka "dan Allah memeliharamu dari (gangguan) manusia".

Dengan demikian, penting untuk kita cermati 'asyîrataka al-aqrabîn dalam ayat 26.214. Kalimat 'asyîrat ada 4:

9.24, 26.214, 58.22.
26.214,

yang diterjemahkan "keluarga". Akan tetapi, apabila kita bandingkan dengan 'asyâra dalam 81.4 yang artinya "harta yang paling berharga", maka 'asyîrataka al-aqrabîn dalam ayat 26.214 haruslah berarti "keluargamu yang paling berharga", yaitu Ali as, dan itulah yang kemudian keluar menjadi mâ tu-maru (yang berjumlah 5) dalam ayat 15.94 itu.

Oleh karena itu, perintah andzir dalam ayat 26.214 bukanlah berarti "berilah peringatan". Untuk arti "berilah peringatan", terdapat 5:

6.51, 14.44, 19.39, 40.18, 74.2,

yakni perintah kepada Muhammad saw dan Ahlul Bayt as untuk memberikan peringatan kepada 'orang-orang lain'.

Bahwa ayat 26.214 tidak termasuk, itu sebagaimana kita ingankan, bahwa andzir di situ artinya SEMPURNAKANLAH.

(c)

Perintah langsung dari Allah swt yang telah kita ketahui sebagai SEMPURNAKANLAH adalah:

utimmû: 2.187, 2.196, 9.4,

ûfû: 2.40, 5.1, 6.152 (2), 7.85, 11.85, 16.91, 17.34, 17.35, 26.181,

yang semuanya berjumlah 13. Kita butuh 4 lagi untuk menjadi 17, dan itu adalah:

2.68: if'alû mâ tu-marûn,

15.94: balligh mâ unzila ilayka...,

15.94: ushda' bi mâ tu-maru...,

37.102: if'al mâ tu-maru...

Dengan demikian, kita telah membuktikan bahwa balligh dalam Ayat Tabligh 5.67 artinya SEMPURNAKANLAH.
Ayat inilah yang menjadi sebab terjadinya peristiwa di Ghadir Khum setelah Haji Wada,
5.67. Yâ ayyuHâ al-rasûl balligh mâ unzila ilayka min rabbika...
Kalimat perintah (fi'il amar) balligh selama ini telah ditafsirkan sebagai SAMPAIKANLAH... Kini akan kita lihat tafsirnya sebagai SEMPURNAKANLAH...
(a)
5.67. Balligh mâ unzila ilayka min rabbika...
Kunci ayat ini terdapat pada mâ unzila ilayka min rabbika (apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu). Apa yang diturunkan itu? Apa itu mâ unzila ilayka... itu? Ini seperti dalam ayat 2.4, yakni "dan orang-orang yang beriman kepada mâ unzila ilayka...". Ada berbagai pendapat tentang mâ unzila ilayka, tetapi yang tidak pernah diungkap adalah bahwa ia berjumlah 12 dalam seluruh Qur'an:
2.4, 4.60, 4.162, 4.166, 5.64, 5.67, 5.68, 7.2 (kitâbun), 13.1 (al-kitâb), 13.19, 13.36, 34.6 (al-'ilma),
yang menunjuk kepada 12 Imam Ahlul Bayt as. Dengan demikian, perintah dalam Ayat Tabligh adalah perintah untuk menyampaikan perkara 12 Imam as itu.

Masalah Ayat Wilayah 5.55

Masalah Ayat Wilayah 5.55:

1. Mengapa menggunakan kalimat waliyyukum (tunggal) dan bukan awliyâ-ukum (jamak)?

2. Apakah para Imam as lainnya juga "menunaikan zakat sembari ruku"?

3. Adakah bukti yang meyakinkan bahwa alladzîna âmanû... itu adalah 12 Imam as?

JAWAB:

(1)

Perhatikan "uskun anta wa zawjuka al-jannat wa kulâ minHâ...", maka kulâ, makanlah KAMU BERDUA, tapi uskun anta, TINGGALLAH ENGKAU... Perintah uskun anta untuk Adam as (tunggal) yang menyertakan zawjuka (istrimu). Ini seperti dalam ayat 34.10: yâ jibâlu awwibî ma'aHu wa al-thayr, perintah kepada gunung-gunung (jibâl) yang menyertakan burung-burung (al-thayr).

Nah, ayat 5.55 sebetulnya hanyalah innamâ waliyyikumu AllâHu, that's it, tidak lebih. Mengapa? Karena dalam Qur'an yang ada hanya Allah swt sebagai wali, tak ada satu ayat (lain) pun yang menunjukkan bahwa Rasul saw adalah wali, tidak ada! Nah, wa rasûliHi ada penyertaan ke AllâH, sedangkan wa alladzîna âmanû... adalah penyertaan ke rasûliHi.

Apakah jelas, Tuan?

(2)

Kalimat "menunaikan zakat sembari ruku" hanyalah terjemahan yang 'dikacaukan' oleh asbabun nuzul. Yang sebenarnya adalah,

5 alladzîna yuqîmûna al-shalâta...: 2.3, 5.55, 8.3, 27.3, 31.4,

5 râki'ûn: 2.43, 3.43, 5.55, 9.112, 38.24,

yakni bahwa kedua-duanya menunjuk kepada Muhammad saw dan Ahlul Bayt as. Ayat ini, dengan penunjukan ini, lebih dulu ada sebelum terjadinya asbabun nuzul dimana Imam Ali as memberi shadaqah sembari beliau as ruku', yakni suatu peristiwa yang 'secara kebetulan' terasa elok tatkala dinarasikan dengan "menunaikan zakat sembari ruku". Akan tetapi haruslah disadari bahwa narasi atau terjemahan seperti itu dapat mendistorsi makna hakikinya.

Terkait dengan pertanyaan di atas, maka kita katakan bahwa 12 Imam as itu al-râki'în, orang-orang yang kapan dan dimana pun selalu ruku', maka tentu saja dalam melakukan shadaqah pun mereka dalam keadaan ruku'.

(3)

Ada Allah swt sebagai wali, sebagaimana ayat 5.55, ada juga wali Allah atau awliya Allah (wali-wali Allah).

10.62. Alâ inna awliyâ-a AllâHi lâ khawfun 'alayHim wa lâ Hum yahzanûn (ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tiada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula mereka bersedih).

Wali Allah artinya kekasih Allah. Banyak yang mengaku / diaku sebagai wali-wali Allah. Tapi lâ khawfun 'alayHim wa lâ Hum yahzanûn hanya 12:

2.38, 2.62, 2.112, 2.262, 2.274, 2.277, 3.170, 5.69, 6.48, 7.35, 10.62, 46.13.

Allah swt adalah wali atau pelindung atau penolong dari orang-orang lemah. Siapa menolong orang-orang lemah maka dia menolong Allah swt sehingga Allah swt akan menolongnya dan meneguhkan kedudukannya (lihat ayat 47.7). Dengan demikian, apabila seseorang menolong Allah swt, maka, secara harfiyah, dia adalah wali Allah dalam arti penolong Allah. Lalu Allah swt meneguhkan kedudukannya menjadi wali Allah dalam arti kekasih Allah.

Karena itu, Allah swt sebagai wali atau penolong, maka Dia menolong melalui pertolongan para wali-Nya, dalam hal ini 12 Imam as.

Kita telah melihat bahwa Allah swt sebagai mawla, yang juga berarti penolong / pelindung, ada 12 dalam Qur'an:

2.286, 3.150, 6.62, 8.40 (2), 9.51, 10.30, 22.78 (2), 47.11, 66.2, 66.4.

Dengan demikian, sesungguhnya sudah clear...

Tapi boleh saja seseorang bertanya,

"Terlepas dari mawlâ dan awliyâ-a AllâH, adakah kalimat waliy yang terkait dengan Allah swt juga berjumlah 12?"

Ternyata:

13 Allah swt sebagai Wali: 2.257, 3.68, 3.122, 4.45, 5.55, 6.127, 7.155, 7.196, 12.101, 34.41, 42.9, 42.28, 45.19,

2 wali dari sisi Allah swt: 4.75, 19.5,

2 awliyâ-a AllâH: 10.62, 42.6,

sehingga berlalu 13 & 2 & = 17 = 5 & 12.
1. Mengapa menggunakan kalimat waliyyukum (tunggal) dan bukan awliyâ-ukum (jamak)?
2. Apakah para Imam as lainnya juga "menunaikan zakat sembari ruku"?
3. Adakah bukti yang meyakinkan bahwa alladzîna âmanû... itu adalah 12 Imam as?
JAWAB:
(1)
Perhatikan "uskun anta wa zawjuka al-jannat wa kulâ minHâ...", maka kulâ, makanlah KAMU BERDUA, tapi uskun anta, TINGGALLAH ENGKAU... Perintah uskun anta untuk Adam as (tunggal) yang menyertakan zawjuka (istrimu). Ini seperti dalam ayat 34.10: yâ jibâlu awwibî ma'aHu wa al-thayr, perintah kepada gunung-gunung (jibâl) yang menyertakan burung-burung (al-thayr).
Nah, ayat 5.55 sebetulnya hanyalah innamâ waliyyikumu AllâHu, that's it, tidak lebih. Mengapa? Karena dalam Qur'an yang ada hanya Allah swt sebagai wali, tak ada satu ayat (lain) pun yang menunjukkan bahwa Rasul saw adalah wali, tidak ada! Nah, wa rasûliHi ada penyertaan ke AllâH, sedangkan wa alladzîna âmanû... adalah penyertaan ke rasûliHi.

Tafsir atas Hadits Ghadir "man kuntu mawlâHu fa Hâdzâ 'aliyyun mawlâHu..."

Ada dua redaksi Hadits al-Ghadir. Musnad Ahmad 1/118 No. 950 menggunakan redaksi "man kuntu mawlâHu fa 'aliyyun mawlâHu...". Redaksi lain yang menurut al-faqir lebih tepat adalah "... fa Hâdzâ 'aliyyun mawlâHu...", yakni menggunakan harf Hâdzâ, INILAH DIA (Musnad Ahmad, 4/370 No. 19321; al-Nasa'i, No. 93; dll). Rasulullah saw bersabda INILAH DIA (Hâdzâ) sambil mengangkat tangan Imam Ali as.
18.49. Dan diletakkan kita maka kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap adap yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini (fa Hâdzâ al-kitâbi) yang tidak meninggalkan (lâ yughâdiru) yang kecil dan tidak pula yang besar kecuali ia mencatat semuanya." Dan mereka dapati apa yang mereka kerjakan ada (tertulis)...

GALERI PUSTAKA

Buku ini berkisah tentang anak kecil bernama shopie yang mendapat surat dari orang misterius yang mengajarkannya filsafat





































'KEMA'SHUMAN' Nabi Saww dan Ahlul Bayt As dalam Al Qur'an

KEMA'SHUMAN Nabi saw dan Ahlul Bayt as dalam Qur'an (1):

1. Ayat-ayat 66.44-46 adalah FAKTA bahwa Nabi saw itu MA'SHUM. Pada ayat-ayat dimaksud, Allah swt mengancam akan memotong urat jantung beliau saw apabila beliau saw mengada-adakan perkataan Allah swt. Faktanya, hingga Nabi saw wafat, hal itu tidak terjadi. Itu tandanya bahwa beliau saw tidak pernah mengada-adakan perkatakan Allah swt, yang artinya beliau saw TERJAGA atau MA'SHUM dari perbuatan seperti itu.

Ayat-ayat itu seperti hadits Nabi saw, "Sekiranya putriku Fathimah mencuri, niscaya kupotong tangannya." Fathimah as wafat dalam keadaan tangan utuh tidak terpotong. Maka hadits ini merupakan fakta bahwa Fathimah as itu terjaga dari perbuatan mencuri.

2. Ayat-ayat 66.1-2 sering digunakan sebagai dalil bahwa Nabi saw tidak ma'shum.

66.1. Hai Nabi, mengapa engkau mengharamkan apa yang halalkan Allah bagimu...?

Melakukan perbuatan "mengharamkan apa yang dihalalkan Allah" (tuharrimu mâ ahalla AllâHu) tentulah tergolong perbuatan "mengada-adakan perkataan Allah" sehingga, sesuai ayat-ayat 69.44-46, Allah swt telah memotong urat jantung Nabi saw. Pada kenyataannya tidak demikian, malah di akhir ayat 66.1 disebut "wa AllâHu ghafûrun rahîmun" (dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).

Bukan Nabi saw melainkan malah kedua istri beliau saw, yakni Aisyah dan Hafshah, yang disuruh bertobat dalam ayat 66.4. Pada ayat 66.5, Nabi saw dibolehkan menceraikan keduanya, malah dijanjikan atau dihadiahkan pengganti-pengganti dari keduanya yang lebih baik. Bagaimana mungkin Nabi saw dikatakan bersalah padahal beliau saw diberikan hadiah?

Bagaimana menjelaskan ayat-ayat ini?

Sesungguhnya ayat 66.1 haruslah dibaca lengkap "mâ ahalla AllâHu laka" dimana kalimat LAKA (untuk engkau) menunjukkan kekhususan kepada Nabi saw dan bukan kepada selain beliau saw. Apakah itu? Yaitu pengkhususan dari Allah swt kepada Nabi saw untuk menikah sesuai ayat 33.50. Allah swt mengISTIMEWAkan Nabi saw dalam urusan menikah, menghalalkan, sesuai ayat 33.50, akan tetapi keistimewaan itu tidak beliau saw tunaikan padahal Maria Qibtiyah telah menyerahkan dirinya kepada beliau saw. Aisyah dan Hafshah melakukan perbuatan yang menyakiti beliau saw dalam perkara ini sehingga beliau saw enggan menikahi Maria. Itulah yang dimaksud dengan ayat 66.1.

Ayat 66.1 menggunakan LAKA untuk Nabi saw saja. Ayat 66.2 menggunakan LAKUM untuk selain Nabi saw. Nabi saw dikhususkan dari selain beliau saw. Mengapa? Karena beliau saw itu MA'SHUM.

Jadi, seperti ayat-ayat 69.44-46, maka ayat-ayat 66.1-5 adalah juga FAKTA tentang ma'shumnya Nabi saw. Secara khusus, Allah swt adalah Penjaga atau Pelindung (mawlâ) Nabi saw dalam ayat 66.4.

Pada ayat 66.6, Allah swt menyuruh selain Nabi saw untuk menjaga diri-diri mereka dan keluarga mereka dari api neraka. Allah swt tidak menyuruh Nabi saw karena beliau saw dan keluarga beliau saw, yakni Ahlul Bayt as, telah MA'SHUM atau terjaga. Jadi ayat 66.6 juga adalah ayat tentang kema'shuman Nabi saw dan Ahlul Bayt as.
1. Ayat-ayat 66.44-46 adalah FAKTA bahwa Nabi saw itu MA'SHUM. Pada ayat-ayat dimaksud, Allah swt mengancam akan memotong urat jantung beliau saw apabila beliau saw mengada-adakan perkataan Allah swt. Faktanya, hingga Nabi saw wafat, hal itu tidak terjadi. Itu tandanya bahwa beliau saw tidak pernah mengada-adakan perkatakan Allah swt, yang artinya beliau saw TERJAGA atau MA'SHUM dari perbuatan seperti itu.
Ayat-ayat itu seperti hadits Nabi saw, "Sekiranya putriku Fathimah mencuri, niscaya kupotong tangannya." Fathimah as wafat dalam keadaan tangan utuh tidak terpotong. Maka hadits ini merupakan fakta bahwa Fathimah as itu terjaga dari perbuatan mencuri.

Selasa, 28 Oktober 2014

Masih adakah 'SAMPAH PEMUDA' di Hari 'SUMPAH PEMUDA'?



     Dalam sejarah Panjang Indonesia, Pemuda dari tiap generasi selalu menjadi poros penting dalam agenda perubahan Bangsa. Hampir seluruh peristiwa yang menyangkut negara ini dipelopori oleh semangat dari Para Pemuda. Dan yang tak kalah penting adalah sejarah Sumpah Pemuda yang menjadi salah satu tonggak sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Dimana pada Kongres Pemuda I kala itu menjadi  awal sejarah persatuan Bangsa Indonesia. Karena jika sejarah itu benar, maka kita bisa memahami bagaimana semangat Pemuda yang rela melepaskan ego kesukuan, daerah dan agamanya untuk bersama-sama berikrar menyatakan sumpahnya demi masyarakat Indonesia. Dan hasilnya adalah perjuangan terintegrasi, terkordinir dan pada puncaknya adalah Pemuda pulalah yang mengambil inisiatif untuk menculik Ir. Soekarno yang dikenal dengan peristiwa Rengas Dengklok, yang mendesak agar proklamasi kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan. Tak hanya itu, berbagai pelopor perubahan telah terlaksana hingga masa reformasi meruntuhkan Orde Baru, rezim Presiden Soeharto.

Senin, 27 Oktober 2014

Revolusi Mental adalah Harapan


Meski tak selaras, 
kuharap tak ada laras.
Senjata tua klasik, 
yang menodong dengan pekik.
Kita sedang menanti, 
untuk harapan yang kita mimpi.
Jangan berharap tak ada pedih,
karena kita memang sedang lirih.
Memikul masa lalu,
menuju masa baru.
Inilah namanya perjuangan,
tentu harus ada pengorbanan.

Susi jadi Menteri, Benar-Benar Revolusi Mental

     Terpilihnya Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan adalah sesuatu yang tidak biasa. Dan tentu ini menyentak khalayak ramai dikarenakan latar belakang pendidikan dari Sang Menteri yang hanya lulus SMP.
     Banyak berita miring yang kemudian beredar dan meragukan kinerjanya lantaran dinilai hanya berijazah SMP. Dan anehnya itu dijadikan sebuah argumentasi untuk ikut menyerang presiden Jokowi oleh mereka yang memang sejak dulu tak pernah mendukung apapun dari Jokowi. Mereka menyebutkan bahwa Ibu Susi bukan dari kalangan Profesional ataupun Akademisi lantaran hanya berijazah SMP. Sayangnya dari argumentasi-argumentasi itu justru menunjukkan bahwa orang-orang seperti ini telah terjebak pada sebuah bencana yang menjadikan sertifikat sebagai tolak ukur kemampuan seseorang atau disebut 'Disaster of Certicate'. Meskipun orang yang bersertifikat bisa memenuhi standar dari apa yang disebutkan di dalam sertifikatnya itu. Tapi tidak menutup kemungkinan orang bisa lebih ahli meskipun tidak dibukyikan dengan sertifikat/ijazah dan semacamnya.

Jangan Lupakan Karbala!!!


      Karbala, siapa yang mengenal tempat ini? atau sekedar pernah mendengarnya disebut? Bagi saya Karbala pertama kali saya dengar dari mereka yang tengah belajar tentang mazhab syiah. Yah, setelah dua puluhan tahun saya mengaku memeluk agama islam dari ke dua orangtua tak pernah kudengar tentang apa itu karbala. Bahkan dalam literatur yang sering diajarkan pada saya di bangku-bangku sekolah tak pernah menyentuh pada nama 'Karbala'. Lalu kenapa kita harus tahu apa itu Karbala?

Rabu, 22 Oktober 2014

'MAPPACCI', Tradisi Penuh Filosofi

     Mappacci adalah suatu prosesi adat dalam tradisi bugis yang dilakukan kepada calon mempelai perempuan yang akan melangsungkan pernikahan (ijab kabul) esok harinya. Mappacci berasal dari kata pacci (daun pacar) yang mendapat imbuhan 'ma' sehingga artinya menggunakan pacci (daun pacar). Daun pacar sendiri adalah daun yang dipakai untuk menghias kuku, watnanya merah darah.

Senin, 13 Oktober 2014

Telah Kusempurnakan Agamamu... Merayakan Hari Raya Ied Ghadir.

     Hari raya adalah hari dimana kita bersama-sama bergembira, karena di hari itu mengandung peristiwa yang menakjubkan. Hari raya jum'at menjadi istimewa karena disana berulang kali disampaikan keharusan bersalawat kepada Nabi dan keluarganya (Al Ahzab 56). Idul Fitri adalah hari raya dimana setiap yang beriman setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa akhirnya dinyatakan kembali disucikan mencapai derajat taqwa (Al Baqarah 183). Idul Adha adalah hari raya mengandung hikmah tentang bagaimana Nabi Ibrahim As dan keluarganya yang kemudiaan setelah diuji diberikan rahmat yang besar ( Al Baqarah 124).

Sabtu, 04 Oktober 2014

IDUL ADHA dan PILKADA

    
Ada yang menarik dari Idul Adha kali ini. Menarik karena sepertinya ini tak menjadi perhatian besar bagi umat islam. Tak ada sidang isbat yang dilakukan pemerintah. Tidak ada koordinasi yang jelas. Bahkan Idul Adha yang sebelumnya selalu seragam, kali ini mengalami perbedaan.
     Yah, bagi kita tentu amat mudah menetukan 10 Dzulhijjah ketimbang dengan 1 Syawal. Ini jelas karena kita juga berbeda dalam penetuan 1 ramadhan dan lamanya periode bulan ramadhan. Tapi, itu seharusnya tak berlaku untuk 10 Dzulhijjah. Dimana sehari sebelumnya pasti dimulai dengan satu ritual yang tak kalah pentingnya pada tanggal 9 Dzulhijjah. Wukuf di Arafah, di suatu bagian tempat di sekitaran Makkah. Disini umat muslim di seluruh dunia sepakat bahwa 9 Dzulhijjah hanya berlangsung sekali dan tidak terulang dua kali.

Padang Arafah, Padang Pengenalan Jati Diri

 
   Dzulhijjah, bulan yang ditetapkan sebagai bulan diundangnya seluruh manusia yang beriman dan mampu untuk berhaji. Dalam prosesi berhaji yang menjadi syarat wajib diantara syaratnya adalah wukuf di padang arafah pada 9 dzulhijjah.
     Arafah dalam bahasanya adalah mengenal. Padang arafah adalah tempat bertemunya Nabi Adam As dengan istrinya pertama kali setelah ia turun ke bumi. Padang ini disebut arafah sebagai bentuk pemaknaan bahwa disana manusia dipanggil datang berkumpul untuk mengenal sesuatu.

Kamis, 02 Oktober 2014

[Menoleh Sejarah] Hari Kesaktian Pancasila, Rangkaian Kerusuhan G 30 S PKI

     BADIK- 1 oktober dalam kalender negara kita dijadikan sebagai hari kesaktian pancasila. Sekilas mendengar kata 'hari kesaktian pancasila' maka tentu yang ada di benak kita adalah bahwa ini adalah hari dimana pancasila menjadi sakti, pancasila yang kuat dan segala macam menyangkut itu. Dan seperti itulah saya memikirkannya juga. Tapi, akhirnya saya membuka sejarah. Lalu betapa terkejutnya menemukan fakta bahwa disana, di hari yang sama atas penetapan hari kesaktiannya ikut dibantai ribuan masyarakat mengatasnamakan pancasila.
Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.