Sabtu, 07 Januari 2017

Dialog Kebenaran: Refleksi KeberTuhanan

(Catatan 2 tahun lalu)

Materi "Ketuhanan" pada Gear Box (LK1) Himpunan Mahasiswa Mesin FT UNIFA

Untuk kesekian kalinya saya mendapat undangan membawakan materi pada kegiatan latihan kader himpunan atau komunitas mahasiswa.

Entah kenapa akhir-akhir ini saya lebih sering diundang untuk membawakan materi "keTuhanan" di pelatihan kader yang ada. Dan akhir pkan lalu, sabtu (41/01/2015) saya kembali mengisi materi ketuhanan pada kegiatan Gear Box (LK1) Himpunan Mahasiswa Mesin Fakultas Teknik Universitas Fajar.

Seperti biasa, saya masuk sebagai seorang kaum materialistis  yang mengingkari keberadaan Tuhan yang diyakini manusia beragama. Disana saya mengusik kesadaran beragama peserta.

Ketuhanan yang diturunkan pada prinsip-prinsip agama kami dialogkan. Mereka yang merasa diri mereka heroik atas keyakinan beragamanaya mampu saya buat terdiam lewat sejarah yang mereka dapatkan dalam pengetahuan keberagamaanya.

Saya akan menuliskan 2 poin saja argumentasi yang tidak dapat mereka jelaskan, dimana bagi mereka ini menjadi fakta yang mengingkari satu sama lain.

1. Mereka yakin bahwa dalam agama mereka pernikahan sedarah sekandung adalah suatu hal yang haram. Bahkan sepersusuan saja membuat tidak boleh menikah.

Lalu, saya mengungkit tentang cerita Adam dan Hawa yang mereka katakan sebagai pasangan manusia pertama (dengan ini mereka mengingkari keyakinan kaum materialis sepertiku di ruangan itu yang meyakini bahwa manusia hari ini hasil evolusi dari monyet).

Dalam sejarah Adam dan Hawa yang mereka yakini bahwa Adam dan Hawa melahirkan anak kembar yang berpasangan satu sama lain (laki-laki dan perempuan). Dalam masa ini dikenallah oleh mereka nama Habil dan Qabil.

Pada masa selanjutnya mereka yakini bahwa Nabi Adam As diperintahkan untuk menikahkan anak mereka dengan menyilangkan dengan saudara kembarnya. Habil dengan kembar Qabil dan begitupun sebaliknya. (Kelak katanya inilah yang memicu pembunuhan pertama dilakukan).

Hanya saja, poin penting yang saya gugat disini adalah pernikahan sedarah yang dikisahkan ini. Benarkah telah diperintahkan oleh Tuhan di masa lampau untuk boleh menikahkan anak manusia dengan saudara sekandungnya? Dimana jika kasus ini benar diterima artinya perkembangan manusia hari ini yang jumlahnya begitu besar merupakan keturunan yang lahir dari pernikahan sedarah? dimana dalam hukumnya hari ini adalah sesuatu yang haram.

Apakah mungkin Tuhan telah mengalami "plin-plan" dalam memutuskan perkara nikah sedarah (yang di masa kini haram, tapi di masa lampau bisa dilakukan dan dibolehkn Tuhan).

Saya bilang pada mereka bahwa ini adalah sebuah literatur yang sungguh tak bisa saya terima sebagai kaum materialistis dan itu merupakan cacat dari agama yang mereka anut.

Mereka yang hadir hanya terbungkam, sebab jika mengakui itu adalah kisah sejarah yang benar maka secara otomatis manusia hari ini adalah berasal dari generasi manusia yang melangsungkan pernikahan terlarang karena sedarah sekandung.

2. Sebagai seorang materialis saya berusaha meruntuhkan keyakinan keberTuhanan peserta pada waktu itu.

Seakan mereka benar-benar percaya bahwa saya adalah benar tak meyakini Tuhan dan segala yng bersinggung dengannya. Beberapa diantara peserta itu kemudian berusaha menyeret diskusi kami kepada hidup kekal nan abadi. Dimana katanya mereka harus percaya Tuhan supaya saat mati bisa masuk surga yang kekal.

Dengan sigap langsung kutimpali mereka bahwa apa yang mereka sebut sebagai surga dan neraka tidak benar-benar adanya. Namun, satu diantara mereka menyahut bahwa surga benar adanya lantaran berita yang mereka dapatkan dari seorang Nabi yang katanya pernah mengunjunginya.

Saya pun melanjutkan penjelasan saya. Menceritakan kisah isra mi'raj pada mereka dimana katanya pada saat inilah Nabi diperjalankan menuju sidratul muntaha dimana juga mengunjungi surga dan neraka. (mereka yakin tentang kisah ini).

Lalu saya mengajukan pertanyaan bahwa bagaimana dengan kisaah tentang beberap alam yang harus dilalui oleh manusia sebelum ditentukan siapa yang masuk surga atau neraka.

Dalam literatur dijelaskan bahwa kehidupan manusia akan mengalami beberapa fase. 1. kelahiran 2. hidup di dunia 3. Mati 4. Alam Kubur/Barzak 5. Menunggu kiamat sampai mereka dihidupkan kembali di padang mashar 6. Yaumil Hizab (Hari oerhitungan) dan 7. Ditentukan yang mana masuk surga dan neraka. (artinya jika surga benar adanya maka saat kehidupan Nabi pada saat itu belum ada yang menghuninya).

Lalu, bagaimana dengan riwayat yang mengatakan bahwa Nabi datang berkunjung ke surga dan neraka.

Riwayat diantaranya sebagai berikut:

Riwayat tentang Nabi berjumpa dengan Nabi lainnya di syurga tingkat tertentu.

Riwayat tentang Nabi melihat penghuni neraka kebanyakan adalah perempuan.

Riwayat tetnag telaga di surga dima Nabi menunggu sahabatnya, namun banyak diantara yang digiring ke neraka.

Serta banyak riwayat lain yang menceritakan bahwa nabi melihat langsung surga dan neraka yang sudah berpenghuni.

Pada posisi ini saya mengajukan argumentasi kepada mereka tentang bagaimanakah mereka menjelaskan situasi ini. Dimana mereka yakin zaman nabi yang hidup di abad 7 masehi pernah melakukan perjalanan mengunjungi surga dan neraka yang sudah berpenghuni.

Sementara di kasus yang lain mereka yakin bahwa manusia barulah akan ditentukan masuk surga atau neraka setelah menjalani Yaumil Hizab, dimana itu baru akan terjadi setelah berkumpulnya manusia di padang mashar saat dihidupkan kembali setelah kiamat.

Masalahnya adalah, baik saya maupun mereka percaya bahwa apa yang dimaksud KIAMAT belumlah terjadi, maka kelanjutan proses padang mashar dan yaumul hizab tentu belumlah juga terjadi.

Mereka hanya bisa diam, merasa kebingungan atas itu semua? Lalu kuajak mereka untuk melupakan surga dan neraka itu yang cerita tentangnya simpang siur bagi mereka. Dan mereka hanya tetap diam, tak bisa memberi jawabanya.

Tapi pada titik itu semoga mereka mau mencari tahu kenapa pada saat isra mi'raj Nabi melihat neraka dihuni banyak kaum wanita?

(Bersambung.....)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.