Minggu, 26 April 2015

[Mari Bersuara] #SaveBudayaPangkep ; Tolak EO Kapitalis

Beberapa bulan terakhir di Pangkep terjadi peristiwa memiriskan hati. Penemuan mayat bayi yang baru lahir diduga hasil dari 'hubungan gelap' muda mudi yang tak bertanggungjawab. Kasus pemerkosaan yang melibatkan muda-mudi juga kerap terjadi. Ada yang terekspose dan lebih banyak yang tidak sempat diketahui.

Kejadiaan ini menjadi bukti akan adanya demoraliasasi terhadap generasi muda di Pangkep. Memang bukan sekarang peristiwa ini dimulai, tapi akhir-akhir inilah kejadian-kejadian di atas terkuak.
Dan hal yang patut disayangkan adalah Pangkep yang sebelumnya terkenal sebagai kota religius dinodai dengan maraknya aksi-aksi amoral dari generasi mudanya. Dan hal ini tampaknya tak menjadi perhatian khusus oleh Pemerintah Daerah.

Globalisasi memang sulit dihindari lewat media informasi internet yang begitu muda diakses oleh pemuda menjadi hal yang sangat berpengaruh. Tapi hal yang semestinya tidak terjadi adalah diadakannya kegiatan berbalut kebudayaan dengan sisipan budaya hura-hura merusak mental generasi muda. Dan kegiatan itu mendapat persetujuan bahkan disponsori oleh PEMD Pangkep dalam hal ini diwakili Dinas Budaya dan Pariwisata (DISBUDPAR) Pangkep.

DISBUDPAR sebenarnya disini kecolongan telah mendukung dan menyeponsori kegiatan seperti itu. Kegiatan 'Glow Night Swimming Pool' yang menghadirkan Disk Joki (DJ) untuk meriahkan kegiatan yang ditujukan untuk muda-mudi dalam sebuah night party dengan suasana berjoget ria penuh hura-hura. Sebuah kegiatan yang tentu sangat bertolak belakang dengan budaya Pangkep yang dikenal religius ini.

Namun kecolongan yang dialami DISBUDPAR sebenarnya adalah karena adanya Event Oraginizer yang menggas acara ini. EO yang hanya mengutamakan keuntungan finansial manajemennya tanpa mempertimbangkan dan peduli terhadap aspek efek negatif yang ditimbulkan kegiatan ini. Bahkan EO yang bersangkutan sudah kali ke dua mengadakan kegiatan serupa di Pangkep yang tentu tidak sesuai dengan kebesaran budaya leluhur masyarakat Pangkep.

Sebagai orang yang menjadi bagian dari Pangkep, saya melihat bahwa kegiatan-kegiatan seperti demikian memiliki efek mengerikan jika terus dibiarkan berlangsung. Saya menyebutnya 'efek radiasi' dimana secara tidak sadar dampaknya merusak secara perlahan.

Kegiatan itu akan dianggap sebagai kegiatan yang menjadi budaya jika setiap tahunnya dilangsungkan. Menjadi sesuatu yang dinilai wajar dan diikuti lebih banyak muda-mudi lagi akibat efeknya yang perlahan merasuki mental pemuda. Apalagi dengan suasana riuh hura-hura yang memang menjadi minat sebagian besar pemuda yang menganggap diri modern.

Mungkin, EO dan pendukungnya itu akan menilai saya kolot dan ketinggalan zaman. Karna tentu kegiatan ini dianggap oleh mereka sebagai hal yang modern dan pantas buat Pangkep yang sedang berkembang maju. Biarlah, jika memang harus tertuduh kolot dan ketinggalan zaman  itu tak menjadi soal.

Bagi saya kebesaran budaya leluhur masyarakat Pangkep harus selalu didengungkan kepada generasi mudanya. Dan itu berarti juga sebagai landasan untuk menyuarakan perlawanan terhadap apa yang bisa merusak kebesaran budaya itu.

Karenanya, saya mengajak setiap orang yang peduli akan kebesaran budaya leluhur di Pangkep untuk ikut bersuara #SaveBudayaPangkep dari kegiatan EO yang hanya mengutamakan keuntungan finansial manajemennya.

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai warisan budaya leluhurnya"
(Untuk Pangkep, 26 April 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.