Sabtu, 21 Februari 2015

Salat Dhuha, Benarkah Dianjurkan Nabi?

Beberapa hari yang lalu, seorang pimpinan di kantor meminta ditemani untuk sebuah urusan di luar kantor. Tapi sebelum keluar dia minta waktu dulu melaksanakan Salat Dhuha. Saya mengangguk sambil menyetujui untuk menunggunya sebentar.
Setelah selesai, dia kemudia datang menujuku.
"Kamu tidak mau Salat Dhuha dulu?" Tanyanya menganjurkan.
Saya sedikit terkejut. Dan menggelengkan kepala sebagai isyarat 'Tidak'.
"Kamu tidak biasa Salat Dhuha yah?" Tanyanya.
Saya tersenyum. Laku kami berlalu.
____________________________________

Salat Dhuha.
Saya memang tak biasa melakukan ini. Barangkali karena tak pernah ada anjuran menurutku. Pikirku waktu itu.
Semalam, saya teringat kejadian itu.Sedikit penasaran kenapa dalam mazhab yang saya ikuti sekarang tak pernah menganjurkan melaksanakan Salat semacam itu?
Ada apa? Akhirnya saya menghabiskan separuh malam untuk memikirkan hal itu.
Hari ini saya mengambil kesimpulan.
Salat Dhuha adalah Salat yang ditujukan untuk mempermudah rezky katanya, memudahkan untuk menjadikan manusia kaya. Do'anya pun m3minta kepentingan dunia saja. Salat ini sepertinya dimaksudkan memang khusus kepentingan dunia. Dimudahkan dalam urusan kerja, bisnis dan persoalan keuangan serta keuntungan lainnya.
Saya berpikir bahwa Para Imam Suci adalah orang yang hidupnya dalam kezuhudan. Para bagindaku menolak kejayaan dan kekayaan duniawi. Harta dan kuasa tak pernah dipikirkan untuk diraih olehnya. Jadi mana mungkin bagindaku ada yang akan melaksanakan sebuah salat yang ditujukan untuk kelapangan rezkynya atau untuk membuatnya berhasil dalam bisnis sehingga bisa jadi kaya.
Saya tak menemukan anjuran Salat Dhuha.
Adapun salat yang dianjurkan adalah salat malam (nafilah) dengan tujuan mendekatkan diri (qurba) kepada Tuhan. Untuk salat ini betapa banyak riwayat yang bisa saya temukan. Apa hendak meminta petunjuk ataupun memang untuk mengadu kepada Tuhan atas kondisinya. Tak pernah dikhususkan untuk meminta kelapangan rezky apalagi untuk menjadi kaya.
Saya berpikir bahwa tentu ada hikmah di balik iyu semua.
Faktanya adalah Salat Dhuha mereka tujukan untuk kebaikan duniawi ataupun kekayaan harta. Tapi bagi saya tanpa dimintapun untuk permasalahan kekayaan (rezky) Tuhan telah menjaminnya. Buktinua banyak orang yang tidak Salat Dhuha bisa jadi kaya bahkan banyak yang malahan tidak beriman sama sekali. Jadi, apakah benar ada pengaruhnya meminta kekayaan itu pada Tuhan?
Atau jangan-jangan malahan saat meminta kekayaan harta itu kita berniat menukar setiap amalan salat yang sudah kita lakukan untuk kelapangan rezky dan kekayaan duniawi?
Apakah dalam hal ini Tuhan telah menebus amalan salat kita dengan kemudahan dan kekayaan yang kita dapati? Apalagi bahwa yang terjadi adalah kekayaan malah membuat manusia semakin banyak berhitung untuk menjadikan hartanya bermamfaat di jalan Tuhan. (Meskipun tidak semua).
Dan saat ini bahkan saya benar-benar ragu. Apakah memang Nabi pernah melakukan Salat Dhuha itu di masa lalu? Salat yang dimaksudkan Nabi ditegakkan untuk kelapangan rezkynya dan kekayaan duniawinya?
Bagi saya dengan pikiran yang ada saat ini belum bisa meyakini kalau salat dhuha memang oernah dilakukan Nabi dan menjadi anjuran.
Bukankah Nabi datang membebaskan manusia dari belenggu harta dunia? Dan itu telah dibuktikannya dengan semua hasil keuntungan dagangan baginda bersama istrinya Sayyidah Khadijah Al Qubra As habis dibagikan untuk kepentingan dakwahnya?
Apalagi sejarah para imam suci (yang diyakini mazhabku) tak pernah mengisahkan ada diantara imam yang kaya raya, mengumpulkan harta sampai membangun istana dan dinasti seperti banyak kisah dinasti-dinasti yang disandarkan pada peradaban islam masa lalu.
Bagi say ini memang sangat aneh. Salat Dhuha tak oernah dianjurkan dalam mazhab yang kuikuti. Jadi saya tak terbiasa melakukan itu.
Bagi keyakinan kami bahwa persoalan duniawi yak perlu diminta pada Tuhan karena rumusnya jelas. Tak ada beda apa yang diterima orang yang beriman dan yang tidak beriman. Tergantung dari kerasnya usaha masing-masing dalam mengumpulkan harta itu. Semua bisa menikmatinya tanpa ada diskriminasi dari Tuhan.
Tapi berbeda dengan kedekatan (qurba) dengan Tuhan. Hanya orang beriman dan senantiasa mengingatnya (melaksanakan salat) baik siang, malam, maupun menjelang fajar yang akan dapat predikat itu, Khalillahu (kekasih Allah). Karena betapapun Salat ditujukan untuk persoalan Akhirat (ukhrawi) yang sifatnya transenden dan spiritual. Kebaikan dunianya akan mengikut sebagai 'reward' atas kedekatan kita pada Tuhan.
Jadi, saya lebih suka melakukan Salat Malam dan salat nafilah lainnya untuk melengkapi Salat Wajib saya di dunia ini.
.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.