Jumat, 17 April 2015

[Menyoal UN] Kebijakan Menteri Vs Sinetron TV


Apa yang kita saksikan hari ini dari perilaku siswa setelah melaksanakan Ujian Nasional (UN) menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan. Sejatinya mereka yang telah melalui jenjang ini selama hampir 3 tahun bisa lebih menajdi anak-anak yang bermoral sesuai apa yang diajarkan di sekolah.


Beberapa gambar yang berhasil diabadikan memperlihatkan bagaimana bobroknya moralitas siswa-siswa negara kita. Bahkan ini hanya beberapa saja yang berhasil diabadikan dan tentu di luar itu masih jauh lebih banyak tindakan serupa yang dilakukan oleh siswa selepas UN.

Sepertinya kebijakan Bang 'Anies Baswedan' untuk membuat UN bukan lagi sebagai tolok ukur kelulusan siswa disalah-artikan oleh siswa-siswa yang menjalani ujian lewat tindakan mereka yang meluapkan emosionalnya dengan aksi yang seakan tidak bermoral.


Padahal sejatinya, niatan Menteri Pendidikan itu untuk membuat siswa tidak tertekan dengan hasil UN yang dijadikan tolok ukur sehingga mrnghargai proses belajar mereka bukan untuk lulus UN saja tapi lebih mementingkan ilmu yang diperoleh.

Hanya saja, saya melihat ini sebagai suatu bentuk tindakan yang didasari dari sistem nilai yang diserap siswa itu di luar jam sekolah. Karena jika melihat bagaimana kurikulum itu juga diperbaharui sesuai dengan kondisi siswa dan perkembangan.

Sistem nilai yang mencemari hasil proses belajar mereka di sekolah adalah tontonan TV. Yah, saat ini begitu banyak sinetron yang ditampilkan di stasiun TV di negeri ini yang mengambil latar belakang Siswa Sekolah. Sementara apa yang ditampilakan dalam sinetron tersebut adalah di luar konteks apa yang diajarkan dalam kurikulum sekolah sebagaimana adanya. Pengaruh yang diberikan tontonan itu membuat siswa secara tidak sadar menyerapnya. Dan perlahan mengendap di alam bawah sadar mereka bahwa apa yang ada di sinetron itu adalah hal yang wajar dan sesuai dengan zaman saat ini.

Sehingga ketika siswa berada dalam lingkungan sekolah terjadilah pertentangan antara apa yang mengendap di alam bawah sadar dengan kenyataan yang ada di sekolah. Dari itu terjadilah ketidak sesuaian dalam diri mereka. Sinetron yang hanya menampilkan sisi kisah cinta 'tak masuk akal' atau menjadikan karakter siswa ugal-ugalan dan bisa melakukan tindakan di luar norma tanpa beban sedikitpun. Sehingga setelah mereka merasa bebas dari masa untuk diatur sekolah, diluapkanlah emosi bawah sadar mereka sesaat setelah UN selesai.

Kalau tahun sebelumnya mereka masih merasa tertekan sampai hari penentuan kelulusan. Kali ini mereka tanpa beban (untuk dinyatakan tidak-lulus) langsung saja meluapkan segala bentuk nalar sinetron yang diserapnya lewat tontonan yang ditayangkan hampir tiap malam itu.

Makanya, tugas mendidik Generasi Bangsa ini takkan pernah mampu berhasil jika hanya dilakukan oleh Menteri saja. Dan yang paling penting tontonan dengan latar belakang anak sekolah yang merusak citra siswa harus dihentikan penayangannya.

#STOP TONTONAN TIDAK MENDIDIK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.