Jumat, 10 Februari 2017

Reinkarnasi Cinta

Saya tak bisa mengendalikan perihal apa yang berlalu diantara waktu. Namun tak pula elok memandang diri layaknya setangkai ranting yang mengalir mengikuti arus tanpa ada daya mengayuh. Mungkin benar, hanya ikan mati yang berenang mengikuti arus.

Tapi seranting itu tak benar-benar mati. Setidaknya ia masih menyimpan kenangan dari pohon yang ditumpanginya. Mengalirnya bersama arus bukan karena tak membuatnya berdaya, tapi kenangan itu masih menggenang di kanbium mungilnya. Mungkin masih lekat ingatan bagaimana dulu dedaunan bertengger pada dirinya.

Kelak, reranting itu akan menjadi seekor ikan. Ia akan berenang melawan arus menjumpai pohon tempatnya menumpang tangkai. Berenang diantara akar-akar yang menjulang ke bibir sungai yang berlumpur.

Ikan yang berenang di musim semi menyaksikan bebunga mekar merekah mewangi. Bunga adalah ranting dalam bentuk lain. Sebagaimana ikan yang berenang di bibir sungai tempat akar itu menjuntai menyambungkan kembali ingatan tentang ranting yang jatuh.

Seperti kata seekor singa pada kekasihnya, 'aku akan mencintaimu hingga kata cinta tak lagi ada di dunia ini'.


Kamis, 02 Februari 2017

Mendadak Membela NU (Nahdatul Ulama)

Mendadak (Membela Ulama) NU

Sangat lucu melihat postingan beberapa orang yang selama ini membid'ahkan tahlilan, maulidan, haul dan ziarah kubur tiba-tiba muncul dengan wajah sedih dan (katanya) prihatin terhadap Ketua Rais Aam NU, K.H MA. Mereka malah menuliskan bahwa beliau itu sebagai guru, hafizahullah dan berbagai gelar lainnya.

Seakan-akan mereka lupa siapa jati diri mereka itu yang selama ini menganggap amalan orang-orang NU (termasuk kiyai/ulamanya) sebagai suatu tindakan bid'ah dan bisa berpotensi menyesatkan. Bahkan ada yang ekstrim diantaranya menyatakan beberapa amalan itu perbuatan haram.

Saya muak melihat sandiwara mereka itu. Menyanjung kiyai NU dan memprovokasi nahdiyin untuk ikut membela ulamanya. Tapi di lain waktu, mereka gencar pula memprovokasi umat bahwa amalan-amalan NU itu bid'ah dan bisa menyesatkan karenanya harus dimurnikan. Bahkan tak jarang mereka ikut mencela beberapa kiyai NU yang tak sepaham dengan mereka, sampai mencela Ketua PBNU K.H Aqil Siradj.

Amat sangat lucu mereka ini.

Katanya sedih dan menangis menangis melihat ulama NU dihina dan dilecehkan lalu memprovokasi agar umat ikut mereka membela ulama.

Oiya,
Saya mau ingatkan mereka lewat sebuah video.
Sosok yang begitu dihormati di NU, Alm. K.H Abdurrahman Wahid (Gusdur) malah pernah dicela oleh Rizieq Shihab yang juga menyerukan aksi membela Ulama.

Jadi, sekarang mari kita lihat betapa sandiwara mereka begitu hebatnya untuk membela ulama yang sesuai kepentingannya.
Meskipun Ulama itu (secara pasti),amalan yg dipercayainya sebagai bid'ah dan bisa menyesatkan umat, mereka menganggapnya guru lalu menyanjungnya.

Kiranya, pantaslah kita menyebut apa pada kaum ini?
Mereka sibuk memprovokasi membela Ulama, tapi secara diam-diam dalam hatinya meyakini kalau ulama itu punya amalan yang bid'ah dan menyesatkan. Dan mereka diam dengan hinaan pada ulama sekaliber Gusdur yang begitu dihormati di NU.

Tonton "Rizieq Shihab Hina Gusdur: Gusdur Buta Mata, Buta Hati!" di YouTube

https://youtu.be/nCc-vi_me-c

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.