Rabu, 09 September 2015

Di Bumi Panrita Lopi Rasa yang Kusemai Menjadi Rindu yang Kian Rimbun

Bumi Panrita Lopi (Rasa yang Kusemai Menjadi Rindu yang Kian Rimbun)
Masih kukenali bau tanahmu meski baru bisa menginjakkan kembali kaki disini.
Selamat datang untukku di tanah ini.
Mereka menyebutmu Bulukumba.
Dan aku aku ingin menyebut 'terimakasih' untuk tanah ini.
Untuk apa yang pernah ada disini beberapa tahun lalu.

Disini rasa pernah kusemai, dimana rindu itu tumbuh dan aku jaga hingga hari ini.
Disini, dimana gelombang selalu berlari menemui pantai meski ia harus hancur di tepian.
Bukankah indah katamu waktu itu?
Tapi aku menyebut itu 'eksotik' meski kau menyebutnya itu teramat 'romantis'.

Lalu aku bilang padamu,
"Bukankah rindu itu seperti gelombang? yang selalu bertautan, berlari, berlomba menemui pantai setiap waktu dan berulang kali tanpa jenuh."

Seperti itulah rindu yng kumiliki, selalu bermuara seperti air di lautan yang akan senantiasa bergelombang untuk kembali menemui daratan di pinggiran pantai. Tak pernah jenuh dan akan selalu begitu.
Iya khan, sayang?
(Bulukumba, 08-09-15)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.