Minggu, 14 Februari 2016

Valentine dan Kehilangannya Teladan

Seorang bertanya, "Kenapa setiap tahun selalu saja ada anak muda dan mudi yang yang meskipun muslim ikut merayakan valentine?"

Saya tersenyum.

Valentine bagi mereka jelas adanya sebagai hari kasih sayang. Sebagaimana fitrahnya manusia pasti ingin berkasih sayang. Maka sebuah momentum yang dianggap sebagai hari kasih sayang menjadi kabar gembira bagi mereka untuk mengekspresikan dirinya dalam berbagi kasih sayang.

Lalu kenapa itu bisa terjadi?

Jumat, 12 Februari 2016

L G B T; Mereka Butuh Kasih Sayang



Akhirnya saya menyempatkan diri untuk menulis tentang LGBT yang memang lagi hangat-hangatnya. Iyalah mereka memang kaum yang sangat butuh kehangatan.
Sebenarnya mereka ini sudah lama adanya. Tapi kenapa baru akhir-akhir ini diributkan?
Hampir semua kalangan merasa resah dan gelisah menyikapi fenomena ini. Ada yang bersusah payah sampai lemah lesuh untuk menolak namun ada pula yang dengan "upaya rasionalisasi" mencoba menjelaskan agar LGBT ini bisa dimaklumi adanya.
Saya pun akhirnya tak tahan juga ikut menuliskan sekenanya saja bagaimana kerisauan dalam benak berkecamuk mencak-mencak ingin meledak. Karenanya sebelum ledak, mending saya ikut menuliskannya.
Jadi pada posisi ini kita bisa melihat bahwa hasrat kasih sayang pada manusia itu memang hal yang sulit ditolak. Hanya saja yang salah adalah kekeliruan dalam menyalurkan hasrat itu. Padahal Tuhan dari awal sudah menjelaskan fitrah dari penciptaan manusia. Diciptakannya Adam dan Hawa. Bukan Adam dan Hendra. Itu menjadi bukti bahwa lelaki seharusnya berpasangan dengan perempuan. Bukan sesamanya.

AGAMA dan Menipisnya Rasa Cinta (Kasih)


Agama seyogianya hadir sebagai bentuk untuk menumbuhkan cinta pada diri manusia. Cinta pada Tuhan (habluminallah) dan cinta pada sesama manusia (habluminannas).
Hanya saja, belakangan semakin banyak orang yang beragama yang malahan kehilangan nilai kemanusiaannya dan justru bertambah nilai ke-Tuhanannya (mereka seakan-akan sudah bukan lagi manusia yang serupa manusia lainnya, tapi seakan telah menjadi Tuhan yang menetapkan kafir dan tempat kembali neraka bagi manusia lainnya).
Padahal agama hadir untuk memanusiakan manusia. Memangkas sikap materialis dan kebinatangan untuk menjadi manusia yang utuh (baik makluk anatomi/biologis, sosial dan intelektual-spiritual). Semua aturan mengajarkan manusia untuk berbudi luhur (berakhlak) untuk bisa menjadi rahmat bagi seluruh manusia lainnya (seluruh alam).

Rabu, 03 Februari 2016

Hujan adalah Rindu yang Menitih Lirih

Hujan juga adalah rindu.
Ia datang menitih, merintih saat rindu tak terbendung.
Ia datang bergemuruh seakan marah, menunjukkan betapa.sakitnya rindu itu.
Ia datang pelan, mengalun mengirama menunjukkan betapa indahnya merindu itu.

Hujan selalu saja begitu.
Ia bisa datang bergemuruh atau pelan mengalun.
Tergantung apakah rindu itu sanggup ditanggung atau sakit digantung.

Hujan penghapus luka. Duka karena merindu. Bahkan ia sebenarnya adalah luka itu sendiri.
Ia rela jatuh berulang kali dan kembali jatuh.
Sakit? "tidak", karena menahan rindu lebih menyakitkan dari sekedar jatuh itu sendiri.
Ia memilih jatuh untuk menyampaikan rindu.
Seperti itu, kadang lama tanpa jedah.

Dan kita yang masih berteduh di bawah atap, menatap di balik mata jendela merangkai kata sebagai tanya, "Kapan hujan berhenti?"

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.