Minggu, 15 Februari 2015

Tentang Syiah: #1 Syiah Dicaci, Syiah Dicari


Seseorang pernah bertanya "kenapa kamu bisa membela syiah sedemikian rupa, padahal itu aliran sesat dan sungguh bukan ajaran islam?"

Saya tersenyum.
Kujelaskan...
"seperti itu pulalah pemahamanku sebelumnya terhadap ini. Jauh sebelumnya saya tak pernah tahu tentang syiah. 19 tahun waktuku berlalu sebagai penganut islam (tak jelas apa mazhabku) kulalui dengan baik-baik saja. Dan yang saya tahu islam sebagaimana apa yang diajarkan di bangku-bangku sekolah dan yang disampaikan oleh ustadz di masjid-masjid.

Barulah pada usia menjelang 20an tahun saya bersentuhan dengan apa itu syiah. Kelompok pengajian yang saya ikuti di masjid kampus sering membahas tentang itu. Tentang kewaspadaan tentang paham sesat syiah katanya. Disitulah awal pertama saya mendengar kata syiah seumur hidup saya. Paham syiah yang dikatakan sesat oleh mereka dengan mengajarkan kebenciannya.

Untungnya bahwa karakter rasa penasaran yang kuat sejak kecil membuat saya jadi semakin penasaran terhadap apa itu syiah. Kenapa ada orang yang hampir sepanjang waktu dakwahnya hanya begitu fokus menjelaskan kebenciannya pada syiah itu dan melupakan menyampaikan kebaikan dengan cara hikmah. Bagi saya, islam itu mengajarkan hikmah. Bukan dengan menjadikannya tampak lebih baik dengan mencari-cari kesalahan aliran lain. Bahkan harusnya islam itu harus berani mengklaim bahwa kebaikan apapun yang ada di aliran kepercayaan yang lain adalah milik islam. Bukan dengan membuat kita membencinya dengan menebar kekurangannya.

Singkat cerita rasa penasaran saya membawa saya pada sesuatu yang lain. Secara sembunyi-sembunyi saya mulai mencari semua bentuk informasi tentang syiah itu melalui internet. Disana saya temui banyak artikel tentang apa itu syiah. Artikel pemebenci syiah jelas memuat hal yang sama dengan apa yang diceritakan senior saya di masjid-masjid kampus, itu membuat saya tidak terlalu 
tertarik.

Artikel lainnya pun juga banyak yang menceritakan syiah secara lebih adil dan jauh dari sudut pandang kebencian. Itu membuat saya sangat tertarik dan penasaran. Syiah sendiri adalah bermakna pengikut yang pada akhirnya mendapat pengertian secara khusus sebagai pengikut Imam Ali Bin Abi Thalib As.
(Akan sangat panjang bila saya jelaskan).
Menariknya bahwa artikel yang saya temui menyajikan bahwa syiah adalah mazhab tersendiri dalam islam yang diakui sebagai mazhab ja'fari (istna asyariah) yang diman pada konfrensi ulama dunia telah menyepakatinya lewat RISALAH AMMAN. (Saya meminta orang itu membaca yentang risalah AMMAN).

Itu untuk tingkat internasional sudah mrngakuinya sebagai mazhab ke-lima setelah 4 mazhab besar lainnya, maliki, hanbali, syafii dan hanafi. (Dalam posisi ini teman saya itu pun bingung mendengar apa itu mazhab dan tupanya pun belum jelas dia mengikuti mazhab yang mana).

Untuk tingkat nasional saya mendapati banyak artijel tentang tokoh-tokoh ulama yang tentunya kredibel untuk dioercaya ketimbang senior saya di masjid kampus itu. Semisal Alm. Gus Dus (beliau masih hidup ketika itu di 2010) mengatakan "NU adalah syiah tanpa imamah dan syiah adalah NU dengan imamah". Atau sekaliber Prof. Qurais shihab yang seorang ulama yang punya karya nyata dan diakui oleh dunia sperti tafsir Al misbah  pun menuliskan tentang bagaimana syiah itu sendiri tidak sama dengannapa yang disampaikan oleh pembencinya. Kalaupun ada yang sama itu tidak bisa dihukumi sebagai syiah sebagaimana adanya.

Dua pendapat Ulama yang saya yakini itu membuat paradigma tentang syiah (kebencian bahwa itu paham sesat) runtuh dan berbuah sesuatu hal yang tak pernah saya duga sebelumnya.

Saya akhirnya secara berkesinambungan mempelajarinya. Mengambil semua informasi baik tulisan yang dari pembencinya maupun pembelanya. Saya membandingkannya dan yang saya temui adalah kebenaran bahwa saya tidak bisa menolak jika syiah mengajarkan hikmah dan kecintaan, kesetiaan dan kejumudan.

Terakhir saya sampaikan pada teman bahwa saya bahwa jika bukan karena hikmah yang ada dalam ajaran mazhabnya, maka tentu saya tak perlu memilih jalan mengikuti dan membelanya. Toh selama masa 19 tahun umur saya hidup baik-baik saja tanpa membela dan mengenalnya.

Tapi bagi saya menjadi sesuatu yang mengharuskan membela sesuatu yang disudutkan sedemikian ruoa dengan fitnah yang begitu hebat secara terstruktur, sistematis dan massif. Saya senang berada diantara pembelanya meskipun apa yang saya lakukan tentu sangat jauh dari apa yang seharusnya bisa diperbuat.

Teman saya tercengang, toh selama masa di sekolah dulu dia tahu saya orang yang seperti apa.
"Apakah kamu tidak merasa risih dengan membela syiah?"

Saya tersenyum kembali.
Tentu saya merasakan risih dengan hal itu. Dipandang menganut aliran sesat dan bahkan beberpa teman-teman menjauh karena dianggap tidak se-aqidah lagi adalah hal yang menyakitkan. Kekaraban dengan mereka tentu berubah lantaran mereka memandang saya adalah seorang pendosa yang nista dan sesat. Tapi, saya paham bahwa itu spenuhnya bukan keinginan mereka melainkan karena sudut pandangnya yang memambg sudah terlanjur tercelup untuk menganggap syiah sebagai mazhab di luar islam yang sesat dan menyesatkan.

Teman saya akhirnya ikut tersenyum.
Terakhir kusampaikan padanya bahwa apaoun yang terjadi saya telah memantapkan pilihan untuk jadi pembelanya. Dan kalaupun ada pada sikap saya yang menurutnya memang sesat dan tidak sesuai ajaran islam maka terlebih dahulu kusamoaikan bahwa itu bukan alasan untuk menganggap syiah sebagai ajaran yang benar sesat. Saya hanyalah orang yang berusaha menjadi pecinta Nabi dan Ahlul Baytnya dengan benar sembari memperbaiki diri.

Karena lewat mazhab inilah saya mebemukan sejarah yang terurai tentang Nabi dan keluarganya yang lebih dari 19 tahun umur saya tak pernah mebdapatkannya. Lewat mazhab inilah saya belajar tentang cinta dan kesetiaan pada apa yang seharusnya dicintai. Disinilah saya belajar tentang bagaimana salawat itu adalah ungkapan cinta pada Baginda Nabi dan keluarganya. Disinilah saya belajar tentang bagaimana cinta seharusnya melebur kebencian. Kita diajarkan fokus pada menebar cinta ketimbang kebencian. Memahami hikmah untuk menemukan cinta pada nabi dan ahlul baytnya.

Sekali lagi dia tersenyum.
Saya tahu kini pandangannya terhadap saya sudah berubah. Dimana sebelum penjelasan saya jelas ada kebenciaan terselip buatku di ke dua matanya yang tertahan di tenggorokannya. Dia satu dianatara teman yang bisa memahami jalan yang kupilih dan tidak memutus silaturahminya. Memilih jalan untuk menjadi pembela.
_________________________________________________
*"tanyalah aku sebelum kau kehilangan aku!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.