Minggu, 27 November 2016

Peneduh Jiwaku

Duhai Peneduh Jiwaku...
Perjalanan menujumu telah kutempuh.
Langkah yang kutatih sampai jua menjemputmu.
Kini perjalanan kita mulai bersama.

Duhai Pelipur Laraku...
Janjiku telah kusematkan pada diriku.
Telah kusampaikan pada Tuhan dan dihadapan wali mulia.
Tertanam rasa kerinduan yang kusemaikan untukmu, hanya untukmu.

Duhai Penghibur Hatiku...
Langkah-langkah adalah denganmu.
Mengasihi dan menyayangi sebagai diriku, bagian diriku.
Mencintaimu sebagaimana yang kuikrarkan, sampai aku mati dan kelak hidup kembali.

Duhai Cahaya Mataku...
Kaulah pelengkap imanku.
Penyempurna jiwaku.
Pendamping hidupku.
Tetaplah bersamaku.


Sabtu, 19 November 2016

Dua Cangkir Kopi di Malam Minggu

Dua Cangkir Kopi di Malam Minggu

Selamat malam kekasih.
Aku ingin hidangkan secangkir kopi untukmu.
Lalu secangkir lagi untukku.
Seruputlah kopinya maka kau akan tahu.

Tahu bahwa kopi itu pahit, lalu kita tetap meminumnya.
Tahu bahwa kopi itu pekat, dan kita tetap menikmatinya.
Tahu bahwa hidup seperti kopi, pahit tapi kita menjalaninya.
Tahu bahwa hidup seperti kopi, pekat tapi kita melewatinya.

Dua cangkir kopi terhidang di atas meja.
Di malam minggu yang sunyi.
Kopi untukku dan kopi untukmu.
Dihidang di waktu akan datang.


Jumat, 18 November 2016

Tak Ada Purnama Malam Ini

Tak ada purnama malam ini.
Bulan bersembunyi dalam hitam malam.
Tapi musim selalu musim semi.
Bunga-bunga bermekaran penuh pesona.
Tumbuh di matamu, mekar di senyummu.

Tak ada purnama malam ini.
Tapi senyummu selalu meneduhkan.


Rabu, 16 November 2016

Doctor Strange, Dunia Astral yang Maujud

Doctor Strange

(Ahhh, saya baru bisa menuliskannya. Saya terlalu disibukkan membahas kasus dugaan penistaan Ahok, membalas banyak chat yang bertanya langsung mengenai perkara ini.)

Doctor Strange, ia seorang Ahli Bedah Saraf. Banyak kasus yang mampu ditanganinya melalui keahlian dalam mengoperasi pasien. Tiba pada satu titik, sang dokter merasa tinggi. Kesombongan merasuki jiwanya. Ia kehilangan dirinya.

Pada saat itulah ia diuji. Mengalami kecelakaan dengan kehilangan saraf di tangannya membuatnya tak bisa lagi melakukan operasi bedahbsaraf seperti selama ini dilakukannya.

Ia merasa dunianya runtuh. Tapi disinilah menjadi titik baliknya. Dintengah rasa frustasinya ia masih melihat kemungkinan. Semangatnya untuk bisa kembali melakukan operasi membuatnya tak pernah berhenti.

Ia akhirnya ke India, di sebuab kuil dia belajar. Dia diajarkan tentang dimensi astral. (Sebuah dimensi yang beberapa tahun lalu pernah saya coba geluti bersama teman-teman semasa kuliah). Sampai pada tahap ini saya melihat bahwa produser film pun ingin menyampaikan sebuah fakta bahwa di barat pun tengah mengalami pergeseran paradigma ilmu yang selama ini cenderung empirik. Sebuah pola induktif dalam memahami sebuah pengetahuan.

Dimensi astral, sebuah dimensi yang dimana ruh ada disana. Keyakinan kami (saya dan teman-teman) bahwa makhluk serupa jin ini masuk dalam dimensi astral. Kami senang ketika bisa merasakan adanya makhluk astral ini di sekitar kami.

Nah, kenapa saya merasa perlu menuliskan ini. Dikarenakan ini Doctor Strange akan masuk dalam Tim Avenger yang tentu masihbakan kita nikmati filmnya di masa akan datang. Pada tahap ini saya melihat bahwa dimensi astral ini akan semakin menarik untuk diketahui lebih luas. Mungkin berangkat dari asumsi yang hadir saat menonton film Doctor Strange.

Tapi, ketahuilah bahwa Dimensi Astral itu jelas ada. Dan keyakinan kami bahwa dimensi astral itulah yang merupakan roh terbentuk. Dimana perilaku dan sikap kita berjalan di muka bumi ini membentuk wujud kita yang ada di dimensi astral. Ada yang berupa wujud yang elok dan tak sedikit yang wujud astralnya adalah hewan-hewan yang menyeramkan. Tergantung perbuatan kita.

Kata kiyai saya dulu, wujud astral itulah kelak akan dibangkitkan di hari penghakiman (yaumul mizan). Manusia akan hidup kembali dengan rupa yang macam-macam sebagaimana rerumputan tumbuh di musim hujan. Maka perbaikilah wujud kita di kehidupan akan datang atau di dimensi astral yang ada.

#DoctorStrange


Selasa, 15 November 2016

Tak Ada Supermoon Malam Ini (Puisi untuk Intan Olivia)

Sayangku,
Temani aku sejenak menulis sajak-sajak ini.
Beri aku ruang untuk merasakan di dunia ini masih ada kasih.

Sayangku,
Di luar sana penuh sesak dengan umpatan kebencian.
Udara seakan tercemar dari mereka yang menganggap Tuhan sebagai Pemabok yang lemah.

Sayangku,
Aku ingin menuliskan tentang gadis kecil yang pergi dalam sunyi.
Ia meredam sendiri lukanya yang ditanggungnya bukan kepalang.

Sayangku,
Betapa sesak dunia ini dengan benci.
Agama menjadi pelatuk meledak orang lain.

Sayangku,
Aku mengisahkan gadis kecil itu untukmu.
Mengisahkan betapa kejamnya tangan-tangan mereka merenggut jiwa-jiwa lugu tak berdaya.

Sayangku,
Tak ada hal yang romantis malam ini.
Tak ada supermoon yang dinanti antariksawan.

Sayangku,
Saya ingin mengisahkan gadis kecil itu.
Gadis kecil yang pergi dengan dua sayap di punggungnya.

Sayangku,
Gadis kecil itu menjadi saksi betapa dunia sesak dengan kebencian.
Gadis kecil yang menanggung kebodohan kaum beragama.

Sayangku,
Aku menceritakan sesaknya dunia oleh kebencian.
Tapi, kau adalah tempatku bersandar yang menyisakan cinta untuk kuhirup dalam-dalam.

Sayangku,
Gadis kecil itu telah berpulang.
Tak ada supermoon malam ini.


Senin, 14 November 2016

Islamkah yang Kita Bela?

Kenapa massa tergerak begitu banyak? Bukankah itu menandakan bahwa mereka benar-benar membela Al Qur'an?

Di zaman dulu, selepas mangkatnya Rasulullah Saww pun umat muslim mengangkat senjata untuk berperang satu sama lain. Puncaknya khalifah ke 3, Usman Bin Affan terbunuh karena tuduhan yang dipakai memprovokasi massa saat itu. Ribuan massa dari luar madinah dan mekkah datang. Sahabat dari mesir dan sekitarnya pun ikut datang mengepung kediaman Usman Bin Affan.

Lalu, khalifah ke 4 digantikan oleh Ali Bin Abi Thalib. Umayyah yang tak setuju memprovokasi massa dan menuntut Ali Bin Abi Thalib bertanggungjawab atas kematian Usman. Ummat yang tak kritis itu pun mengikuti Umayyah dan melawan khalifah Ali.

Apa yang bisa ditarik?

Bahwa semangat membela islam memang menggebu pada dada mereka yang mengaku muslim. Memakai ayat Al Qur'an drngan imbalan mati syahid dan surga tentu akan semakin membakar dada-dada mereka.

Hal serupa terjadi pada ISIS. Dengan motif yang sama 'MEMBELA ISLAM' mereka ikut Abu Bakar Al Bhagdadi. Mereka 'yakin' membela islam dengan menghancurkan situs bersejarah karena dianggap bid'ah, melakukan purisitas terhadap ajaran tauhid (katanya). Bahkan sangat jelas bahwa mereka mempertontonkan kebiadaban pembunuhan dengan memenggal kepala orang-orang yang dianggap musuh.

Saat ditanya, apa yang mereka bela?
Pasti dengan bangga mengatakan 'SAYA MEMBELA ISLAM, MEMBELA AGAMA ALLAH, DAN BARANGSIAPA YANG MEMBELA AGAMA ALLAH MAKA ALLAH AKAN MEMBELANYA'.

Lalu, hari ini dengan motif yang sama.
'Kami turun jalan untuk membela Agama Islam'.

Sudah benarkah sikap itu?
Membela Agama Allah tentu adalah sikap yang benar.

Tapi apakah demikian yang harus dilakukan?
Seperti pertanyaan kita menyangkut umat islam yang mengepung kediaman Usman. Seperti massa Umayyah yang melawan khalifah sah Ali Bin Abi Thalib, seperti ISIS yang berdalil membela islam.


Jumat, 11 November 2016

Untuk Seorang Lelaki yang Merampas Waktu Tidurku

Dia datang membicarakan sebuah perang di hatinya.
Ia sedang beradu dengan dirinya sendiri.
Terjebak dalam pilihan yang berdiri di depannya.
'Dia' atau 'Dia'?

"Perempuan.
Memang makhluk yang paling misterius.
Percayalah, kau akan mengetahuinya segera.
Jika selama ini kau abai dan berjalan bebas di Bumi ini.
Perempuan inilah yang akan menarikmu dalam kemelut."

Dia mencoba membetulkan senyum di wajahnya.
Menyembunyikan batinnya yang berkecamuk.
Kutahu dia sedang meredam peperangan di hatinya.
Dia mungkin segera melewatinya atau menjadi perang dingin berkepanjangan.

'Apa yang harus kupertimbangkan?', seperti itulah tanya yang menancap di kepalanya.
'Ini hanya fase yang akan berlalu.
Lelaki akan selalu diuji lewat perempuan.
Hatimu harus kuat untuk meredam dan menerima kepedihan ini.
Kau melepas keduanya, atau merelakan satu diantaranya.'

Amat mudah, lihatlah ke dalam dirimu.
Temukan pada siapa hatimu tersenyum.

(Untuk seorang lelaki yang merampok waktu tidurku malam ini)


Kamis, 10 November 2016

Musim Semi di Matamu

Musim Semi di Matamu

Apa yang membuat saya selalu rindu adalah matamu.
Matamu yang menyimpan musim semi di dalamnya.
Musim dimana bunga-bunga merekah bermekaran.
Musim dimana burung-burung berkicau merdu.

Di matamu aku ingin berlarian diantara rerumputan hijau yang membentang.
Menghirup wewangi bunga yang kuncup dan merekah.
Aku ingin tertidur di bawah pepohonan yang mekar daunnya.
Menghirup aroma tanah musim semi yang lembut.


Kamis, 03 November 2016

Sebuah Pagi di Dekat Bandara Wamena

Sebuah pagi di Dekat Bandara Wamena.

Desing gemuruh pesawat yang lepas mengangkasa dan datang membumi. Kami berada di halaman depan sebuah penginapan. Suhu yang tak biasa membuat harus tetap mengenakan jaket dan penutup kepala.

Pengurus penginapan datang membawakan secentang kopi.
"Kalau kopinya terlalu pahit bilang pak yah?", katanya.

"Kopi memang harus pahit, kalau tak pahit ia tak layak disebut kopi. Seperti hidup, kalau tak pahit tak layak disebut hidup."

"Tapi, sesekali bisa minum susu saja toh? Atau Madu?" kataku.

*Di sebuah pagi yang dingin di daratan Papua.


Rabu, 02 November 2016

Balada Rindu

Balada Rindu

Apakah kau menyaksikan malam ini, kekasihku?
Tak ada rembulan yang memancar manis.
Tak banyak bintang yang menari beruntai..
Tapi, ada aku yang memanggul rindu.

Malam yang kelam, gelap dan petang.
Hitam, pekat menyimpan rahasia.
Selepas berkas senja menggelinding mesra.
Menelaah rindu di tepian malam.


Lihatlah bintang di balik mata jendela.
Riuh laksana gelombang yang datang berlomba.
Menyusuri karang pecah di tepian.
Menghitam kelam menyimpan ribuan rencana pertemuan.

Lihatlah malam yang tak berlentera purnama.
Rindu bergelantungan bagai burung yang mengangkasa.
Berterbangan memenuhi langit sesaat senja.
Ribuan rindu itu kini berbunyi untukmu

Apa yang kau saksikan dari malam, kekasihku?
Selain rinduku yang mencekam.


Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.