Minggu, 15 Februari 2015

Tentang SYIAH: #2 Imamah Bukan Teritorial Wilayah Kekuasaan

Mereka yang membenci mazhab syiah selalu menebar teror bahwa muslim syiah akan merebut kekuasaan di suatu wilayah negara dengan cara sistematis dan massif. Ini perlu diwaspadai katanya.
Saya tersenyum atas tuduhan-tuduhan demikian. Itu sangatlah provokatif dan fitnah yang keji.

Mazhab Syiah mengajarkan keteladanan, kezuhudan Nabi dan Ahlul Baytnya. Merebut kekuasaan lebih cenderung kepada hal yang duniawi dan itu tak pernah diajarkan oleh Nabi. Kalaupun ada yang mau berdalih bahwa Nabi berperang merebut kota mekkah, maka ketahuilah bahwa peristiwa pendudukan kembali kota mekkah bukan untuk merebut kekuasaan disana melainkan datangnya kembali Nabi kesana sebagai langkah politik membebaskan penindasan.

Lagi pula keteladanan para Imam suci yang diyakini mazhab syiah tidak pernah mengajarkan perebutan kekuasaan. Kenapa? Karena keimamahan (kepemimpinan imam) iti menyangkut dimensi spiritual yang transenden. Bukan menyangkut wilayah geografis monarki atau apapun yang lebih kepada dimensi duniawi.

KeImamahan sendiri dalam hal ini merupakan hal yang sangat penting setelah mengakui kerasulan/kenabiaan. Imam bagi mazhab ini adalah poin penting sebagai penerus risalah yang akan tetap hidup sepanjang masa.

Bagi mazhab syiah,baik Nabi maupun Imam tak pernah mengajarkan perebutan kekuasaan geografis. Makanya tidak akan pernah ditemui kisah-kisah pasukan yang dipimpin oleh imam melakukan ekspansi wilayah sepeti misalkan pelebaran wilayah kekuasaan islam sampai ke konstatntinopel (spanyol) yang selalu dielu-elukan kaum muslim kebanyakan.

Imamah adalah hal yang mendasar. Sesuatu yang tak mengikat wilayah geografis. Olehnya kita tak perlu membentuk suatu pemerintahan khilafah dengan wilayah untuk melakukan baiat kepada Imam zaman. Karena sebagaimana prosesi Kenabian di masa lalu. Setiap orang tak mesti bergabung di madinah sebagai rakyat atau prajurit untuk meyakini kenabiaan Muhammad Saww.

Apalagi kisah para Imam tak pernah mengajarkan itu. Sebagai contoh misalkan Kenapa Imam Ali Bin Abi Thalib As sebagai khalifah ke-4 yang resmi pada waktu itu tidak memimpin pasukan untuk merebut wilayah keuasaan muawwiyah yang melakukan pembangkangan terhadap khalifah? Atau Imam Hasan Al Mujtaba As yang juga rela melepaskan kekhalifaannya dan menyerahkannya ke Muawwiyah sebagai bentuk penjagaannya terhadap persatuan muslim? Atau Imam Husain As syahid As yang tidak melakukan provokasi terhadap muslim pada waktu itu agar berperang bersamanya untuk merebut kekuasaan dari Yazid? (Bukankah hal yang mudah dilakukan provokasi oleh Imam Husain As yng notabene merupakan cucu Rasulullah. Menjanjikan syurga saja lewat lisan sang cucu nabi yang masyarakat muslim pada wkatu itu ketahui dengan jelas akan bisa menyulut emosi muslim untuk berperang bersmanya. Tapi itu tidak dilakukannya.

Imam Husain As beserta imam lainnya menjadikan kisahnya sebagai bukti kuat bahwa mazhab syiah (yang meyakini keimamahan mereka dan mengambil mereka sebagai teladan) tidak pernah belajar untuk merebut kekuasaan atas nama mazhab.

Jadi, tuduhan akan adanya sebuah gerakan massif untuk merebut kekuasaan wilayah negara tertentu atas nama mazhab adalah sebuah kekeliruan. Bagaimanpun juga, para panganut mazhab syiah dari dulu sudah meraskan hal ini. Mereka hidup dengan keyakinan keimamahannya dan meneladani bukan kerena batas wilayahnya berada di daerah itu. Melainkan karena dimensi spiritual yang sifatnya transenden dan bebas dari baats wilayah.

Sebagai contoh bahwa maqam Imam Husain as Syahid As di Irak yang setiap tahun diziarahi secara besar-besaran oleh penganut mazhab syiah di seluruh dunia justru memberikan sumbangsi terhadap Irak. Diamana pembangunan daerah sekitar kawasan maqam lebih maju dan berkembang atas hasil sumbangsi dana yang biasa sengaja diberikan oleh peziarah.

Sebagai kesimpulan bahwa tuduhan atas nama perebutan wilayah kekuasaan atas nama mazhab apalagi berujung pada pembantaian adalah bukan ajaran dari mazhab syiah (Nabi dan para Imam tak pernah mencontohkan). Kalaupun ada yang bertindak seperti itu lalu mengatasnamakn dirinya syiah, maka perlu diperiksa kebenarannya. Dan itu tidak pernah bisa mewakili ajaran mazhab syiah.

Mazhab syiah mengajakan kecintaan pada Nabi dan Ahlul Baytnya dan keteladanan mereka mengajarkan kita untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam.

"Seorang muslim (mazhab syiah) tidak dilihat dari salat dan puasanya saja, tapi sejauh mana dia berbuat baik untuk kemanusiaan"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.