Kamis, 19 Januari 2017

Fenomena Beragama Ala Jonru

Inilah sebuah kenyataan yang terjadi dalam sebuah kegamangan beragama. Mengharap Bidadari yang bisa memuaskan nafsu seksualnya di Surga kelak. Beberapa orang yang memandang hari pembalasan Tuhan sebagai tempat yang bisa melakukan adegan seksual sepuas hati nan abadi.
Fenomena ini bukan hanya muncul belakangan. Inilah sebuah kegamangan dalam beragama sekaligus digunakan sebagai iming-iming oleh kelompok radikalis-anarkis untuk menancapkan pengaruhnya lewat aksi terorisme. Imbalan Bidadari di Surga yang bisa memenuhi hasrat seksualnya dengan predikat abadi lagi halal. Ini yang membuat mereka terangsang ingin cepat-cepat menemui ajalnya dan langsung masuk surga tanpa hisab dikarenakan mati sebagai mujahidin lewat bom yang dilingkar di badannya lalu diledakkan bersama dirinya di keramaian. Alasan inilah yang membuat mereka mati meregang nyawa dengan wajah tersenyum berharap Bidadari pemuas hasrat seksualnya.
Jonru Ginting adalah satu diantara banyaknya manusia yang bergama dengan pola pikir demikian. Manusia seperti inilah yang begitu mudahnya akan melihat orang yang berbeda dengannya sebagai musuh yang harus dipastikan tak masuk surga. Mungkin juga pikiran mereka tentang Bidadari itu yang membuatnya berpikir agar orang lain harus masuk neraka. Semakin sedikit yang masuk Surga maka semakin banyak jatah Bidadari untuknya. Waahhh, tentu saja mereka akan membayangkan berapa kali mereka bisa orgasme dalam sehari.
Ada sebuah pikiran nyeleneh yang tiba-tiba mengusik kepalaku mengingat si Jonru Ginting ini adalah seorang muallaf. Bisa jadi si Jonru Ginting menjadi muallaf hanya karena janji Bidadari di agama ini? Barangkali dalam pikirannya, harapan bisa melakukan kegiatan seksual dengan 72 Bidadari cantik jelita lagi putih bening nan abadi menjadikannya menanggalkan identitas iman sebelumnya.
Lalu saya bayangkan, apakah nyinyir Jonru Ginting selama ini juga adalah upayanya dalam menunjukkan kesungguhan bahwa dirinya layak dapat Bidadari dengan memastikan yang lain itu di jalan salah lagi sesat. Mungkinkah Jonru berhasrat bisa mendapat jatah Bidadari yang lebih banyak sehingga orang lain tak boleh sedikitpun mencium harumnya surga. Mereka harus dinyatakan kafir, sesat dan menyesatkan. Entahlah?
Tapi, tulisan Jonru Ginting ini menegaskan siapa dirinya sebenarnya. Dia serupa dengan kaum mujahidin pengejar 72 Bidadari surga yang bisa memuaskan hasrat seksualnya di akhirat kelak. Saya sudah bisa membayangkan apa yang akan diminta Jonru Ginting kelak apabila dia (benar mendapat kesempatan) berada di surga. “Oh Tuhan, berikan saya viagra yang bisa tahan abadi untuk menikmati apa yang halal nan abadi itu”.

Lalu, Malaikat datang.

“Ini pakai Semen Tonasa…” (*tagline Semen Tonasa: “Kokoh, kuat dan terpercaya)


Rabu, 18 Januari 2017

Belajar dari Anak Penjaja Koran

'Latif' itu yang disebutnya saat saya menanyakan namanya. Dia bersekolah di SMP, kelas tujuh (dua). Sore hari sepulang sekolah dia menjajakan koran di pertigaan lampu lalu lintas hertasning (Depan Gedung DPRD Kota Makassar).

Kenapa saya memosting gambarnya?
Saya kagum pada sosok anak ini. Anak belia usia sekolah yang rela menjajakan koran sepulang sekolah untuk membantu ekonomi keluarganya. Betapa hebatnya dan kuat mental anak ini. Sebuah kegiatan yang tentunya sebagian besar dari kita takkan (mau) sanggup melakukannya.

Saya teringat dengan diriku sendiri yang sampai usia kuliah sebagai mahasiswa masih mengharap dan diberi uang kuliah (sekolah) oleh orang tua. Tapi, anak ini di usianya yang masih belia dia telah mampu membantu ekonomi keluarganya. Dia tak mengeluh atau sekadar menjadi peminta-minta di jalanan dengan berharap belas kasih. Dia bekerja menjajakan koran yang dari keuntungannya dia mendapat upah.

Saya akhirnya sengaja untuk bisa setiap hari lewat di jalan ini hanya untuk bisa menjumpai Latif. Melihat senyum dan semangatnya yang tak pudar meski petang akan datang menyergapnya. Sesekali saya sengaja sisihkan uang untuk bisa membeli koran yang dijajakannya.

Latif, dia adalah guru bagiku. Mungkin bagi kita semua.
Seorang anak yang kuat di masa kecilnya. Semoga dia selalu sehat dan kelak bisa memberikan lebih untuk orangtua dan keluarganya.

"Saya hafalmi plat'ta kak", katanya dengan senang saat sadar kalau saya sengaja untuk bisa selalu menemuinya setiap hari di bawah lampu yang menyala merah.


Sabtu, 07 Januari 2017

Dialog Kebenaran: Refleksi KeberTuhanan

(Catatan 2 tahun lalu)

Materi "Ketuhanan" pada Gear Box (LK1) Himpunan Mahasiswa Mesin FT UNIFA

Untuk kesekian kalinya saya mendapat undangan membawakan materi pada kegiatan latihan kader himpunan atau komunitas mahasiswa.

Entah kenapa akhir-akhir ini saya lebih sering diundang untuk membawakan materi "keTuhanan" di pelatihan kader yang ada. Dan akhir pkan lalu, sabtu (41/01/2015) saya kembali mengisi materi ketuhanan pada kegiatan Gear Box (LK1) Himpunan Mahasiswa Mesin Fakultas Teknik Universitas Fajar.

Seperti biasa, saya masuk sebagai seorang kaum materialistis  yang mengingkari keberadaan Tuhan yang diyakini manusia beragama. Disana saya mengusik kesadaran beragama peserta.

Ketuhanan yang diturunkan pada prinsip-prinsip agama kami dialogkan. Mereka yang merasa diri mereka heroik atas keyakinan beragamanaya mampu saya buat terdiam lewat sejarah yang mereka dapatkan dalam pengetahuan keberagamaanya.

Saya akan menuliskan 2 poin saja argumentasi yang tidak dapat mereka jelaskan, dimana bagi mereka ini menjadi fakta yang mengingkari satu sama lain.

1. Mereka yakin bahwa dalam agama mereka pernikahan sedarah sekandung adalah suatu hal yang haram. Bahkan sepersusuan saja membuat tidak boleh menikah.

Lalu, saya mengungkit tentang cerita Adam dan Hawa yang mereka katakan sebagai pasangan manusia pertama (dengan ini mereka mengingkari keyakinan kaum materialis sepertiku di ruangan itu yang meyakini bahwa manusia hari ini hasil evolusi dari monyet).

Dalam sejarah Adam dan Hawa yang mereka yakini bahwa Adam dan Hawa melahirkan anak kembar yang berpasangan satu sama lain (laki-laki dan perempuan). Dalam masa ini dikenallah oleh mereka nama Habil dan Qabil.

Pada masa selanjutnya mereka yakini bahwa Nabi Adam As diperintahkan untuk menikahkan anak mereka dengan menyilangkan dengan saudara kembarnya. Habil dengan kembar Qabil dan begitupun sebaliknya. (Kelak katanya inilah yang memicu pembunuhan pertama dilakukan).

Hanya saja, poin penting yang saya gugat disini adalah pernikahan sedarah yang dikisahkan ini. Benarkah telah diperintahkan oleh Tuhan di masa lampau untuk boleh menikahkan anak manusia dengan saudara sekandungnya? Dimana jika kasus ini benar diterima artinya perkembangan manusia hari ini yang jumlahnya begitu besar merupakan keturunan yang lahir dari pernikahan sedarah? dimana dalam hukumnya hari ini adalah sesuatu yang haram.

Apakah mungkin Tuhan telah mengalami "plin-plan" dalam memutuskan perkara nikah sedarah (yang di masa kini haram, tapi di masa lampau bisa dilakukan dan dibolehkn Tuhan).

Saya bilang pada mereka bahwa ini adalah sebuah literatur yang sungguh tak bisa saya terima sebagai kaum materialistis dan itu merupakan cacat dari agama yang mereka anut.

Mereka yang hadir hanya terbungkam, sebab jika mengakui itu adalah kisah sejarah yang benar maka secara otomatis manusia hari ini adalah berasal dari generasi manusia yang melangsungkan pernikahan terlarang karena sedarah sekandung.

2. Sebagai seorang materialis saya berusaha meruntuhkan keyakinan keberTuhanan peserta pada waktu itu.

Seakan mereka benar-benar percaya bahwa saya adalah benar tak meyakini Tuhan dan segala yng bersinggung dengannya. Beberapa diantara peserta itu kemudian berusaha menyeret diskusi kami kepada hidup kekal nan abadi. Dimana katanya mereka harus percaya Tuhan supaya saat mati bisa masuk surga yang kekal.

Dengan sigap langsung kutimpali mereka bahwa apa yang mereka sebut sebagai surga dan neraka tidak benar-benar adanya. Namun, satu diantara mereka menyahut bahwa surga benar adanya lantaran berita yang mereka dapatkan dari seorang Nabi yang katanya pernah mengunjunginya.

Saya pun melanjutkan penjelasan saya. Menceritakan kisah isra mi'raj pada mereka dimana katanya pada saat inilah Nabi diperjalankan menuju sidratul muntaha dimana juga mengunjungi surga dan neraka. (mereka yakin tentang kisah ini).

Lalu saya mengajukan pertanyaan bahwa bagaimana dengan kisaah tentang beberap alam yang harus dilalui oleh manusia sebelum ditentukan siapa yang masuk surga atau neraka.

Dalam literatur dijelaskan bahwa kehidupan manusia akan mengalami beberapa fase. 1. kelahiran 2. hidup di dunia 3. Mati 4. Alam Kubur/Barzak 5. Menunggu kiamat sampai mereka dihidupkan kembali di padang mashar 6. Yaumil Hizab (Hari oerhitungan) dan 7. Ditentukan yang mana masuk surga dan neraka. (artinya jika surga benar adanya maka saat kehidupan Nabi pada saat itu belum ada yang menghuninya).

Lalu, bagaimana dengan riwayat yang mengatakan bahwa Nabi datang berkunjung ke surga dan neraka.

Riwayat diantaranya sebagai berikut:

Riwayat tentang Nabi berjumpa dengan Nabi lainnya di syurga tingkat tertentu.

Riwayat tentang Nabi melihat penghuni neraka kebanyakan adalah perempuan.

Riwayat tetnag telaga di surga dima Nabi menunggu sahabatnya, namun banyak diantara yang digiring ke neraka.

Serta banyak riwayat lain yang menceritakan bahwa nabi melihat langsung surga dan neraka yang sudah berpenghuni.

Pada posisi ini saya mengajukan argumentasi kepada mereka tentang bagaimanakah mereka menjelaskan situasi ini. Dimana mereka yakin zaman nabi yang hidup di abad 7 masehi pernah melakukan perjalanan mengunjungi surga dan neraka yang sudah berpenghuni.

Sementara di kasus yang lain mereka yakin bahwa manusia barulah akan ditentukan masuk surga atau neraka setelah menjalani Yaumil Hizab, dimana itu baru akan terjadi setelah berkumpulnya manusia di padang mashar saat dihidupkan kembali setelah kiamat.

Masalahnya adalah, baik saya maupun mereka percaya bahwa apa yang dimaksud KIAMAT belumlah terjadi, maka kelanjutan proses padang mashar dan yaumul hizab tentu belumlah juga terjadi.

Mereka hanya bisa diam, merasa kebingungan atas itu semua? Lalu kuajak mereka untuk melupakan surga dan neraka itu yang cerita tentangnya simpang siur bagi mereka. Dan mereka hanya tetap diam, tak bisa memberi jawabanya.

Tapi pada titik itu semoga mereka mau mencari tahu kenapa pada saat isra mi'raj Nabi melihat neraka dihuni banyak kaum wanita?

(Bersambung.....)


Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.