Minggu, 28 September 2014

Tentang Dokter: Kadang Dokter Bukan Dokter

Seorang dokter pernah (lewatnya) menyelamatkan hidupku saat saya masih kecil dengan vonis saya tidak akan bertahan hidup. itu karena hasil diagnosa dan tindakannya yang tepat dalam menangani.
Lalu, bagaimana jika saat itu saya tak terselamatkan lantaran (dinilai) dokter itu terlambat atau salah dalam memberikan penanganan? Saya kira itu memang sudah ditakdirkan bagiku untuk tidak hidup lagi. Dan kita harus menerima itu sebagai reziko atas kehidupan (bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati). Mati dengan cara yang Tuhan telah tentukan.

Nah, sekarang untuk kasus yang menimpa seorang (tepatnya tiga dokter) di Manado menjadi perhatian saya. Dikatakan malpraktek akhirnya harus dijerat hukum pidana. Saya melihat bahwa memang amat sulit menilai kasus ini. Dimana satu sisi ada UU yang mengatur tentang hak pasien dan di sisi lain seorang dokter memiliki peran penting dalam kedidupan manusia saat ini yang memang sangat rentan untuk tidak sehat.
Saya melihat bahwa dokter tetaplah seorang dokter. Bagi saya dokter artinya seseorang mampu memberi diagnosa (perkiraan dengan segenap pengetahuannya tentang kondisi pasien untuk memberika solusi penyembuhan) dan menentukan tindakan yang harus dilakukan. Jadi bagi saya, tak ada dokter yang melakukan malpraktek. Tapi, bagi saya fakta tentang salah tindakan oleh oknum dokter juga tak bisa dinafikkan. Dan sekali lagi bagi saya, yang melakukan malpraktek bukanlah orang yang benar-benar bisa dikatakan dokter, meskipun ia memiliki ijazah atas itu.
Toh, kenyataan yang juga tak bisa dinafikkan hari ini adalah banyaknya “calo” yang tertangkap untuk membantu meloloskan seorang calon mahasiswa masuk di fakultas kedokteran. Bukti ini bagi saya menunjukkan bahwa beberpa orang yang sebenarnya tak memenuhi kualifikasi untuk menjadi seorang dokter dipaksakan untuk bisa menjadi seorang dokter lantaran masa depan seorang dokter dinilai sebagai prospek yang cerah sehingga dapat mendatangkan banyak keuntungan atas profesi ini. Lagi pula, ditambah dengan beberapa sikap oknum dokter yang selama ini meberikan citra buruk untuk bagi dunia kedokteran.
Sehingga bagi saya, pelaporan atas tindak malpraktek yang dilakukan oleh bebrapa dokter yang menyebabkan kematian pasien yang akhirnya mempidanakan dokternya harus ditanggapi srius dan dilakukan penelitian terhadap fakta yang ada kemudian baru kita simpulkan apa sebenarnya yang terjadi. Karena bagi saya, orang-orang di Pengadilan juga bukan orang yang gegabah menjatuhkan putusan atas suatu perkara. Olehnya saya percaya bahwa tentu saja ada fakta yang mereka temukan sehingga mengharuskan menjatuhkan vonis kepada oknum dokter yang diduga malpraktek itu. Hanya saja, aksi solidaritas yang dilakukan oleh para dokter hari ini juga harus diapresiasi sebagai bentuk melindungi profesi mereka yang tentu memang kerap kali dihadapkan dengan peluang hidup atau mati pasien.
Akan tetapi, di balik semua argumentasi yang ada hari ini menyangkut kasus (dr. Ayu dan 2 rekannya) tetap ada hikmah yang harus kita petik (agar kejadian ini) tidak berlalu dengan sia-sia. Setidaknya ada bebrapa hal penting yang saya tangkap dari kejadian ini. Bagi saya, kejadian ini menyadarkan kita bahwa dunia kedokteran memang dihadapkan oleh situasi yang sulit dan sangat bisa berujung pada hidup atau mati pasien. Olehnya kita harus menghargai profesi ini. Menyadarkan kita bahwa memperketat kualifikasi seorang calon dokter dalam perguruan tinggi teramat penting agar tak ada dokter yang melakukan malpraktek dikarenakan tak memiliki keahlian atas itu karena cenderung dipaksakan. Menyadarkan kita bahwa tugas dokter adalah tugas yang mulia menyangkut kehidupan orang lain, olehnya dapat mendukung penuh tugas-tugas mereka dalam menolong, menyembuhkan masyarakat. Menyadarkan kita bahwa aparat hukum dan pengadilan harus mencermati setiap bentuk kejadian dengan teliti dan membeberkan faktanya kepada masyarakat sehingga kita sama-sama bisa menilai.
Terakhir, saya mempertegas bahwa seorang dokter takkan pernah melakukan malpraktek. Hanya saja, ada beberapa oknum dokter yang tidak benar-benar menjadi dokter yang melakukan kesalahan fatal tersebut. Karena, saya (kemungkinan) takkan bertahan hidup sampai saat ini tanpa (melalui) jasa seorang dokter di masa lalu. Terimakasih dokter yang tak pernah kukenal namanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.