“Tik tik tik, bunyi hujan di atas genteng…” sepenggal
lagu masa silam yang biasa dinyanyikan oleh anak-anak dan salah satunya adalah
saya. Lagu itu teramat jelas diingatanku. Dimana saat turun hujan, biasanya
saya lari keluar rumah untuk bermain di bawah guyuran hujan. Sangat menyengkan
waktu itu. Bagiku hujan benar-benar rezky dari Tuhan. Tapi, saat ini tatkala
hujan mulai turun dengan derasnya seakan ada rasa yang menentang di benakku
ungtuk mengakui kalau hujan itu adalah rezky.
Bagaimana tidak, setiap kali
hujan seakan menjadi pesan bahwa akan terjadi genangan yang akan mengakibatkan
banjir. Betul saja, itu terjadi dan akibatnya setiap dari kita merasa
tersakiti, kecewa dan marah. Kita kehilangan waktu untuk sekedar berteduh,
kehilangan waktu karena terjebak kemacetan, merasa resah karena sebagian rumah
dan kawasan kita hidup terendam, kita kehilangan harta, marah karena susah
payah kumpulkan dan harus hilang, rusak karena air yang begitu bnyak di
sekeliling kita.
Lalu, bagaimana lagi? saat hujan turun aku tetap
ingin bernyanyi karena bagaimanapun Hujan adalah Rezky. rezky yang diberikan
Tuhan sebagai sebuah bentuk pesan dari para Penghuni langit agar kita di Bumi
menjadi lebih bijak dalam menata Alam. tidakkah kita sadar bahwa Ekosistem Alam
tak lagi seimbang? ada patahan siklus yang terjadi disana. Dimana siklus air
itu dipahami sebagai sesuatu yang sangat alami terjadi dan bukan merupakan
suatu keadaan yang bisa menyebabkan bencana, kecuali ada kesalahan yang terjadi
dalam siklus ini. Atau dengan kata lain ada syarat yang tidak terpenuhi
sehingga airnya tidak lagi pada siklus yang seharusnya. Melainkan menjadi
sebuah bencana. Yah, sebuah bencana berupa banjir. Dan ini mengingatkan akan
sebuah kisah klasik yang terjadi di masa lalu.
Nabi Nuh As dan kaumnya yang
didatangkan banjir untuk mereka. Nah, didatangkan Banjir itu sebagai peringatan
atau hukuman bagi mereka yang tidak mau mengikuti risalah yang dibawah oleh
utusan. Jadi, ini semakin memantapkan keyakinaku bahwa setiap kali terjadi
banjir itu karena ada kesalahan yang ingin dicuci oleh Tuhan di bumi ini. kalau
menelisik kembali ke sejarah Nabi Nuh, maka kita akan dapati bahwa kaum Nai
pada waktu itu adalah kebanyakan mereka tidak patuh terhadap ajakan keTuhanan
yng dibawah Sang Utusan.
Malah mereka mengejek dan memandang rendah akan apa
yang disampaikan Nabi. Nah, kalau seperti itu keadaannya sehingga terjadi
banjir. Maka, hari ini pun banjir terjadi akibat sebagai kesalaha-kesalahan
yang terjadi yang dilakukan dengan sengaja oleh umat manusia di Bumi ini dan
meremehkan ajaran keTuhanan. Sehingga harusnya, menjadi sadarlah kita bahwa
ketika banjir melanda suatu tempat, maka Tuhan sedang mencuci tempat itu dri
dosa dan kesalahan manusia. Dicuci agar kembali bersih. jadi apakah setelah
banjir datang kali ini yang mencuci tempat kita akan kembali lagi nanti? itu
ditentuan oleh kita yang berada di tempat itu. Semoga kemudian (setelah banjir
kali ini) Hujan itu bukan lagi sebagai hukuman untuk mencuci. Tapi Hujan itu
tetap adalah rezky dari Tuhan. untuk kita makhluk yang sengaja dimuliakan
olehnya dari makhluk lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar