Minggu, 28 September 2014

Bahasa Daerah (Bugis) Harus Diselamatkan!

Sebuah trend baru yang mampu menghegemoni kebudayaan kita, bahkan saya sendiri pun sempat tak menyadari akan itu. Tak sadar bahwa sesungguhnya saya terjebak ke dalamnya.
Betapa tidak, manusia saat ini dikonstruk kepada suatu kebudayaan yang sama. Padahal secara antropologi, letak geografis dan apapun itu tidak bisa untuk diseragamkan. Tapi, sebuah kontsruk baru berusaha membentuk itu. Yah, saya bisa menyebut itu sebagai badai budaya. Sebagaimana caranya untuk menghilangkan keberagaman budaya yang ada di dunia ini.


Salah satu adalah budaya “Bugis”. Dimana secara sistem nilai, falsafah bugis ingin coba digantikan dengan sistem nilai yang berbeda. Dan yang paling menyeramkan dari itu adalah bahasa yang telah menuju pembunuhan tanpa jejak. Bahasa bugis secara tidak sadar mulai dilupakan oleh masyarakat bugis sendiri atas nama modernisasi. Bahasa bugis hampir dianggap sebagai bahasa orang kampung, dan bahasa yang cocok untuk diperkotaan adalah bahasa inggris, mandarin ataupun jerman.
Bahkan, penilaian buta aksara ditunjukkan kepada orang yang tidak tahu membaca huruf latin, meskipun mereka mampu untuk membaca huruf lontara.
Nah, akhir-akhir ini saya tersentak dengan kesadaran saya sendiri. Dimana setelah enginjakkan kaki di kota ini saya seakan enggan lagi untuk menggunakan bahasa leluhur saya. Bahasa yang muncul dan mengakar sebagai hasil kebudayaan leluhur di suku bugis. Dengan kebanggan itu, akhirnya lebih memilih memakai bahsa indonesia dalam percakapan sehar-hari meskipun saya tahu kalau yang kutemani berbicara adalah sesama orang bugis.
Yah, akupun terkena badai itu. Tapi, untung sebelum dibunuh saya tersadarkan. Sadar bahwa budaya bugis; bahasa, falsafah daerah ataupun sitem nilai yang disebut norma harusnya dilestarikan dan kembali dimunculkan dalam kehidupan kita. seabagaimana budaya yang merupakan hasil cipta karsa dan rasa manusia yang dikerjakan sehari-hari dan menjadi kebiasaan yang mendarah daging.
Akhirnya, pertanyaan yang pentng dari itu ialah sejauh mana kita mau menjaga kelestarian budaya kita d tengah gempuran zaman yang mengatasnamakan diri globalisasi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.