Setelah beristirahat beberapa waktu, lelaki itu kemudian bangkit
diiringi dengan rombongan yang mengikutinya tadi. Ia kini berdiri di
depan pohon tempatnya beristirahat tadi dan pohon tempat mereka
mengikatkankan hewan tunggangan mereka. Entah apa yang sedang
dilakukannya, ia nampak seperti mengucapkan mantra sembari sesekali
melakukan gerakan menunduk dan sujud. Beberapa rombongan lain sibuk
memperhatikan itu, sembari menyaksikan gerakan-gerakan lelaki tadi.
Mereka sadar bahwa lelaki itu adalah orang yang banyak diceritakan orang
akan kebaikan hatinya, kedermawanannya dan kepeduliannya terhadap
manusia. Orang-orang meyakini lelaki itu adalah utusan Langit. Mereka
kemudian dengan hikmat ikut memperhatikannya.
Waktu berlalu, Matahari sepertinya kini memilih bersahabat dengan rombongan yang berjalan di padang itu. Dan lelaki itupun mengakhiri gerakan-gerakannya dan kembali beristirahat di bawah pohon sembari menyiapkan makanannya untuk disantap sebagai penambah energi sebelum melanjutkan perjalanan. Beberapa rombongan yang singgah tadi kini menyiapkan diri melanjutkan perjalanan lantaran kini langit tak lagi membakar, Matahari mulai merendahkan keangkuhannya. Satu rombongan langsung berlalu pergi, mereka merasa harus segera berangkat membawa dagangannya agar cepat sampai ditujuan dan bisa dengan cepat mendapatkan keuntungan dari hasil dagangannya. Ada pula yang bertanya tentang siapa pria itu dan apa yang sedang ia lakukan, seakan penasaran namun tetap harus segera berangkat karena juga tak mau ketinggalan membawa barang dagangannya dan kehilangan keuntungan. Beberapa yang lain kini tinggal memerhatikan lelaki itu. Mereka kemudian mendekatinya sembari menanyakan perihal apa yang dilakukan oleh lelaki itu dan rombongannya.
Waktu berlalu, Matahari sepertinya kini memilih bersahabat dengan rombongan yang berjalan di padang itu. Dan lelaki itupun mengakhiri gerakan-gerakannya dan kembali beristirahat di bawah pohon sembari menyiapkan makanannya untuk disantap sebagai penambah energi sebelum melanjutkan perjalanan. Beberapa rombongan yang singgah tadi kini menyiapkan diri melanjutkan perjalanan lantaran kini langit tak lagi membakar, Matahari mulai merendahkan keangkuhannya. Satu rombongan langsung berlalu pergi, mereka merasa harus segera berangkat membawa dagangannya agar cepat sampai ditujuan dan bisa dengan cepat mendapatkan keuntungan dari hasil dagangannya. Ada pula yang bertanya tentang siapa pria itu dan apa yang sedang ia lakukan, seakan penasaran namun tetap harus segera berangkat karena juga tak mau ketinggalan membawa barang dagangannya dan kehilangan keuntungan. Beberapa yang lain kini tinggal memerhatikan lelaki itu. Mereka kemudian mendekatinya sembari menanyakan perihal apa yang dilakukan oleh lelaki itu dan rombongannya.
Diantara rombongan yang merelakan waktunya sejenak untuk menjwab
rasa penasarannya pada apa yang telah dilakukan lelaki yang dianggap
utusan Langit itu. Dengan rendah hati ia kemudian bertanya dengan
lembut. "Wahai manusia mulia, apa yang sedang engkau lakukan tadi?" Lelaki itu dengan hikmat menjawab. "Kami sedang menyembah Tuhan, yang telah menganugerahi kita nikmat" sembari menghadapkan wajahnya ke Langit. "Tuhan?
apakah Tuhan itu adalah Pohon yang ada di depanmu itu? atau gunung yang
berdiri disana? Ataukah hewan-hewan itu yang kau perlakukan dengan
baik? atau barangkali Matahari yang bersinar begitu terik tadi?" tanya pemuda dari rombongan itu penuh antusias. "Tidak,
sesungguhnya apa yang kau maksudkan itu semuanya salah. Saya tidak
menjadikan mereka itu Tuhan untuk kemudian disembah. Sungguh bukan pohon
itu yang aku sembah, bukan gunung yang ada disana. Bukan pula
hewan-hewan yang menemani rombonganku itu apalagi Matahari yang ada
disana. Sungguh bukan itu yang aku sembah. Melainkan Tuhan yang berkuasa
atas segala yang ada. Tuhan bagi pohon, gunung, hewan-hwan itu dan
Tuhan yang membuat Matahari itu bersinar. Itulah Tuhan yang kusembah." Kata lelaki itu dengan tegas menjelaskan. "Kalau begitu bolehkah aku mengikutimu dan menjadi muridmu untuk belajar tentang Tuhan itu dan agar aku pun bisa menyembahnya?" tanya pemuda itu penuh harap. "Tentu
saja boleh bahkan itu menjadi tugasku untuk membimbingmu mengenal Tuhan
dan bersama-sama menyembahnya. Silahkan kamu ikut denganku beserta
rombonganku" Balas lelaki itu penuh rasa syukur. "Baik, terimakasih manusia mulia. Mulai sekarang aku menjadi pengikutmu" tutupnya sebelum melanjutkan perjalanan.
Di tengah perjalanan, rombongan yang lebih cepat berlalu tadi
saling berdebat mengenai apa yang dilakukan lelaki tadi bersama
rombongannya. Tapi kemudian sepakat bahwa lelaki tadi adalah utusan
Langit, sehingga apa yang dilakukannya tadi sedang menyembah Tuhan, Sang
Penguasa. Lalu hal yang membuat mereka berbeda adalah lantaran mereka
tidak memahami dengan jelas apa yang sebenarnya dilakukan lelaki beserta
rombongannya tadi. Berbagai spekulasipun berkembang. Dianta
mereka ada yang berpendapat bahwa lelaki itu sedang menyembah Tuhan yang
berwujud Matahari, ada yang menganggap bahwa Pohon itulah yang mewakili
Tuhan, yang lain meyakini bahwa di Gunung itulah Tuhan berada dan
bahkan ada yang menyimpulkan bahwa hewan-hewan yang tadilah yang menjadi
Tuhannya lantaran diperlakukan dengan baik oleh Lelaki itu dan sengaja
diikatkan pada pohon untuk disembah. Sementara berkembang spekulasi itu,
beberapa diantara rombongan itu tidak memperdulikan apa yang
dibicarakan teman-temannya. Malahan lebih sibuk memikirkan dagangannya
dan berapa keuntungan yang akan diperolehnya dari perjalanannya kali ini
membawa barang dagangannya. Akan tetapi, ada pula diantara mereka yang
tak meyakini spekulasi yang berkembang itu dan lebih memilih untuk
berheti dan menunggu rombongan lelaki yang ditinggalkannya tadi.
Baginya, spekulasi itu bisa menjurumuskan dirinya kepada salah kaprah
akan hakikat sesuatu. Dari situ, kini berhenti dan tertinggal dari
rombongannya Dan akhirnya lelaki yang dinatikan pun datang. KEmudian
ditanyainya sebagaimana pemuda yang memang sengaja untuk tidak
melanjutkan perjalanan tadi. Dan dijwablah sebagaimana jawaban yang
didapatkan pemuda sebelumnya. kini ia pun memahami akan hakikat yang
dilakukan lelaki tadi dan juga menjadi pengikutnya.
Sementara di tempat lain, rombongan yang berjalan di depan tadi
kini terpencar ke berbagai tempat. Mereka pun meyakini akan kemulian
lelaki yang ditemuinya dulu dibawah sebuah pohon ketika berteduh.
Lantaran karena kemuliaan lelaki itu sudah diyakini banyak orang, maka
apapun yang dilakukannya selalu ingin diikuti. Maka terjadilah berita
heboh, dimana orang-orang yang pernah bertemu dengan lelaki itu dianggap
orang beruntung dan menjadi ikut populer di khalayak ramai. Akhirnya
orang-orang yang tak sempat bertemu dengannya ingin mendengarkan cerita
tentang lelaki yang dikagumi oleh mereka dan mereka yakini utusan
langit. Pada akhirnya, spekulasi yang berkembang tadi yang ditafsirkan
berbeda-beda oleh rombongan yang berjalan di depan tadi berkembang di
masyarakat.
Di setiap daerah hampir memiliki penafsiran berbeda tentang perihal
penyembahan yang dilakukan lelaki utusan Tuhan itu. Ada berita yang
sampai bahwa lelaki itu menyembah matahari sehingga masyarakat disanapun
kini menyembah matahari. Ada yang menyampaikan bahwa lelaki itu
menyembah pohon maka masyarakat itupun mulai memilih pohon yang
dianggapnya sakral untuk disembah. Ada yang menganggap Tuhan bersemayam
di Gunung, sehingga mereka lebih suka menyembah Tuhan di gunung. Dan
bahkan ada pula akhirnya yang menganggap bahwa dalam diri hewanlah Tuahn
itu berada, akhirnya mereka menganggap hewan tertentu menjadi suci dan
disembah. Fenomena ini terus berlajut di masyarakat suatu daerah.
Sehinggan menjadi suatu bentuk kepercayaan yang diyakini berasal dari
sumber yang benar. Seorang lelaki yang diyakini sebagai utusan langit,
lelaki yang mengajarkan manusia menyembah Tuhan.
Meskipun beberapa orang telah salah menafsirkan prosesi penyembahan
yang dilakukan lelaki utusan langit tadi. Berita yang disampaikan oleh
orang-orang yang beserta rombongan lelaki itu juga tetap terjaga dengan
baik serta berkembang di masyarakat dan memiliki pengikut yang memang
benar-benar kritis dalam hal mengikuti. Tak jarang banyak yang
sebelumnya meyakini tentang penyembahan matahari, pohon, gunung dan
hewan tadi akhirnya menemukan berita yang sebenarnya bahwa lelaki utusan
langit itu tak pernah membenarkan penyembahan demikian. Hal ini karena
mereka mengkritisi akan kehidupan keberagamaan yang mereka akan yakini
Lalu akhirnya mereka mencari dan menemukan kisah yang sebenarnya dari
prosesi penyembahan itu. Bahwa bukan Matahari, pohon, gunung ataupun
hewan yang disembah, tapi meniscayakan menyembah sang pemilik, penguasa
matahari, pohon, gunung dan hewan-hewan. Tuhan yang tuggal.
---Kebenaran kadang laksana emas yang tersembunyi dalam tanah, kebenaran menjadi suatu hakikat yang harus digali oleh manusia.---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar