Suatu ketika ada seorang Penggembala yang begitu menyayangi Hewan
gembalaannya. Sepenuhnya sibuk memikirkan gembalaannya. Diharapkannya
semua hewan gembalaannya itu terjaga dan aman untuk tidak dimangsa oleh
Serigala yang buas yang memang selalu mengincar gembalaannya. Namun
tibalah suatu ketika dimana ia menyadari harus pergi meninggalkan
gembalaannya. Lantaran Ia begitu menyayangi gembalaannya dan selalu
berharap gembalaannya selamat dari terkaman Serigala maka ia tahu bahwa
ia sangat perlu menitipkan gembalaannya ini kepada seseorang yang
benar-benar bisa dipercaya menjaga gembalaannya ini.
***Menjadi Sang Penggembala***
Memang semasa hidupnya, Sang penggembala sejak kecil memang sudah
menggembalakan hewan. Hal itu menjadi kebiasaannya ketika semasa kecil
ia sudah menjadi yatim piatu. Ayahnya meninggal saat ia masih dalam
kandungan serta Ibunya wafat setelah ia dilahirkan. Maka hiduplah ia
dalam pengasuhan Pamannya yang begitu teramat mencintanya. Ia besar
dalam pengasuhan pamannya dan pada saat itu ia diberikan beberapa hewan
untuk digembalakan. Hasilnya ia menjadi penggembala yang baik. Saat
tumbuh besar, ia kemudian mengikuti Pamannya membawa dagangan ke daerah
di luar dari tempatnya selama ini hidup. Sehingga dengan belajar dari
pamannya tentang berdagang, ia kemudian dipercaya oleh relasi pamannya
yang punya usaha lebih besar. Seorang Saudagar perempuan yang kemudian
hari menjadi istri yang teramat dicintainya. Pada akhirnya Sang
Penggembala tadi yang kini ahli dalam berdagang menikah dengan Sang
Saudagar Perempuan yang mengakui kejujuran dan keutamaan sifatnya.
Alkisah, dalam perjalanannya ia dikenal begitu baik, lembut, santun,
jujur dan tegas. Sehingga pada suatu hari yang istimewa Ia didatangi
oleh seorang utusan untuk dipilih menjadi Penggembala.Tentu saja
tawarannya adalah menggembalakan semua gembalaan yang dimiliki Tuan dari
Sang utusan tadi. Dengan sedikit gugup ia kemudian pulang ke rumahnya
seakan merasa ketakutan telah didatangi oleh utusan yang hendak
memberikannya tanggungjawab begitu besar. Ia kemudian menyakan ini pada
istrinya. Lalu kemudian istrinya menyemangatinya, menguatkannya untuk
menerima tanggungjawab itu. Ia pun kemudian menerima tanggungjawab itu
untuk menggembalakan seluruh milik Sang Pemilik itu. Memang Semua yang
ada disana adalah secara tidak langsung adalah miliknya Sang Tuan yang
memilihnya untuk menjadi penggembala.
Kisah berlanjut, ia kemudian menjadi penggembala yang handal dikarenakan
selalu diberi petunjuk melalui untusan Sang Tuan yang memiliki Gembala.
Ia pun diperintahkan untuk mempersiapkan orang untuk bisa menjaga
gembalan itu tetap aman dan jauh dari gangguan Serigala. Akhirnya ia
memiliki seorang yang dianggapnya pantas untuk menggantikannya menjaga
gembalaannya. Seseorang yang pada saat pertama kali ia diangkat menjadi
Penggembala yang lebih dulu bersedia mengikutinya menggembala dan
mengakuinya sebagai penggembala yang diamanahkan menjaga gembalaannya.
Orang itu adalah sepupunya, anak dari paman yang mengasuhnya, yang kelak
juga menjadi menantunya, suami dari putrinya yang dilahirkan oleh
istrinya saudaar Perempuan tadi. Nah, sepupunya inilah yang hampir
setiap saat mengikutinya menggembala disamping banyak teman-teman yang
lain yang juga mengikutinya. Hanya saja, pada sepupunya itulah ia
mengajarkan semua ilmu dan teknik menggembala yang baik dan bagaimana
cara menjaga gembalaannya dari cengkraman Serigala. Terbukti beberapa
kali ancaman Serigala selalu bisa diatasinya dengan bantuan sepupunya
itu. Dan pada waktu itu gembalaannya dalam keadaan aman dari serigala
yang ingin mencengkramnya.
Seiring berjalannya waktu semua ilmu yang dimiliki Sang Penggembala telh
diajarkan pada sepupunya tersebut dan juga beberapa teman-temannya yang
lain yang juga sering bersamanya. Tapi tetap tak seperti sepupunya yang
juga menjadi ayah dari cucu-cucunya yang begitu dicintainya. Semua hal
akhirnya tersampaikan, tentang bagaimana menggembala dengan baik.
Sehingga tiba suatu ketika sang utusan dari Empunya gembala datang
menyampaikan bahwa Sang Tuan mengharap Sang Penggembala datang
menemuinya. Dan utusan tadi juga tidak lupa menyampaikan agar
gembalaannya itu dititipkan pada orang yang bisa menggembalakannya
dengan baik agar gembalan itu tidak dicengkram oleh Serigala. Mengingat
Sang Gembala teramat mencintai gembalaannya bahkan gembalaan yang belum
terlahirpun selalu saja difikirkannya, sehingga ia bertanya "Bagaimana gembalaanku jika saya meninggalkannya tanpaku?" adakah mereka tetap aman dari cengkraman serigala?.
Lalu, sang utusan meyakinkannya bahwa apapunyang akan terjadi nantinya
itu adalah yang seharusnya terjadi pada gembalaannya. Maka dari itu
sebagai bentuk untuk menjaganya maka Sang Tuan pemilik gembala akan
menitipkan gembalaannya kepada yang bisa menjaganya. Dan sang
penggembala pun tahu tentang siapa yang bisa dipercayanya
menggantikannya untuk menjaga gembala itu. Tentu saja, ia akhirnya
memilih sepupunya itu. Bukan karena ia keluarganya saja, tapi memang
karena sepupunya itu juga telah diajarkannya semua ilmu dan teknis
menggembala serta dia mengetahuinya lewat kesehariaannya saat
bersama-sama dirinya menggembala di padang yang luas. Sehingga akhirnya
sang penggembala mengumumkan kepada teman-teman dan semua hewan gembalan
yang ada di padang pada waktu itu selepas ia membawa gembalaannya
menuju padang hijau yang begitu menakjubkan. Akhirnya, disampaikan bahwa
ia akan pergi menemui sang Tuan pemilik. Oleh karena itu, akan
dititipkan gembalaan kepada sepupunya itu. (Hal ini dikarenakan
gembalaan membutuhkan penggembala untuk menjaga agar tidak tersesat
sehingga dengan mudah bisa diterkam oleh Serigala). Alhasil semua
teman-temannya memberi selamat pada sepupunya itu.
***Perginya Sang Penggembala***
Kini, tiba hari dimana Sang Penggembala harus benar-benar pergi menemui
Tuan Sang Pemilik. Tapi kepergiannya kini hanya diantar oleh sepupunya
dan ditemani keluarga dan beberapa temannya saja. Sementara temannya
yang lain sedang berada di suatu tempat untuk memutuskan tentang siapa
yang berhak diantara mereka menjaga gembalaan yang ditinggalkan ini.
Disana mereka melakukan voting, dan terpilih salah seorang diantara
mereka yang mengklaim diri sebagai pengganti untuk menggemabalakan apa
yang ditinggal Sang Penggembala. Dalam pemilihan itu ada yang bertanya, "Wahai
kamu, kenapa kita tidak mengantarkan Sang Penggembala itu yang sekarang
akan menemui Tuan Sang Pemilik? Kenapa kita dibawa kemari dan dipaksa
memilih penggantinya?". Lalu, satu diantara mereka berteriak geram. "Sungguh,
memilih pengganti untuk menjaga penggembala lebih penting dari
mengantarkan Sang Penggembala menemui Tuan Sang Pemilik. Ini teramat
penting, dikarenakan tak boleh gembalaan ditinggal dalam keadaan tanpa
gembala" katanya menggurui. Akhirnya mereka yang ada pada waktu
itu ikut larut dan membenarkan apa yang mereka lakukan dan menganggap
bahwa orang yang terpilih itu sebagai pengganti dari Sang Penggembala.
Keruwetan ini pun akhirnya menjadi perpecahan diantara gembalaan. Bagi
sebagian gembalan yang memang sering bersama (dekat) denganSang
Penggembala merasakan begitu sedih tak lagi ada Sang Penggembala.
Sebagian dari gembalaan ini pun sadar bahwa kini hidup mereka akan
terancam oleh terkaman serigala. Namun dalam kecemasan mereka, mereka
tahu bahwa Sang Penggembala tidak mungkin meninggalkan mereka begitu
saja tanpa ada yang menggantikannya untuk menjaga mereka dari Serigala.
Sebagian gembala yang lain yang tak begitu faham akan apa yang
terjadipun akhirnya dengan sukarela digembalakan oleh orang yang
terpilih tadi dengan voting untuk diikuti. Sementara bagi sebagian
gembalaan yang lain yang yakin bahwa ada pengganti yang sudah
ditinggalkan oleh Sang Penggembala. Maka mereka sadar bahwa sepupu Sang
Penggembalalah yang selam ini selalu beserta mereka dan menjaganya dari
terkamn Serigala. Mereka sadar bahwa sepupunya itulah yang teramat dekat
dengan Sang Penggembala dan tahu semua seluk beluk bagaimana
menggembala dengan baik yang akan selalu menjaga gembalaannya dari
cengkraman Serigala yang memang selalu mengintai. Alhasil, terpecahlah
gembalaan ini selepas ditinggal oleh Penggembalanya. Sebagian besar
digiring oleh pengganti hasil voting. Dan sebagian yang lain yang
mendengarkan tentang siapa yang telah disiapkan mengganti Sang
Penggembala dengan setia mengikuti Sang Sepupu yang ditetapkan oleh Sang
Penggembala. Dimulailah babk baru dari gembalan ini, dimana sebagian
besar yang tak begitu peduli akan kisah Penggembala yang sebenarnya
sukarela mengikuti gembalaan yang lain yang menganggap hasil voting
itulah yang menggantikan Sang Penggembala. Sementara sebagian kecil yang
ada tetap setia dengan titah Sang Penggembala tentang siapa yang
menggantikannya meskipun mereka kadang dikucilkan oleh sebagian besar
gembalaan yang lain.
***Hanya saja, pada suatu tempat di suatu saat terbersit dalam hati Sang Penulis***
"Jika yang melakukan voting pada waktu itu menyadari bahwa memilih
pengganti Sang Penggembala adalah lebih penting dari mengantarkan
perjalanan penggembala menemui Tuan Sang Pemilik. Pastilah Sang
Penggembala yang begitu menyayangi gembalaannya, bahkan tak ingin
meninggalkan gembalaannya sebelum memastikan akan bertemu dengan
gembalaannya kembali di tempat yang istimewa, tentu lebih akan
memikirkan tentang pentingnya menetukan seorang pengganti bagi dirinya
untuk menjaga gembalaannya dari cengkraman serigala dan bahaya apapun
sepeninggalnya menemui Tuan Sang Pemilik. Karenanya Sang Penggembala telah menunjuk Sepupunya. Dan tentulah Sang Pengganti harus menyerupai dengan Sang Penggembala, yang tahu tantang ilmu menggembala dan tahu tujuan dari penggembalaan. Sang Penggati haruslah yang paling menguasai segalanya dibanding yang lainnya. Jika tidak, maka tak layak menggantikan Sang Penggembala Agung."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar