Minggu, 28 September 2014

Iya, Kami Menangis atas Kesyahidan Imam Husain As

(Karena bagi kami itu adalah spirit perlawanan atas kezaliman yang telah melalui lorong-lorong waktu untuk senantiasa mengisahkan keagungan Sang Martir, Pangeran Terasing) Kita percaya bahwa Bulan Muharram menjadi satu bulan dari empat bulan yang diharamkan berperang dan berbuat zalim. Yah, hampir semua muslim percaya itu.
Lantas apakah yang terjadi di Nainawa pada bulan muharram (10 muharram tepatnya)?
Apakah kita telah buta untuk menyaksikan noda sejarah yang begitu memilukan?
Lantas tidakkah kita berfikir, kenapa Imam Husain As (cucunda Nabi Muhammad Saww. yang dikatakan bahwa Husain berasal dari Nabi dan Nabi bersaksi bahwa Husain adalah Penghulu Pemuda Syurga) datang menuju Kufah hanya ditemani 73 orang keluarga dan sahabatnya?

Tentu saja, karena maksudnya datang bukan untuk berperang. Toh, padukaku bisa mengumpulkan bala tentara di Madinah dengan persenjataan lengkap jika memang maksudnya untuk berperang. Tapi tidak dilakukan, karena saya yakin bahwa Padukaku adalah Imam yang tahu akan haramnya berperang di bulan Muharram.
Lantas apa lagi yang kalian akan bela terhadap pasukan Yazid yang telah membantai paduka cucunda Nabi di gurun Sahara?
Masihkah layak mereka (Pembunuh Imam) kalian bela lantaran kalian anggap mereka adalah muslim?
Tidakkah mereka telah berbuat zalim terhadap rombongan paduka Husain yang kebanyakan perempuan dan anak-anak?
Bukankah Nabi telah mengajarkan tata cara seorang muslim bersikap dalam medan perang untuk tidak membunuh anak-anak dan perempuan sertaembantai musuh dalam keadaan lemah (meskipun kenyataannya ini bukan perang dan tak bagaimana mungkin anda menjadikan keluarga Nabi sebagai musuh)?
Kalian katakan diri kalian keras terhadap orang yang melukai saudara se muslim?
Lantas, tidakkah lebih mulia paduka Husain kalian anggap sebagai saudara se muslim (jika tidak ingin memuliakannya lantaran ia cucunda Nabi)?
Lantas tuduhan apalagi yang akan kalian hinakan pada mereka yang hari ini melaknat Para Pembunuh (beserta orang yang terlibat di dalamnya) pembantai rombongan cucunda Nabi?
Apakah sudah sedemikian kerasnya hati kalian untuk bisa membuka mata menyaksikan sejarah dan mendengarkan jeritan pilu dari noda sejarah yang telah tergorea di Nainawa?
Tidakkah pilu hatimu mengetahui bahwa bagian dari Nabi telah terbantai bahkan terpenggal kepalanya disana, lalu kemudian jenazah dihinakan di arak keliling kota dan tidak diurus untuk dimakamkan?
Bukankah kalian juga yang menjerit tangis tatkala menyaksikan saudara se muslim kita terbantai di Mesir, Suriah, pilifhina dan bagian dunia lainnya?
Lalu kenapa taagis dan jeritan kami untuk cucunda Nabi yang teraniaya dianggap sesuatu yang salah?
Kenapa sepertinya tak ada air mata yang ingin kalian berikan untuk mengenang Sejarah berdarah ini?
Ketahuilah, hari ini kami menangis, menangisi kesyahidan Sang Penghulu Pemuda Syurga yang telah menunjukkan betapa perlawanan atas kezaliman harus tetap tegak bagaimanapun kondisinya.
Biarkanlah, apapun yang kalian katakan terhadap kami. Kami akan tetap menangis karena Nabi sendiri yang telah memberitakan bahwa cucunya akan terbantai di Padang KARBALA. Karbun wa Bala (Padang Air Mata).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.