Senja baru saj berlalu dimana petang
langsung datang menyergap dengan gelapnya sesaat Matahari menghilang di
ufuk barat. Suara adzan yang menggema memecah bak cahaya jngga di ufuk
barat sesaat yang lalu. kubersihkan tubuhku yang tampak lelah dan memang
terasa pekat dengan cucuran keringat yang membasahinya siang tadi.
Terasa segar kembali dari susunan unsur oksigen (O) dan Hidrogen (H)
itu. Penat seakan menghilang tersapu bersama rintik air yang jatuh
membasahi sekujur tubuhku itu. Ku keringkan badan dengan kain yang
pernah bergantung di toko itu. Ku kenakan pakaian berniat untuk
melaksanakan kewajiban (harusnya menjadi suatu kebutuhan) lalu ku
berjalan menuju keran air yang ada di bawah sebuah pohon mangga di depan
rumah.
Langit memang sudah gelap, cahaya jingga yang memerah sudah
hilang. Ku basuh bagian wudhu yang kembali ku pelajari sesuai apa yang
dilafazkan di Al Quran (Surat Al Maidah), tak begitu rumit, tak seperti
apa yang pernah dan menjadi kebiasaanku dulu untuk melakukannya. Hanya
mencuci muka, mencuci tangan, membasuh kepala dan membasuh kaki. Cukup.
Dan kembali kuberanjak memasuki kamar, menghadap ke arah barat atau
lebih dekat dengan kiblat lalu kukumandangkan adzanku sendiri, untuk
diriku sendiri sebelum orang lain yang kembali kumandangkannya untukku.
Kulanjutkan dengan ‘iqamat’ dan dengan niat ‘Karena Allah’ akupun
memulai tiga rakaat yang (harusnya) menjadi rutinitas umat (yang
mengaku) mengikuti agama Nabi Muhammad Saww. (Salawat atasnya).
Tapi bukan itu yang ingin saya sampaikan!!!
Sesaat setelah kucoba menundukkan
keangkuhan padaNya, pada Dia yang Kuasa atas segalanya. Aku duduk
sembari melamun sejenak. Tiba-tiba sebuah memori menusuk ingatanku dan
kembali mengenangnya tentang suatu masa. Suatu masa yang benar-benar aku
rindukan saat ini. Masa-masa dimana energiku berapi untuk belajar dan
terus membaca, begitu hausnya dengan pengetahuan sampai kadang lupa
untuk tahu bagaimana rasanya tidur itu. Rindu suasana hangat forum
diskusi dan kajian, rindu beradu argumentasi tentang pendapat tokoh yang
di masa lalu sebelum masehi atau masa lalu setelah masehi itu dengan
pemikiran dari tokoh-tokoh besar dunia, rindu saling mencemooh
referensi, rindu saling ngotot dan tak mau kalah pandangan dunia dan
rindu tentang semua suasana forum-forum diskusi yang kini teramat jarang
untuk kutemukan lagi.
Mungkin suatu masa itu akan kembali aku
temukan, seperti cahaya Mentari yang hilang di ufuk barat dan akan
kembali terlihat esok pagi saat rotasi Bumi membawa bagian belahan ini
kembali menghadapnya. Merasakan kembali hangatnya dan terang sinarnya.
“Saat diskusi, sesungguhnya kita sedang mendaki Alam makna (ma’rifat)”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar