Badik adalah senjata khas suku bugis-makassar yang ada di Sulawesi
Selatan. Badik merupakan senjata yang dianggap sakral bagi masyarakat
rumpun suku ini. Sebagai seorang anak laki-laki yang terlahir dari
rumpun suku Bugis saya begitu tertarik dengan badik ini. Ia adalah
sebatang besi yang dibentuk sedemikian rupa kemudian diberi gagang dan
dilengkapi sarungnya yang dibuat dengan kayu yang dberi ukiran.
Pada zaman dulu (bahkan beberapa masih ada sampai sekarang) pembuatan
badik dilakukan dengan begitu sakral, dan diyakini memiliki kekuatan
tertentu dari cara pembuatan, segi ukuran dan ukiran dari badiknya
dianggap mempengaruhi kesakralannya. Beberapa orang masih mempercayai
bahwa badik memiliki kekuatan mistis. Dan seperti itu pulalah yang masih
saya yakini sampai saat ini.
Seperti keyakinanku akan kesakralan badik, saya pun meyakini bahwa badik
dengan ukuran dan ukirannya itu benar-benar memberi pengaruh secara
psikologis maupun spritual bagi sang pemegang badik itu.
Tapi, bukan itu yang ingin saya jelaskan disini, saya ingin jelaskan tentang kenapa saya meyakini akan kesakralan badik itu. (InshaAllah nanti saya akan jelaskan di lain kesempatan di blog ini).
Fokusnya adalah, kenapa saya memilih memakai (nama) badik untuk blog
ini. Yah, tentu saja satu diantara alasannya adalah karena saya adalah
seorang yang terlahir dari kalangan rumpun suku bugis yang memiliki
keyakinan akan kesakralan badik itu. Nama ini sebenarnya adalah nama
dari Perpustakan Pribadi yang saya miliki dengan koleksi buku sudah
mencapai ratusan. Waktu, itu saya mencari nama-nama yang unik yang bisa
saya gunakan untuk perpustakaan pribadi saya itu dan akhirnya muncullah
senjata khas suku bugis makassar ini sebagai sebuah akronim dari
"Bahtera Dunia Ilmu dan Kebaikan". Olehnya, sebelum ini (sampai
sekarang) saya memakai akronim BADIK ini sebagai nama perpustakaan
pribadi saya.
Lalu kenapa saya menggunakannya juga untuk nama blog ini?
Sebenarnya sebelumnya saya sudah punya blog yang sudah saya kelola
beberapa tahun lalu. Namun karena satu tahun yang lalu saya sempat vakum
menulis di blog saya tersebut akhirnya saya lupa dengan kata sandi
untuk masuk ke pengelolaan blog saya itu. Dan saya akhirnya hampir
benar-benar vakum untuk menulis jika saja tak ada akun di kompasiana
sebagai wadah menulis atau di jejaring sosial yang saya miliki. Bagi
saya menulis adalah sebuah upaya membuat prasasti sebagai peninggalan
sejarah perjalanan hidup manusia yang akan menjadi bukti bahwa kita
pernah ada di dunia ini. Karena menurut saya, kita takkan mungkin mampu
melalui lorong-lorong waktu untuk menyampaikan kepada setiap generasi
bahwa kita pernah hidup jika raga kita sudah mati dan terkubur dalam
tanah. Tentu saja, prasasti itulah yang akan melalui lorong-lorong waktu
itu sebagai bukti bahwa kita pernah hidup dalam peradaban manusia.
Oleh karena semangat menulis yang ada dalam diri saya, serta semangat
berbagi ilmu dan kebaikan yang saya yakini dari ajaran agama saya. Maka
saya mencoba membangun sebuah Bahtera yang diharapkan mampu mengarungi
samudera kehidupan yang begitu penuh gelombang dan karang terjal yang
siap mengkaramkan Kapal-kapal yang ingin berlabuh di pulau-pulau impian.
Dan saya kembali memilih memakai nama BADIK dengan harapan bahwa
alur-alur pemikiran yang coba saya fahami sebagai sebuah ilmu dan
kebaikan dari koleksi buku yang saya miliki dan saya baca dapat saya
bagi kepada yang lain sebagai bahan untuk berdialektika, bekal untuk
berdiskusi lebih jauh mendaki alam makna menuju maqam-maqam (tingkatan) para pencari ilmu.
Sebagai mana Badik dalam filososfi bugis sebagai sebuah senjata yang
memberi pengaruh psikologis dan spirutual bagi pemakainya, maka badik
inipun akan demikian. Karena (inshaAllah) saya membuatnya dalam keadaan
memohon kepada Tuhan agar mamfaat dan menjadi bekal senjata bagi kita
dalam melakukan pertarungan menaklukkan kehidupan yang dicemari oleh
kebodohan dan kejahatan (sebagai lawan dari keberadaan ilmu dan
kebaikan).
"Ilmu laksana Badik, menjadi perhiasan di kala senang dan pelindung di waktu susah"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar