Kamis, 31 Maret 2016

Belajar dari Kisah Musa As; Berdo'alah dengan Kesungguhan, Pertolongan Tuhan Amat Dekat


Tuhan berkata pada Nabi Musa As untuk tetap berkata lemah lembut pada Fir'aun meskipun dalam terminologi kita Fir'aun adalam Pemimpin yang amat buruk perangainya bahkan sampai mencoba menyatakan diri sebagai Tuhan itu sendiri.
"Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut (Q.S 20 : 43  44)
Pelajaran berharga dari itu semua adalah Tuhan ingin mengajarkan kita makna kelembutan, meskipun dalam hemat kita tentu 'tidak masalah' untuk berkata kasar dan memaki pada orang se level Fir'aun ini. Tapi Tuhan tidak memerintahkannya. Malahan Tuhan memerintahkan berkata lemah lembut.

Tapi, sampai disitu Tuhan tidak membiarkan hamba yang bersabar atas penindasan demi penindasan Fir'aun itu terus berlangsung. Diutusnya Nabi Musa As dalam kondisi masyarakat mesir pada waktu itu yang berada di bawah cengkraman Fir'aun yang semena-mena adalah bukti keadilan Tuhan.
Tuhan hendak mengajarkan manusia bahwa "sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Dan sesudah kesulitan pasti ada kemudahan" (Q.S Al Insyirah: 5-6). Masyarakat Bani Israil (Yahudi; dalam prana yang baik, pengikut Nabi Musa) diberikan pemimpin baru seperti Musa As setelah kesulitan-kesulitan yang dihadapi masyarakat Mesir pada waktu itu.
Musa As yang sebelumnya berada dalam Istana Fir'aun akhirnya mendapat petunjuk dari Tuhan untuk memimpin masyarakat tertindas keluar dari cengkraman Fir'aun yang semena-mena pada Rakyat Mesir. Meskipun akhirnya Fir'aun tak menyangka Musa As akan melawannya dan menentangnya karena Musa As adalah tumbuh dan besar dalam perawatan Istananya. Bahkan Musa As dianggap anak oleh istri Fir'aun sendiri.
Yaitu : Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti,kemudian lemparkanlah ia ke sungai (nil),maka pasti sungai itu membawanya ke tepi sungai, supaya diambil oleh (firaun) musuhku dan musuhya. Dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dariKu, dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku (Qs. 20 : 39)
Tapi, karena perintah Tuhan jugalah yang membuat Musa As harus berani menantang Fir'aun dan istananya untuk membebaskan masyarakat dari penindasan dan kerusakan yang lebih besar. Fir'aun yang tetap menyangka dirinya populer dan dipuja layaknya Tuhan oleh masyarakat akhirnya tersentak dengan kesadatannya saat melihat jumlah pengikut yang bersama Musa As. Fir'aun tak menyangka bahwa Musa As yang tidak memiliki apa-apa ini bisa memiliki pengikut dalam jumlah yang besar dan setia.
Fir'aun yang kaget memaksa seluruh antek-antek kerajaannya untuk mencari dan menghukum orang-orang yang dianggap menjadi pengikut Musa As. Ada yang kedapatan dan disiksa tapi tidak berpaling, ada juga yang mereka tawari dengan harta berupa emas untuk meninggalkan Musa As tapi tak bergeming. Kesetiaan mereka pada Musa As adalah wujud dari cinta pada pemimpinnya, cinta pada Tuhannya yang telah mengasihi mereka dengan mengutus Musa As di tengah keterpurukan dan penindasan yang mereka alami.
Sampai akhirnya pada sebuah babak, Fir'aun yang semakin kehilangan kharisma dan pengikut masih tetap angkuh dan begitu sombongnya. Dia belum sadar juga akan sikapnya selama ini yang suka menindas dan bertindak semena-mena. Fir'aun mencoba melawan Musa As dengan kekerasan, mengerahkan semua pasukannya untuk menangkap Musa As.
Tapi, apa yang terjadi?
Janji Tuhan tak pernah ingkar. Musa As yang dalam kondisi terdesak di laut merah berdo'a penuh harapan. Dengan harapan diberikan jalan oleh Tuhan untuk menghindari kejahatan dari Fir'aun. Tuhan menunjuki jalan dengan membelah laut merah lewat hentakan tonhkat Nabi Musa As. Musa As beserta pengikutnya yang setia berjalan melewatinya dan sampai pada tanah yang dijanjikan.
Fir'aun yang congkak dan penuh ambisis ingin mengalahkan Musa As akhirnya beserta pengikutnya ditenggelamkan di laut merah. Terkuburlah keangkuhan dan kecongkakan manusia disana. Meskipun telah berlalu, Fir'aun tetap dikenang sebagai penguasa yang zalim dan semena-mena. (Maka firaun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka (Qs. 20 : 78))
Segenap masyarakat Bani Israil yang setia berjuang bersama Musa As meskipun ditawari sejumlah emas dan bahkan ada yang diteror dan disiksa akhirnya bisa tersenyum merekah bahwa Tuhan tak pernah tidur melihat perjuangan hambanya melawan penindasan dan kezaliman.
Ada beberapa hal yang bisa kita oetik dari setiap perjalanan yang dituangkan Tuhan dalam kitab suci Al Qur'an. Musa As sebagai pelakon kisah ini menjadi sebuah contoh, konsep untuk manusia yang ada setelahnya.
Dalam hal ini, kita bisa merefleksikan (cerminan) kisah Nabi Musa As dan pengikutnya ini yang berjuang melawan penindasan Tirani seperti Fir'aun dengan cara-cara yang tetap sopan dan lemah lembut.
Selain itu keteguhan hati pengikut Musa As yang berani menolak penindasan dan berkata 'tidak' untuk mengikuti Fir'aun meskipun diteror dengan siksaan atau bahkan ada yang ditawari sejumlah emas. Kondisi hari ini di tengah masyarakat kita, jika kita ingin mengikuti bagaimana pengikut Musa As setia kepadanya dengan tetap berada di sisi Musa As sebagai bentuk perlawanan terhadap Tirani meskipun kita ditawari sejumlah uang oleh orang-orang yang ingin melanggengkan kekuasaannya.
Tetaplah kita berada di sisi kebaikan, meskipun ditawar dengan materi sejumlah uang oleh mereka yang ingin melanggengkan kekuasaannya. Fir'aun dalam simbol kita hari ini adalah orang-orang yang ingin berkuasa mengandalkan materinya untuk merendahkan nilai kemanusiaan masyarakat (menindas).
Semoga kita termasuk orang-orang sabar dalam berjuang dengan menolak tawaran harta sejumlah uang untuk melanggengkan kuasa penindasan.
Ingatlah bahwa "sesudah kesulitan pasti ada kemudahan" dan kita cukup perlu bersabar untuk melewatinya.

"Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar" (QS Albaqarah: 153)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.