Jumat, 04 Maret 2016

Tere Liye dan Pengaburan Sejarah Itu

Int

Rasanya saya harus menata paragraf yang lebih panjang mengapa postingan seorang Tere Liye harus ditanggapi dan dikritik. Bukan dianggap hal biasa dan dibiarkan berlalu.
Marilah kita sebut Tere Liye sebagai penulis yang belakangan ini produktif. Banyak novel yang dituliskan digandrungi anak muda, bahkan dianggap novel yang harus mereka miliki. Begitulah banyaknya fans yang dimilikinya sehingga ia menjadi sedikit fenomenal (sebenarnya ini juga membuktikan bahwa kecendrungan pemuda di negeri ini lebih suka sesuatu yang sedikit melow, fiksi dan tokoh fiktif yang seakan mewakili dirinya dalam novel-novel Tere Liye. Ketimbang buku-buku karangan ilmiah yang mencoba mengungkap fakta dalam.bahasa yang sedikit fornal).
Tulisan Tere Liye dalam akun sosial medianya menuai banyak reaksi. Kritik pedas dilayangkan. Namun dalam perkembangannya memang sedikit berlebihan jika ada yang mengeluarkan kata kebun binatang. Saya pun mengkritik. Kritik adalah penyampaian cinta bagi saya. Pertama karena.mencinta negeri ini, berikutnya menyayngkan isi postingan itu.

Apa yang dialami Tere Liye adalah bukti nyata bahwa "opini yang disampaikan berulang-ulang akan menjadi kebenaran". Apa yang dipahami Tere Liye tentang sejarah perjuangan bangsa ini bisa dibilang adalah seperti yang kebanyakan dipahami anak muda yang hanya membaca sejarah di bangku-bangku sekolah. (Dahulu, Saya pun tak pernah menyadari kenapa isu pembangkangan PKI lebih serius dibahas di bangku sekolah tanpa menimbangnya dengan bagaimana kontrobusi PKI (komunisme) terhadap perjuangan bangsa).
Pengaburan sejarah itu sangat nyata. Sehingga jika dikatakan hari ini tentang PKI, komunis, pemikir sosial maka akan selalu disandingkan dengan gerakan yang seakan menegasikan Tuhan (pembenci agama, utamanya agama islam). Hal ini dikarenakan peristiwa G30SPKI yang terus berulang disampaikan secara massif bahwa itu sejarah penghianatan PKI pada negara dengan membunuhi Panglima TNI dan Ulama. Seperti itu sejarah yang kita baca di buku sekolah.
Disini saya tidak hendak menulis sejarah PKI (ini sudah saya tuliskan di kesempatan lain). Menarikanya bahwa Tere Liye seakan juga ingin membuat jurang pemisah antara kita yang merasa beragama islam untuk menampilkan dengan menonjol peran ulama dalam sejarah bangsa sebagaimana (katanya) para 'kaum kiri' mengelu-elukan Tan Malaka, Sutan Sjahrir ataupun Semaun. Saya melihatnya Tere ingin menyampaikan begini "Ini loh ulama kami, tokoh agama islam yang punya peran besar bagi bangsa ini. Kalian kaum kiri harus catat ini dengan baik. Ulama kami yang lebih banyak kontribusinya."
Padahal, orang seperti Tere Liye sebenarnya bisa saja dengan mudah mendapatkan buku-buku tentang siapa tokoh-rokoh yang dianggap komunis itu. Ada seabrek buku yang bisa dibaca olehnya jika memang benar mau. Bukan malah menambah polemik dengan mencoba menjelaskan postingan sebelumnua dengan sedikit keras kepala. Maksud saya, harusnya dia bisa berani dengan tegas meminta maaf dan mengakui ketidak pahamannya tentang tokoh-tokoh dan sejarah PKI. Bukan malah mencoba memperlebar memperlebar perbedaan dengan ingin memisahkan tokoh ulama dan kaum kiri dI masa lalu. Padahal jelas, bahwa baik kaum nasionalis, agama dan komunis berada dalam satu garis perjuangan yang sama. Perjuangan untuk kemerdekaan bangsa.
Andai saya Tere Liye, saya akan meminta maaf atas ketidak tahuan saya dalam hal.ini. Dan meminta referensi bacaan yang bisa saya baca untuk memahami ketidak. pahaman saya atas wacana ini. Bukan hanya sekedar menulis pembelaan (yang kemudian dihapus lagi) lalu kembali menulis kalimat motivasi seakan tak terjadi apa-apa. Tapi apalah daya, dia adalah Tere Liye dengan banyak karya yang digandrungi anak muda. Motivasinya dalam kalimat yang melow terlalu hebat untuk disandingkan dengan fakta sejarah yang harusnya tak.terkaburkan.
Setidaknya, apa yang dicatat akan abadi. Meskipun telah dihapus. Inilah fakta yang memiriskan. Bahwa PKI akan tetap saja dideskriditkan oleh banyak generasi bangsa ini. Tak terkecuali oleh seorang penulis yang harusnya bisa membaca banyak buku sebagai pembanding.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.