Jumat, 01 April 2016

Jean Jacques Rousseau: Psikologi Eksistensialisme dan Psikologi Humanistik

Int

Pemikiran Jean Jacques Rousseau
Jean Jacques Rousseau (lahir di JenewaSwiss28 Juni 1712 – meninggal di ErmenonvilleOisePerancis2 Juli 1778 pada umur 66 tahun) adalah seorang tokoh filosofi besar, penulis dan komposer pada abad pencerahan. Pemikiran filosofinya memengaruhi revolusi Prancis, perkembangan politika modern dan dasar pemikiran edukasi. Karya novelnya, Emile, atau On Education yang dinilai merupakan karyanya yang terpenting adalah tulisan kunci pada pokok pendidikan kewarganegaraan yang seutuhnya. Julie, ou la nouvelle Héloïse, novel sentimental tulisannya adalah karya penting yang mendorong pengembangan era pre-romanticism dan romanticism di bidang tulisan fiksi. Karya autobiografi Rousseau adalah: 'Confession', yang menginisiasi bentuk tulisan autobiografi modern, dan Reveries of a Solitary Walker (seiring dengan karya Lessing and Goethe in German dan Richardson and Sterne in English), adalah contoh utama gerakan akhir abad ke 18 "Age of Sensibility", yang memfokus pada masalah subjectivitas dan introspeksi yang mengkarakterisasi era modern.
Rousseau juga menulis dua drama dan dua opera dan menyumbangkan kontribusi penting dibidang musik sebagai teorist. Pada periode revolusi Prancis, Rousseau adalah filsafat terpopuler di antara anggota Jacobin Club. Dia dimasukan sebagai pahlawan nasional di Panthéon Paris, pada tahun 1794, enam belas tahun setelah kematiannya.
Adapun bebrapa pe ikiran Rousseau dapat dituangkan dalam 2 poin penting.
Sifat Dasar Manusia
Seperti yang diketahui bahwa J.J. Rousseau hidup di Perancis pada era kekuasaan Louis XIV. Pada saat itu Rousseau hidup di alam politik monarki absolut, dibarengi dengan adanya pemerintahan yang otoritarianisme dan kekolotan agama. Hal tersebut mempengaruhi pemikiran Rousseau yang menolak keras rasionalisme karena hal tersebut dapat menyebabkan manusia kehilangan perasaannya. Di dalam konteks La sensibilite, Rousseau ingin mengembalikan fitrah manusia, sehingga gagasan beliau menjadi cikal bakal aliran Romantisme di Eropa. Rousseau berpandangan bahwa manusia harus “kembali ke alam atau retour a la nature”, menurut Rousseau manusia yang alami adalah manusia yang berada dalam keadaan bebas sejak dilahirkan, manusia yang tidak baik dan tidak buruk, tidak bersifat egois dan bersikap polos serta mencintai diri sendiri secara spontan.
Rousseau memiliki keyakinan bahwa sesunggguhnya manusia terlahir dengan sifat yang bersih (Situmorang, 2004:2). Rousseau beranggapan bahwa sifat manusia yang murni itu berubah menjadi sifat manusia yang kita ketahui pada umumnya saat ini adalah hasil dari peradaban.Rousseau mengatakan bahwa sosial dapat menghancurkan sifat alami manusia tersebut, karena dapat mengakibatkan ketidaksamaan dan kemerosotan egoisme.
Manusia yang telah bersentuhan dengan peradaban memiliki sifat yang menurut Rousseau jahat. Awal peradaban menurut Rousseau adalah masa-masa ketika produksi mulai dilakukan oleh manusia. Sejak saat itu mulai timbul pembagian hasil produksi yang tidak merata, keserakahan, hingga timbulnya pembagian kelas atas dan bawah (Delfgauuw, 1992:117). Rousseau memberikan penjelasan cara untuk menjadikan sifat alamiah dalam konteks masyarakat modern.
Rousseau menjelaskan bahwa anak-anak harus dibebaskan menentukan watak dan kepribadiannya, sesuai kehendak alam. Anak-anak seharusnya tidak dididik secara sopan santun melainkan dibiarkan berkembang sesuai dengan naluri dan insting kemanusiaannya. Rousseau juga menjelaskan bahwa kebebasan manusia yang bersifat alami adalah berupa hak-hak yang tidak tentu dan tidak dibatasi dalam mengambil apa yang diminatinya, hal-hal tersebut dapat diatasi dengan perjanjian bersama. Selain perjanjian bersama, Rosseau menekankan kepada keinginan umum (general will), menurut Rousseau terdapat empat tahap.
Keinginan Umum (General Will)
Tahap pertama, tahap primitif yang pada saat itu manusia hidup dalam kedamaian, harmonis, serta tidak adanya dominasi. Tahap kedua, pembentukan inti masyarakat yaitu keluarga yang mengawali sususan masyarakat yang lebih kompleks dan mulai muncul lembaga hak milik pribadi. Tahap ketiga, dimulai dengan penemuan metalurgi sehingga adanya orang kaya dan orang miskin. Terakhir tahap empat adalah mulai munculnya ketimpangan dalam kepemilikan harta bendanya sehingga munculnya kekacauan sosial.
Maka dari itu, agar tidak terjadinya kekacauan sosial atau konflik sosial, Rousseau membentuk suatu pemerintahan yang melaksakan kewenangan berdasaran kontrak sosial dan keinginan umum. Rousseau dalam bukunya Du Contract Social yang menuangkan ide pemikirannya mengenai bagaimana negar harusnya berupaya untuk tetap bebas secara ilmiah (Noer, 1997:150). Rousseau sebagai salah satu tokoh besar romantisme pada abad ke-20 menguraikan beberapa poin dalam bukunya. Salah satu yang berlandaskan pemikiran romantisme adalah mengenai semangat untuk kembali pada alam, sshingga bersifat alamiah.
Rousseau kembali lagi melihat sebelah mata kota, yang didalamnya terdapat pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang seakan hanya memberi kesemuan. Dimana kedua hal tersebut hanya dapat membawa dampak negative terhadapmoral dan pola pikir manusia. Di sisi lain, Rousseau justru mendukung apa yang disebut Kota dalam masa Yunani Kuno. Karena Rousseau melihat bahwa Kota sebagai sebuah mempengaruhi pertumbuhan manusia. Rousseau dalam bukunya juga mengutarakan pandangannya mengenai beberapa istilah menyangkut dengan kenegaraan. Negara diartikan sebagai kumpulan manusia yang disebut politik dan memainkan peran pasif, sedangkan disebut rakyat berdaulat ketika kumpulantersebut berperan aktif (Noer, 1997:154). Berlandaskan dengan prinsip bahwa kehidupan alami sebagai proses pendahulu dari sebuah negara.
Kemudian Rousseau meletakkan kebebasan alami yang manusia miliki sebagai fondasi utama dalam pembentukan negara. Menurutnya negara hanya bisa terbentuk jika di dalam proses pembentukannya tidak terjadi paksaan yang dapat menciderai kebebasan alami yang dimiliki setiap indvidu. Negara haruslah terbentuk dari kesepakatan pihak-pihak yang bersangkutan yang kemudian dapat menghasilkan kebebasan sipil. Kebebasan sipil disini dapat diartikan sabagai bentuk dari kebebasan yang disokong oleh kemauan bersama atau volonté génératé orang-orang di dalamnya. Kemauan bersama adalah pemegang kedaulatan yang tidak terbatas, tidak dapat diserahkan, dan tidak dapat pula dibagi-bagi (Noer, 1997:155).
Rousseau juga mengemukakan pendapatnya mengenai pentingnya pungutan suara. Pungutan suara Rousseau lihat bukan dari sisi kualitas, melainkan dalam bentuk kuantitas. Kuantitas oleh Rousseau dapat dilihat sebagai sebuah ukuran seberapa besar persetujuan mutlak dari segenap sekutu yang ada di dalam negara. Persetujuan politik ini kemudian Rousseau jadikan salah satu syarat dari pembentukan persekutuan berupa masyarakat poltik. Dengan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh Rousseau tersebut, maka terdapat dilihat bahwa ROUSSEAU meletakkan kemauan bersama sebagai pemegang kedaulatan yang tidak terbatas, tidak dapat diserahkan dan tidak dapat pula di bagi-bagi (Noer, 1997:155). Dalam penyelenggraan negara Rousseau tidak membenarkan dalam pembentukan dan keberadaan persekutuan atau perkumpulan lain, seperti partai (Noer, 1997:155). Rousseau menyadrai bahwa persekutuan selain negara tersebut akan mengintervensi pemikiran individu, dan kemudian akan terjadi penyelewengan nantinya pada individu dalam proses bernegara. Dampkanya loyalitas yang harusnya secara utuh diberikan kepada negara tidak lagi ada. Rousseau melihat bahwa hubungan rakyat dengan negaranya harus haruslah langsung, dan tidak diantarai atau diikut campuri oleh badan apapun. Demikian pula pada badan legislatif langsung yang Rousseau tawarkan pada bentuk negara. Rousseau dengan latar romantiknya yang notabene tidak menyetujui dengan perdagangan atau upah melihat bhawa sistem legislatif perwakilan hanyalah sistem kompleks berkedok pemecahan masalah bersama yang pada akhirnya adalah mengenai permasalahan upah. Dengan kata lain, ROUSSEAU ingin menaruh kekuasaan legislatif sebagai kekuasaan yang selalu ada di tangan rakyat, dan kekuasaan eksekutif bergantung pada kemauan bersama atau rakyat. Badan eksekutif semata hanya pegawai dari yang berdaulat, yaitu rakyat (Noer, 1997:156).
Rousseau meyakini hanya terdapat satu kehendak umum, meskipun pada praktiknya kebijakan yang muncul setelah didasari paham kehendak umum ini tidak dapat diterima oleh semua orang. Kehendak umum disinyalir berakar dari kehendak mayoritas, sebagaimana kebijakan yang diambil adalah yang mencakup kepentingan masyarakat dengan suara terbanyak. Namun hal ini merupakan kelemahan tersendiri dalam teorinya. Memilih satu pihak berarti mengabaikan pihak lainnya yang dalam hal ini adalah kaum minoritas. Hal ini tentu bertentangan dengan pemikiran Rousseau sebelumnya yang beranggapan bahwa semua suara harus didengarkan. Kemudian, Rousseau menambahkan pendapatnya bahwa kaum minoritas sesungguhnya adalah kaum dengan pandangan menyimpang dan egois yang dalam proses menyadarkan kaum ini adalah melalui hadirnya suatu lembaga yang dapat membina kesadaran politik masyarakat tersebut. Demikian melalui hal ini terlihat bahwa terdapat semacam kontradiksi dari pendapat Rousseau mengenai kebebasan yang dimiliki oleh rakyat berdaulat dengan penerapan kehendak mayoritas sebagai kehendak umum (Situmorang, 2004:4).

PSIKOLOGI EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi filsafat Barat. Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan dengan eksistensialisme adalah melulu soal kebebasan. Apakah kebebasan itu? Bagaimanakah manusia yang bebas itu? Sesuai dengan doktrin utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah bentuk determinasi terhadap kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.
Psikologi Eksistensialisme
Psikologi Eksistensial yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha perilaku manusia untuk memahami manusia dengan mengatasi jurang pemisah antara subjek dan objek.
Aliran psikologi eksistensial tidak terikat pada nama salah seorang pelopor. Psikologi Eksistensial dilaksanakan dengan berbagai variasi, yang semuanya dengan satu atau lain cara yang mengambil inspirasinya dari karya karya ahli falsafah di Eropa Barat ,Seperti Paul Tillich, Martin Heidegger,Jean Paul Sartre, Ludwig Binswanger ,dan Eugene Minkowski. Psikologi Eksistensial sangat menekankan implikasi-implikasi falsafah hidup dalam menghayati makna kehidupan manusia di dunia ini. Promotor-Promotor dari Psikologi Eksistensial di Amerika Serikat adalah Rollo May,Victor E.Frankl,dan Adrian Van Kaam. Psikologi eksistensial  berfokus pada situasi kehidupan manusia di alam semesta ,yang mencakup: kemampuan kesadaran diri ; kebebasan untuk memilih dan menentukan nasib hidupnnya sendiri; tanggung  jawab pribadi; kecemasan sebagai unsur dasar dalam kehidupan batin ; usaha untuk menemukan makna dari kehidupan manusia  ; keberadaan dalam komunikasi dengan manusia lain ; kematian ; serta kecenderungan dasar untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin.
PSIKOLOGI HUMANISTIK
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Humanistik berkembang menjadi a third force atau a third power atas reaksi terhadap dua aliran psikologi sebelumnya yaitu behaviorisme dan psikoanalisme/ psikoanalisa. Psikologi behaviorisme dipelopori oleh ivan Pavlov, behaviorisme merupakan aliran yang mempelajari perilaku individu yang diamati dengan tujuan untuk meramalkan dan mengontrol tingkah laku individu tersebut. Behaviorisme memandang manusia ibarat makhluk mekanistik yang dikendalikan kekuatan dari luar dirinya.
Psikoanalisis adalah aliran yang dipelopori oleh psikoanalisis ala freud. Merupakan aliran psikologi yang mencari akar atau sebab tingkah laku manusia dalam motivasi dan konflik yang ada di dalam bawah sadar. Psikologi behaviorisme dan psikoanalisis tidak memosisikan manusia sebagai manusia keduanya tidak bisa menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif dan penentu seperti: cinta, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi. Kekosongan inilah yang diisi oleh psikologi humanistikseperti yang dikemukakan oleh Victor E frankl “ saya pikir, sudah saatnya kita mengakui kenyataan bahwa manusia bukan sekedar mekanisme atau hasil pelaziman kita harus mengakui kemanusiaan manusia. Kini saatnya kita mengakui bahwa manusia adalah wujud yang selalu mencari makna dan akan terlanda keresahan hati bila makna yang dicarinya belum ditemukan.
Pada dasarnya, perkembangan psikologi humanistik bermula dari ajaran Santo Thomas Aquinas, tentang adanya kemauan bebas (freewill) manusia da tanggung jawab atas tindakan mereka. Namun dalam perkembangan selanjutnya, psikologi humanistik dipandang sebagai a new trend karena merupakan aliran psikologi paling menonjol pada tahun 1960-an.
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memerhatikan dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitikberatkan pada kebesaran individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya. Nilai-nilai tanggung jawab personal, otonomi, tujuan, dan pemaknaan.
Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik ia adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalis (Misiak dan Sexton, 2005). Psikologi humanistik berdasarkan kepada keyakinan bahwa nilai-nilai etika merupakan daya psikologi yang kuat dan ia merupakan penentu asas kelakuan manusia. Keyakinan ini membawa kepada usaha meningkatkan kualitas manusia seperti pilihan, kreativitas, interaksi fisik, mental dan jiwa, dan keperluan untuk menjadi lebih bebas. Situs yang sama menyebutkan bahwa psikologi humanistik juga didefinisikan sebagai sebuah sistem pemikiran yang berdasarkan kepada berbagai nilai, sifat, dan tindak tanduk yang dipercayai terbaik bagi manusia.
Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu, pertama psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia. Kedua, ia menawarkan pengetahuan yang luas akan kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia. Ketiga, ia menawarkan metode yang lebih luas akan kaedah-kaedah yang lebih efektif dalam pelaksanaan psikoterapi. Pokok persoalan dari psikologi humanistik adalah pengalaman subjektif manusia, keunikannya yang membedakan dari hewan-hewan, sedangkan area-area minat dan penelitian yang utama dari psikologi humanistik adalah kepribadian yang normal dan sehat, motivasi, kreativitas, kemungkinan-kemungkinan manusia untuk tumbuh dan bagaimana bisa mencapainya, serta nilai-nilai manusia Dalam metode-metode studinya, psikologi humanistik menggunakan berbagai metode mencakup wawancara, sejarah hidup, sastra, dan produk-produk kreatif lainnya. (Misiak dan Sexton, 2005).
Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:
  1. Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen.
  2. Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
  3. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.
  4. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
  5. Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas.
J.J Reoussau terhadap psikologi eksistensialisme dan Psikologi humanistik
Mencermati pemaparan di atas dimana pemikiran Rousseau dengan teori sifat dasar manusianya sangat berkaitan dengan psikologi eksistensialisme yang mengutamakan kebebasan kehendak manusia. Namun dalam hal ini tentu kebebasan yang kemudian harus bertanggungjawab dikarenakan kebebasan disini dibatasi oleh kebebesan-kebebasan manusia atau individu lainnya dalam perjanjian bersama atau keinginan umum (general will).
Sampai disini Rousseau terlihat begitu mendukung sebuah kebebasan manusia yang dia sebut sebagai sifat fitrah. Sebuah kebebasan yang seharusnya tidak boleh ditekan sebagaimana para eksistensialis memandangnya.
Selain itu, perkembangan psikologi Humanistik yang mengambil dasarnya dari psikologi eksistensialisme pun mendapat pengaruh pemikiran dari Rousseau yang lagi-lagi mengembangkan sebuah gagasan tentang bagaimana dia melihat kondisi Perancis pada waktu itu yang disebutnya sebagai keinginan bersama (general will). Keinginan umum inilah yang dijadikannya sebagai sebuah bentuk tanggungjawab atas kebebasan-kebebasan yang dimiliki individu itu. Sebuah aturan yang mengikat hubungan dalam pola interaksi sosial individu atau manusia dalam suatu komunitas masyarakat atau lebih dia sebut sebagai negara.
Dalam perkembangannya lebih auh Rousseau memaparkan tentang pentingnya sebuah kontrak sosial sebagai nilai atau etika yang berada dalam suatu komunitas masyarakat dalam sebuah negara. Karena dengan itulah bisa menjamin tentang kondisi kemanusiaan itu sendir. Karena jika tidak ada hal yang demikian maka antar sesama manusia akan saling melukai dan menyusahkan satu sama lain sebagaimana ia menceritakan tentang faktor peradaban yang mengubah hidup manusia menjadi beringas dan menuju kepada ketidakmanusiaan itu sendiri.

Sampai disini sangat jelas bagaimana Rousseau memaparkan gagasan-gagasannya dalam melihat kondisi Perancis pada waktu itu. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemikiran Rousseau yang berkembang di Perancis pada waktu itu telah berhasil menjadi cikal bakal baru aliran psikologi yang  selain dari behaviourisme dan psikologianalisme/psikologianalisis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.