Selasa, 29 Maret 2016

Rinduku Kelabu

Masihkah layak kutuliskan tentang sebuah rindu yang menggelora?
Saat perjumpaan yang kuharap sebagai penawar hanya menyisakan luka.

Mungkin kau takkan pernah tahu tentang merindu dan dirindukan adalah dua penderitaan berbeda.
Akulah orang yang selalu menggumangkan tentang rindu.
Kutulis pada angin, pada langit, pada dedauanan, pada apapun yang kutemui.
Dan nyatanya malam ini aku harus menulis tentang rindu itu dengan air mata.

Anggaplah kau tak pernah tahu tentang derita yang kutanggung.
Dan kau tak perlu tahu.
Entah rindu semacam apa yang kau bilang punyai untukku.
Apakah seperti rindu yang kumiliki?

Aku hanya masih saja termangu.
Membiarkan malam berlalu dengan pekat dan gulitanya.
Setidaknya ada kedamaian kudapati disini dari derita yang kualami tentang sebuag rindu yang kupunya, tapi tak kau punya.

Sebutlah aku sebagai lelaki yang tak tahu diri.
Sebutlah dengan apapun kosa kata yang kau ingin dan menurutmu layak.
Mungkin setelah ini rindu ini juga akan pergi.
Takkan selamanya ada bersama aku yang tak sanggup menanggungnya.

Bagaimana mungkin aku berani menanggungnya sendiri sementara.kutahu derita dari merindu itu seperti apa.
Dengan air mata, kutulis kembali sebuah rindu yang begitu pongah aku percaya adalah rindu untukmu.
Nyatanya itu tidak demikian untukmu.
Rinduku adalah rindu milikku.
Tak seperti rindu yang selalu kau sebut itu.

Maafkan aku, jika rindu ini harus aku penggal menjadi kata lain yang tak bermakna.
Seperti "duri" misalkan. Tinggal kubawa pergi satu huruf "N" itu.
Sehingga yang tersisa mungkin hanyalah luka.
Luka yang akan kunikmati sendiri.
Seperti malam ini, luka yang begitu pekat, gelap dan hitam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.