Selasa, 08 Maret 2016

KEBERANIAN AHOK, MENAMPAR KEJUMAWAAN PARPOL


Ahok (Int)
Jakarta BARU (BAsuki-HeRU) jargon yang akan menjadi trend ke depan menjelang 2017. Ini adalah pasangan bakal calon Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Sebuah keberanian , sangat berani. Pernyataan yang dinyatakan dengan tegas oleh AHOK bersama Teman Ahok di saat banyak yang coba meragukannya dan menyuruhnya berpikir lama untuk.memutuskannya.

Bagi saya Ahok bukan hanya sekedar berani dan nekad. Tapi ia adalah semangat perlawanan yang kini telah didengungkan masyarakat (utamanya pemuda) yang jengah dengan kondisi demokrasi di negara kita ini.


Selama ini kita menyaksikan bagaimana setiap momentum politik dikuasai dan dieksploitasi oleh Partai Politik sebagai kendaraan Politik. Selain karena Undang-Undang, juga karena tidak adanya keberanian dari kandidat untuk maju bertarung tanpa Partai Politik. Syukurlah undang-undang yang direvisi memungkinkan kandidat maju tanpa partai.

Kenapa saya memuji Ahok? Karena ia berani mengambil langkah yang penuh resiko untuk memutuskan maju melalui jalur perorangan (independent) di saat ia punya peluang besar mendapatkan kendaraan Partai Politik.

Majunya Ahok lewat jalur perorangan, menjadi tamparan bagi Partai Politik. Ini satu kemenangan bagi Ahok. Ditambah lagi, jika Parpol yang ada kelak saling berkoalisi untuk menjegal Ahok tidak bisa mengalahkan Ahok. Maka semakin tertamparlah mereka.

Banyak yang bilang Ahok akan kalah.

Tapi tak ada yang bisa seberani Ahok. Ahok sudah memastikan diri maju bertarung bersama pasangannya. Sementara yang lain masih saling singgung pujian di depan wartawan. Masih sibuk cari kendaaraan untuk bisa bertarung. Padahal dengan penuh percaya diri mereka bilang yakin seyakin yakinnya kalau warga Jakarta tidak akan memilih Ahok lagi.

Ada yang membuat konvensi untuk.menjaring umat muslim. Bukannya sebelumnya sudah ada yang ditetapkan sebagai Gubernur tandingan? Lalu kenapa masih adalan lagi konvensi? Kenapa bukan Gubernur tandingan itu yang langsung didorong? Ataulah Gubernur tandingan yang didorong itu memang hanyalah khayalannya saja dahulu yang klaim didukung warga muslim Jakarta? Kenapa mesti adakan konvensi lagi coba?

Ada lagi seorang akademisi, profesor ahli hukum yang digadang-gadang mampu menyaingi popularitas Ahok. Mereka yakin bisa mengalahkan Ahok. Tapi pertanyaannya, jika memang populer kenapa yah beliau itu masih sibuk pencitraan masuk belanja ke pasar dengan pakaian yang tak oernah digunakan sebelumnya? Kenapa beliau itu justru malah masih sibuk lobi-lobi partai sebagai kendaraan? Bukannya kalau yakin menang dari Ahok, pasti yakin kalau masyarakat dukung? Cobalah sedikit greget untuk buktikan bahwa beliau memang pantas melawan Ahok. Ayo tuh kumpulkan KTP warga yang mendukung supaya bisa maju lebih cepat, bukan sibuk urusin partai sebagai kendaraan. Yakin bisa maju tanpa ada Partai pendukung? (hehehe).

Ada lagi musisi kenamaan yang ikut datang ke Kalijodo. Entah datang untuk apa yah? memberi dukungan moral agar warga kalijodo melawan relokasi yang menempati tanah negara yang harusnya dijadikan Ruang Terbuka Hijau (RTH)? ataukah seperti apa? Saya tak tahu bagaimana logikamu mas...

Ada lagi nih, warga negara indonesia yang tak kalah percaya diri menyatakan "Yang Penting Bukan Ahok". Nah, kalau bukan Ahok siapa? Kamu? Atau profesor? Atau sang musisi? atau pengusahan muda itu? Nah, mereka saja belum pasti maju. Masih terkait lobi-lobi partai. Tahu khan bagaimana lobi partai untuk mengusung? Kalian pasti akan heran kenapa di satu daerah partai ini koalisi dengan partai ini. Di daerah lain partai ini koalisi dengan partai yang lain lagi. Di daerah ini mereka saling bermusuhan, di daerah lainnya saling berpelukan. Karena apa? karena kepentingan partai. Bukan karena perbedaan ideologi, visi dan misi partainya. Jadi jelaslah partai itu bagaimana?

Tapi, yang paling tertampar dari keberanian Ahok ini adalah Partai Politik. Tak ada yang ingin berada di posisi kalah. Mereka bak dihadapkan dengan buag simalakama. Mau dukung Ahok, tak dapat apa-apa (karena harus izin Teman Ahok). Tak mendukung Ahok, mereka tahu bagaimana popularitas Ahok yang saat ini masih sulit dibendung (melawan Ahok sama dengan aksi bunuh diri). Kecuali jika mereka mencoba mengusung satu pasangan saja untuk "head to head" dengan Ahok. Tapi justru ini semakin memperjelas 'gap' antara rakyat dan partai politik. Bisa jadi revolusi di setiap daerah. Parpol akan kehilangan nilai tawar. Banyak yang akan maju independen ke depannya.

Yah, mungkin sudah saatnya Partai Politik ini kembali ke jalur seharusnya. Bukan jalur se kepentingannya.

Ahok, ini KTPku buatmu. Mungkin tak bisa secara administratif. Tapi sebagai bentuk dukungan moril. Kau simbol perlawanan betapa jumawanya Partai Politik hari ini.
Sehatlah selalu Ko! Jakarta BARU membutuhkanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.