Minggu, 13 Maret 2016

Saya dan Dua Mangkuk Ramen

SAYA DAN DUA MANGKUK RAMEN

Kisah ini sekitar setahun yang lalu, di saat dua mangkuk ramen terhidang di depanku. Bukan tentang rasanya saja, tapi tentang suasananya. Apalagi selain itu?

Hari itu, kami berjanji bertemu setelah hampir tujuh purnama dia pergi dari tanahnya. Sepertinya relativitas waktu yang dimaksud einsten berlaku buat saya ketika itu. Untung tak sampai tujuh purnama. Bagaimana jika tujuh purnama?

Barangkali akan sangat lama, seperti tujuh purnama yang dijanjikan Rangga. Tujuh purnama yang begitu lama sampai kita harus bertanya "Ada Apa Dengan Cinta?". Ada apa dengannya yang rela ditinggal tujuh purnama dan dia masih bertahan sejauh itu?

Mungkin Cinta memang tabah sampai harus menunggu selama itu, selama kita menanti AADC2 segera rilis. Tapi, saya tak bisa bayangkan jika harus menjadi Rangga. Semua posisinya terbalik. Dia disini dan saya yang pergi. Mungkinkah tijuh purnama itu tabah dijalanai sebagaimana tujuh purnama lamanya Cinta menunggu?
Entahlah...

**
Hari itu, saya merasa senang. Sebelum dihidangkannya dua mangkuk ramen itu ada percakapan alot yang harus ditempuh begitu getolnya. Menyamakan persepsi, dimana kami bertemu?

Dari sini, saya akhirnya mengerti bahwa perempuan memang lahir sebagai seorang filsuf. Apa yang dikeluarkan sebagai bahasa verbal harus kita cermati dalam dalam karena maknanya sangat berbeda dengan pemaknaan kaum awam.

Hari itu saya mengajukan pertanyaan, kemana kita akan pergi makan? dijawabnya terserah. Wahh... saya senang, terserah artinya dominasi saya. Tapi nyatanya makna terserah yang saya maksud tak seperti yang dimaksud seorang filsuf. Terserah bukanlah berarti keputusan yang diberikan padamu akan disepakati. Jangan senang dulu! Terserah artinya kamu harus menenukan sebuah pilihan yang sesuai dengan pilihannya (hanya saja ia enggan menyebutkannya). Sangat filosofis. Seperti ketika Plato mengajarkan Aristoteles.

Alhasil dengan mengikuti persepsi terserah itu, terpilihlah sebuah tempat yang sebenarnya sudah lebih dulu dipikirkannya. Sangat visioner memang perempuan itu. Mereka bisa membaca pikiran kita dalam memutuskan banyak hal.

Akhirnya, dua mangkuk ramen terhidang di depan kami.
Itadakimasu.
Dua mangkuk ramennya pun kami makan. Arigato!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.