Senin, 24 Oktober 2016

Hujan adalah Rindu yang Menitih Lirih

Hujan adalah Rindu yang Menitih Lirih

Hujan adalah rindu.
Ia datang menitih, merintih saat rindu tak terbendung.
Ia datang bergemuruh seakan marah, menunjukkan betapa sakitnya rindu itu.
Ia datang pelan, mengalun mengirama menunjukkan betapa indahnya merindu itu.

Hujan selalu saja begitu.
Ia bisa datang bergemuruh atau pelan mengalun.
Tergantung apakah rindu itu sanggup ditanggung atau sakit digantung.

Hujan penghapus luka.
Duka karena merindu.
Bahkan ia sebenarnya adalah luka itu sendiri.
Ia rela jatuh berulang kali dan kembali jatuh.
Sakit? "tidak", karena menahan rindu lebih menyakitkan dari sekedar jatuh itu sendiri.
Ia memilih jatuh untuk menyampaikan rindu.
Seperti itu, kadang lama tanpa jeda.

Dan kita yang masih berteduh di bawah atap, menatap di balik mata jendela  melontar tanya, "Kapan hujan berhenti?"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.