Jumat, 07 Oktober 2016

Ahok Menghina Al Qur'an?

Ahok Menghina Al Qur'an?

Seorang bertanya lewat pesan,
"Kak, bagaimana pendapatnya tentang penistaan Al Qur'an oleh Ahok?"

Saya tersenyum.
Akhirnya saya merasa punya keharusan menjawab meskipun sebelumnya saya niatnya cuman memperhatikan saja.

Tuduhan Ahok menista Al Qur'an memang tersebar begitu cepat, secepat tombol jari memencet bagikan sebuah link berita. Ada yang provokatif tak sedikit yang membela Ahok.

"Nah, lalu bagaimana menurut kakak?"

Saya kembali tersenyum. Rasanya saya didesak untuk menjawab.

Apakah sudah menyaksikan video pernyataan Ahok secara utuh? Bukan hanya dari link berita yang provokatif saja?

Ia tak membalas. Sepertinya ia hanya melihat potongan videonya saja.

Baik.
Jadi begini, sebelumnya saya pun merasa kaget saat link-link berisi video yang dimaksud itu menyebar di berandaku. Saya pun melihatnya secara sekilas dan terkejut bahwa memang kedengaran Ahok melecehkan.

Tapi, budaya 'tabayyun' harus selalu diutamakan. Dan itu adalah hal yang selalu saya lakukan. Jangan mendengar informasi dari pembenci saja, coba timbang dengan informasi dari yang dibencinya. Itulah yang saya lakukan. Mencari akun media sosial Ahok, berharap mendapat video yang utuh. Alhamdulillah saya bisa melihat video yang utuh kenapa bisa muncul pernyataan tentang Q.S Al Maidah 51 itu.

Disana tampak Ahok sedang 'audience' dengan masyarakat kepulauan seribu saat menjawab sebuah pertanyaan. Disana Ahok menjelaskan bahwa program yang dicanangkan olehnya itu adalah program pemerintah DKI, tak ada hubungannya dengan momentum politik yang tengah berlangsung di Jakarta. Ia mencoba meyakinkan masyarakat disana supaya tak perlu merasa 'tak enak hati' mengikuti program tersebut karena itu bukan program agar mereka kembali memilih Ahok. Hanya saja, untuk meyakinkannya Ahok mencoba mengutip Q.S Al Maidah 51 yang selama ini (ia rasa) dipakai untuk menyerangnya agar masyarakat tak memilihnya.

"Apakah Ahok salah?"

Tentu tidak bisa dikatakan demikian juga.
Karena berkenaan dengan Q.S Al Maidah itu, ada beberapa penafsiran yang berlaku atasnya. Pemimpin yang dimaksud adalah Imam (yang secara utuh dijadikan panutan dalam menjalankan hubungan dengan Maha Pencipta), sementara Ahok sebagai Gubernur lebih kepada fungsi manjerial administratif yang tugas dan wewenangnya diatur dalam undang-undang. Dalam tahap ini, Ahok bukan sebagai pemimpin (secara utuh),tapi hanya sebagai pelaksana fungsi manajemen.

Lalu, upaya 'tabayyun' berikutnya adalah mendengar pebjelasan langsung Ahok maksud dari pernyataannya yang ambigu. Dan apa yang didapatkan?

Ahok jelas tak memaksudkan bahwa Al Qur'an yang membodohi. Ia hanya mencoba menjelaskan bahwa agama kadang dijadikan sebagai alat politisasi, seperti yang dimaksudkan oleh Marx. Agama memang kerap kali disalahgunakan oleh orang tertentu untuk membodohi.

Kita bisa melihat contoh kasus yang mencuat akhir-akhir ini. Aa Gatot Brajamusti dan Dimas Kanjeng Taat Pribadi adalah dua orang yang telah dengan nyata mempermainkan agama untuk membodohi manusia lainnya. Dan lihat betapa banyak yang akhirnya tertitpu.

Lalu apakah tafsir Q.S Al Maidah 51 itu salah?

Ini pun tak bisa dikatakan demikian. Karena dalam beberapa persoalan ada ulama yang menyatakan bahwa penafsiran ayat itu berkenaan dengan semua jenjang pemimpin, baik fungsional administrasi, manejerial ataupun sebagai pemimpin agama. Itu penafsiran yang juga benar menurut penafsirnya. Kita tak bisa menyalahkannya secara langsung.

Saya teringat tulisan Prof. Harun Nasution dalam sebuah bukunya, Islam Rasional. Disana beliau menjelaskan bahwa universalitas Al Qur'an adalah begitu banyaknya penafsiran terhadap ayat-ayatnya. Ada yang jelas terang benderang, ada yang tersirat menguratkan makna. Terserah mau pilih yang mana. Tapi, memaksakan kehendak penafsiran atas penafsiran yang lain adalah sebuah kekeliruan.

Marilah kita berlindung pada Tuhan, semoga apa yang ditafsirkan dipahami masing-masing tentang ayat itu bisa dipertanggung jawabkan sendiri. Tapi jauh di atas itu semua, bahwa Al Qur'an menjelaskan bahwa Islam adalah rahmat bagi sekalian alam. Karenanya jangan mencederai kemanusiaan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.