Senin, 13 Oktober 2014

Telah Kusempurnakan Agamamu... Merayakan Hari Raya Ied Ghadir.

     Hari raya adalah hari dimana kita bersama-sama bergembira, karena di hari itu mengandung peristiwa yang menakjubkan. Hari raya jum'at menjadi istimewa karena disana berulang kali disampaikan keharusan bersalawat kepada Nabi dan keluarganya (Al Ahzab 56). Idul Fitri adalah hari raya dimana setiap yang beriman setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa akhirnya dinyatakan kembali disucikan mencapai derajat taqwa (Al Baqarah 183). Idul Adha adalah hari raya mengandung hikmah tentang bagaimana Nabi Ibrahim As dan keluarganya yang kemudiaan setelah diuji diberikan rahmat yang besar ( Al Baqarah 124).

     Jika menyangkut ketiga hal di atas saja menjadi hari raya yang layak dirayakan, lalu bagaimana dengan suatu hari dimana telah disempurnakannya agama, dicukupkan nikmat dan diridhoi islam sebagai agama untuk manusia? ("Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu." Q. S Al Maidah  3) Bukankah ini juga menjadi sangat layak dirayakan?
     Hari Raya Ied Ghadir adalah penamaan atas peristiwa di Gadhir Kum, sebuah bukit yang terletak antara kota mekkah dan madinah. Bukit ini menjadi saksi atas peristiwa pengukuhan Imam Ali Bin Abi Thalib As sebagai Imam sepeninggal Nabi. Dimana dalam prosesi ini terjadi setelah Haji Wada' Nabi Muhammad Saww. Setelah Nabi bersalawat, mengajak taqwa lalu menyatakan kepemimpinan sepeninggal baginda adalah Imam Ali Bin Abu Thalib As ( menyangkut makna Al Ahzab 56; Al baqarah 183 dan Al baqarah 124), Peristiwa itu terjadi 18 dzulhijjah 10 H, dalam perjalanan Nabi kembali ke Madinah setelah berhaji. Dan setelah peristiwa inilah diyakini turun ayat terakhir Al Maidah 3 sebagai pernyataan bahwa risalah yang disampaikan Nabi telah sempurna.
     Hanya saja, bagi sebagian besar manusia telah menaruh curiga kepada orang-orang yang merayakan Hari raya Ghadir ini. Penilaian sesat dan menyimpang sudh tak pelak lagi ditujukan buat perayaan ini. Padahal adalah sebuah hal yang sangat layak dilakukan untuk merayakan Hari disempurnakannya agama ini, pencukupan nikmat dan peridhoaan islam sebagai agama yang dinyatakan langsung oleh Allah Swt. Adalah hal yang sangat wajar dan masuk akal apabila Nabi yang tahu bahwa tugasnya telah hampir selesai mengumumkan siapa yang akan menggantikannya, sebagaimana Nabi Harun As di sisi Nabi Musa As yang menjaga umat Nabi Musa As ketika sang nabi pergi ke bukit sinai. Lagisnya bahwa takkan terjadi kekosongan kepemimpinan bagi umat sebagai pembimbing dan pemberi petunjuk. Itulah keadilan Allah Swt, yang telah mengutus dan menganugerahi manusia pemberi petunjuk dan peringatan.
     Sebagai sebuah ilustrasi, bahwa jika ada seorang penggembala yang teramat menyayangi gembalaannya maka hal yang akan dilakukannya tentu harus menitipkan gembalaannya kepada seorang yang memang dipercayainya dan mengerti tentang bagaimana membawa gembalaan itu tetap selamat di tengah padang yang buas di antara ancaman hewan pemangsa. Takkan ada yang mencoba menganggap bahwa sang pengembala langsung pergi begitu saja meninggalkan gembalaannya tanpa menunjuk penanggung jawab selepas ia tidak ada. bahkan dalam teori kepemimpinan manapun, tidak pernah ada yang membenarkan dengan kekosongan kepemimpinan. maka 'Barang siapa yang menjadikan nabi sebagai pemimpinnya, maka tentu saja harus diyakini bahwa sebelum nabi pergi meninggalkan umat yang dipimpinnya dan teramat dicintainya pasti akan menunjuk seorang yang akan mengisi kepemimpinannya setelah dia tidak ada. karena Nabilah yang menjadi pemimpin tersukses di dunia ini, di belahan bumi manapun, melintasi zaman semua mengakuinya sebagai pemimpin nomor satu. Jadi, konsekwensi dari pemikiran bahwa Nabi pergi begitu saja meninggalkan umat tanpa menunjuk penggantinya adalah sebuah pernyataan bahwa Nabi tak memahami betul akan arti penting pemimpin bagi suatu kelompok.
     Sehingga benarlah jika Nabi bersabda "Barang siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, ini Ali pemimpinnya" di Bukit Ghadir pada 18 Dzulhijjah 10 H. Selamat Hari raya Ied Ghadir...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.