Sabtu, 04 Oktober 2014

IDUL ADHA dan PILKADA

    
Ada yang menarik dari Idul Adha kali ini. Menarik karena sepertinya ini tak menjadi perhatian besar bagi umat islam. Tak ada sidang isbat yang dilakukan pemerintah. Tidak ada koordinasi yang jelas. Bahkan Idul Adha yang sebelumnya selalu seragam, kali ini mengalami perbedaan.
     Yah, bagi kita tentu amat mudah menetukan 10 Dzulhijjah ketimbang dengan 1 Syawal. Ini jelas karena kita juga berbeda dalam penetuan 1 ramadhan dan lamanya periode bulan ramadhan. Tapi, itu seharusnya tak berlaku untuk 10 Dzulhijjah. Dimana sehari sebelumnya pasti dimulai dengan satu ritual yang tak kalah pentingnya pada tanggal 9 Dzulhijjah. Wukuf di Arafah, di suatu bagian tempat di sekitaran Makkah. Disini umat muslim di seluruh dunia sepakat bahwa 9 Dzulhijjah hanya berlangsung sekali dan tidak terulang dua kali.

     Sayangnya, ini diabaikan di negara ini oleh sebagian besar umat muslim yang katanya mayoritas itu. Mungkin mereka lupa bahwa perbedaan waktu antara Arab Saudi dan Indonesia hanya selisih lima jam saja. Dan faktanya adalah hari jum'at (3 Oktober 2014) umat muslim telah wukuf di Arafah. Artinya 5 jam setelahnya di Indonesia juga memasuki 9 Dzulhijjah. Artinya besoknya (4 oktober 2014) adalah 10 Dzulhijjah. Ini hanya akan berubah jika telah terjadi konfrensi dunia luar biasa yang menetapkan bahwa setelah 9 bukanlah 10 yang disepakati oelh seluruh umat muslim di dunia. tapi faktanya 'tidak'. Setelah 9 Dzulhijjah tetaplah 10 dzulhijjah dan itu terjadi sabtu tanggal 4 oktober 2014.
     Anehnya, sepertinya hanya pihak Muhammadiyah saja yang terkoordinir dalam melihat kondisi ini. Adapun yang sadar pada akhirnya juga ikutan salat ied bersama jamaah muhammadiyah. dan tentu ada bagian lain dari umat muslim yang iktu menyadarinya. Tapi kebanyakan yang membanggakan diri mayoritas muslim tak peduli akan hal ini. Toh ketika ditanya mereka bilang 'ikut pemerintah saja'. Ikut Pemerintah yang suka galau dan tidak jelas itu? Sudahlah...
     Bagi saya, Idul Adha ini punya kaitan erat dengan Pilkada. Pilkada yang undang-undangnya baru ditetapkan oleh keputusan mayoritas parlemen yang tergabung Koalisi Merah putih (KMP). Pilkada memang lebih bergairah diurus oleh mereka yang ada di parlemen yang selalu membanggakan diri sebagai partai islam dan mewakili umat islam. Pilkada yang menjadi ajang balas dendam sekelompok golongan kaum muslim yang tergabung di parlemen sehingga urusan penentuan idul adha.
     Itulah kenyataan di negeri ini dimana urusan PILKADA lebih menarik dan vulgar untuk memenuhi hasrat partai-partai islam yang telah mengabaikan penentuan IDUL ADHA. Selamat bagi kaum muslim yang hari ini masih saja mengikuti Pemerintah dan enggan mengkritisi dalam penetapan persoalan agama. Selamat sekali lagi bagi mereka yang telah dengan polosnya menyerahkan urusan persoalan akhiratnya kepada Pemerintahnya yang lebih sibuk mengutamakan urusan PILKADA. Mungkin kurban pemerintah kali ini adalah segenap umat islam yang telah menyerahkan urusan akhiratnya padanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.