Sabtu, 09 April 2016

Aku Rindu, Mantra Sakti yang Meluruhkan

"Aku rindu" satu pesan yang tak kutemui di sebuah beranda seperti waktu-waktu lalu.

Mungkin kamu sudah lupa tentang bagaimana cara menuliskan dua kata itu. Atau mungkin juga karena memang kamu tak ingin menuliskannya.

"Tak mengapa" kataku membatin.

Toh, jika pada waktunya kamu juga akan lelah untuk terus menahan diri dari menuliskan kata-kata yang selama ini terlanjur terbiasa kamu tuliskan.

Saya tak bisa memaksakan.
Saya hanya bisa menunggu dua padanan kata itu kembali muncul di berandaku. Atau kalau kamu cukup mampu, langsung saja ucapkan padaku.

"Rindu" adalah mantra sakti yang bisa membuat kebekuan jadi luruh. Tapi, ia juga yang bisa mencipta kebisuan dan kesunyian yang menyekat sesak padamu. Ia pula yang sering diam-diam melukai empunya.

Memang ia sesakti itu.
Pada setiap penikmatnya bahkan menjadikannya candu yang terus menjadi adiktif bagi yang terlanjur merasakannya.

Tapi, tentang rindu.
Sudah saya ceritakan padamu tentang apa yang pernah saya buat.
"Ruang Rindu Imaji", begitu kumenyebutnya.

Sesekali jika kamu tak hendak menuliskan dua kata, maka datanglah kesana berkunjung. Di ruang imaji itu telah kupajang bingkai tentangmu dan tentangku.
Masuklah dan pandanglah.
Barangkali darinya kita masih bisa mengenang pada sebuah kenyataan yang walaupun kini menjadi sebuah memoar (luka).

Mengenanglah, saat dua kata itu tak lagi ada dalam beranda yang biasa kutemukan.

Tulislah, "Aku (tak) rindu".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.