Rabu, 20 April 2016

Mengapa Harus Hari KARTINI yang Diperingati Untuk Perempuan?



Kenapa Harus KARTINI yang Diperingati?

Barangkali kita akan ikut mengajukan sebuah pertanyaan 'Mengapa harus Kartini yang menjadi simbol perempuan Indonesia?', sementara ada banyak tokoh perempuan yang berjasa pada negeri ini. Lalu kenapa harus Kartini yang hanya mengirimkan suratnya berisi curhatannya pada seorang temannya perempuan belanda?

Bahkan sampai ada yang menuliskan bahwa Kartini seorang perempuan yang suka menangis dan menumpahkannya pada lembar-lembar kertas dari tintanya lalu dikirimkan. Ia tak menenteng senjata untuk ikut berperang di medan tempur. Sangat jauh berbeda dengan tokoh perempuan lainnya semisal Cuk Nyak Dien, Cut Meutia yang ikut berperang. Ataukah dengan perempuan lainnya yang begitu gesit melakukan perlawanan di masa lewat senjata bukan sekedar pena.

Tapi, bagi saya mengambil Kartini sebagai simbol perempuan Indonesia tidak mendeskriditkan tokoh perempuan lainnya.

Apa yang jadi persoalan sebenarnya adalah 'Semangat Kartini' yang diubah ke dalam bentuk simbolis saja tanpa banyak menyentuh hakikatnya.
Kartini diingat dengan menggunakan kebaya atau dengan persoalan feminin lainnya.

Padahal apa yang dituliskan Kartini adalah bahasa kebebasan. Gagasan perjuangan untuk mengubah kondisi kaum perempuan yang selalu menjadi terbelakang karena dipingit dalam rumah pada waktu itu.

Memang begitu banyak perempuan yang menginspirasi di setiap zaman. Dan dijadikannya Hari Kartini untuk diperingati itu sebenarnya tidak mengabaikan fakta tentang bagaimana perempuan-perempuan lain telah berjuang dengan caranya.

Kita barangkali bisa berdiskusi panjang persoalan mengapa harus kartini? Tapi itu akan menjadi lama dan menyeret kita dalam ruang perdebatan. Namun ini juga bukan menjadi sebuah argumen final untuk tak mendiskusikannya.

Satu hal yang menjadi penting dari Hari Kartini adalah bagaimana kita akhirnya membandingkan perjuangan yang dilakukan oleh banyak perempuan di negara ini. Dimana seandainya tak ada Hari Kartini, mungkin kita juga tak pernah ingin tahu (membandingkan) dengan perempuan-perempuan yang luar biasa itu.

Anggaplah Kartini menjadi wakil bagi perempuan di masanya yang telah mencoba menuliskan gagasannya. Ini juga menjadi penanda bahwa menuliskan gagasan itu menjadi sangat penting ketimbang kita mengangkat senjata. 'Akan abadi yang ditulis', seperti kata Pramoedya Ananta Toer.

Selamat Hari Kartini, 21 April 2016.
Jadikanlah semangat perjuangan perempuan bertahta dalam jiwamu wahai perempuan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.