Minggu, 25 Desember 2016

Mengucap Natal Bukan Sesuatu yang Haram

Mengucap 'Selamat Natal' Tak Merusak Akidah

Tahun 2009 setamat SMA saya akhirnya memilih untuk melanjutkan kuliah di Makassar. Saya harus meninggalkan kampung halaman di Pangkep dan menetap sementara waktu disana.

Pemilik rumah tempat saya 'nge-kos' adalah seorang nasrani. Kami memanggilnya 'Oma'. Saya hampir dua tahun menyewa sebuah kamar di rumahnya bersama teman-teman lainnya. Dalam masa itu, kami seringkali mendapati orang-orang datang ke rumah beribadah. Lantunan pujian kepada Tuhan yang dinyanyikan oleh mereka bagi kami merdu. Kami biasa sengaja menunggu di dalam kamar mendengar ibadah mereka selesai.

Pernah juga saya berada di rumah saat menjelang Natal. Mendengar mereka beribadah tak membuat iman saya bergeser. Tak seperti yang dikhawatirkan beberapa orang muslim lainnya. Kami biasa mendapat makanan dari 'Oma'. Dan di rumah tempat kami 'nge-kos', alhamdulillah teman-teman bisa salat dengan mengeraskan suara juga. Tak ada yang berkeberatan. Bahkan di bulan ramadhan 'oma' biasa membangunkan kami sahur dengan menyiapkan makanan berlebih yang dimasaknya buat kami. Oma juga kadang menegur kami untuk ingat ibadah. Ikut salat tarwih di masjid.

Sepanjang hampir dua tahun itu, iman saya baik-baik saja. Bahkan beberapa teman menyewa disana sampai selesai kuliah. Ada yang sampai lima tahun. Dan hari ini, iman mereka tetap baik-baik saja.

Ingin saya sampaikan bahwa serumah dengan orang nasrani, itu tak mengubah akidah kami. Kami baik-baik saja. Apatah lagi jika hanya mengucapkan 'selamat natal' pada mereka. Mengapa menjadi begitu susah harus memberi larangan mengucap natal pada mereka. Seakan agama yang dianut ini begitu lemah dan rapuh untuk dicemari hanya dengan berucap 'selamat natal'.

Bagi mereka, mengucap natal atau tidak tak memberi pengaruh pada perayaannya. Tapi menyampaikan larangan seakan-akan kita takut terpengaruh adalah hal yang akan menyakitkan bagi saudara kita. Menyampaikan larangan seakan mereka begitu jahat akan menjadikan kita seiman mereka. Itu akan menyakitkan hati.

Cukuplah pengalaman kami, bahwa 'mengucap natal' pada saudara nasrani tak membuat akidah kami bergeser. Saya punya banyak relasi, teman yang berbeda agama. Sepanjang kami berinteraksi tak membuat iman kami berpengaruh. Kami baik-baik saja. Kami saling memahami dan menghargai.

Kami tak mau dikotak-kotakan dengan fatwa-fatwa yang seakan saudara kita itu akan mengubah akidah kita. Biarlah Tuhan yang menilai keimanan kita masing-masing. Persaudaran kita sesama manusia tetap harus dijalani dengan baik-baik saja.

Saya jadi teringat Oma.
Selamat Natal untuk Oma, Kak Hans, Kak Hesty, Renold dan Brillyan.
Selamat Natal untuk saudara umat kristen.
Semoga damai selalu beserta kita.

Aameen.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.