Selasa, 13 Desember 2016

Jangan Mewarisi Sifat Iblis

::::: JANGAN MEWARISI SIFAT IBLIS! :::::

"Janganlah mewarisi sifat Iblis!", ini adalah pernyataan dari guru saya ketika itu saat memberikan sebuah kajian.

Maksudnya bagaimana?, tanyaku ketika itu.

'Dahulu Iblis bernama Azazil, ia makhluk yang paling rajin beribadah kepada Tuhan. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa tidak ada tempat di Langit dan di Bumi dimana ia tak menyembah Tuhan. Atas penyembahannya itulah azazil diganjar tempat (paling) mulia di sisi Tuhan.

(Sampai ketika Tuhan menciptakan Adam As.)

Banyaknya jumlah ibadah yang dihitung Azazil telah dilakukan pada Tuhan membuatnya tergelincir. Ia membandingkannya dengan Adam As yang baru dicipta (belum menyembah Tuhan). Sifat sombong meracuni hatinya. Azazil menolak perintah Tuhan karena tak kuasa mengakui jika ada yang mulia selainnya. Ia menjadi tamak dan sombong. Menganggap selainnya tak lebih baik darinya.

Akhirnya Azazil terusir dari kemuliaannya. Ia amat menyesal (Iblis; yang menyesal) atas pembangkangannya. Dalam kondisi terusir, Si Iblis meminta ditangguhkan sembari mengucap sumpah serapah, 'Ia akan membuktikan manusia itu kafir di hadapan Tuhan'.

*Hari ini, saya mengerti maksud guru saya.
'Jangan mewarisi sifat Iblis!'.

Betapa banyak manusia yang merasa paling beriman dan mengukur ibadahnya kepada Tuhan sebagai kemuliaannya dibanding orang lainnya. Perasaan beriman inilah yang membuat mereka dengan mudah memandang yang lain tak lebih baik darinya. Bahkan tak sedikit yang dituduh 'kafir' di hadapan Tuhan. Tak terasa meteka seolah-olah ingin mengambil kuasa Tuhan, menentukan siapa kafir atau beriman di hadapannya.

'Jangan mewarisi sifat Iblis!', begitu pesan guru saya dahulu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.