Sebuah pagi di Dekat Bandara Wamena.
Desing gemuruh pesawat yang lepas mengangkasa dan datang membumi. Kami berada di halaman depan sebuah penginapan. Suhu yang tak biasa membuat harus tetap mengenakan jaket dan penutup kepala.
Pengurus penginapan datang membawakan secentang kopi.
"Kalau kopinya terlalu pahit bilang pak yah?", katanya.
"Kopi memang harus pahit, kalau tak pahit ia tak layak disebut kopi. Seperti hidup, kalau tak pahit tak layak disebut hidup."
"Tapi, sesekali bisa minum susu saja toh? Atau Madu?" kataku.
*Di sebuah pagi yang dingin di daratan Papua.
Kamis, 03 November 2016
Sebuah Pagi di Dekat Bandara Wamena
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar