Indonesia
baru saja memasuki babak baru pemerintahan setelah resmi dilantiknya Bapak Joko
Widodo-Muh. Jusuf Kalla sebagai presiden-wakil presiden periode 2014-2019 mendatang.
Hanya saja, di tengah eforia kebahagian masyarakat yang mengharapkan masa depan
baru dari pemerintahan baru tiba-tiba dicemari oleh sebuah pemberitaan hangat
mengenai isu kenaikan harga Bahan Bakar Minya (BBM) akibat dipangkasnya subsidi
BBM oleh pemerintahan baru ini. Isu ini telah dilontarkan sendiri oleh
pemerintah dan menjadi komsumsi hangat bagi hampir seluruh masyarakat di negeri
ini.
Isu
kenaikan harga BBM telah mendapat perhatian dari hampir semua kalangan
masyarakat Indonesia semenjak isu ini bergulir beberapa bulan lalu. Dari
akademisi, mahasiswa, ekonom bahkan ‘masyarakat bawah’. Menjadi tersedot
perhatiannya terhadap isu ini. Apalagi, isu ini telah sering diberitakan media-media
baik cetak maupun elektronik. Dalam menanggapi isu ini ada yang pro dan ada pula yang kontra atas isu kenaikan ini.
Bagi yang
pro terhadap kebijakan pemotongan subsidi BBM beralasan bahwa memang pemerintah
harus bisa memangkas subsidi yang diperuntukkan untuk BBM ini lantaran jumlah
pemakai BBM Subsidi adalah pabrik-pabrik industri, kendaraan bermotor yang 80 %
merupakan masyarakat menengah ke atas. Artinya hanya sekitar 20 % masyarakat bawah yang menikmati subsidi BBM
ini. Sehingga hal ini dianggap membebani anggaran untuk menyubsidi masyarakat
mampu, dimana BBM itu hanya keluar di asap knalpot mobil dan pabrik mereka.
Sementara jumlah anggaran subsidi BBM ini bisa dialokasikan pada sektor
pembangunan penyejahteraan masyarakat yang dinilai lebih akan mengena kepada
masyarakat bawah.
Sementara
bagi yang kontra, menganggap bahwa Isu kenaikan BBM ini berdampak sitemik pada
kondisi perekonomian kita. Mereka beranggapan bahwa akan terjadi ‘efek domina’
jika benar harga BBM jadi dinaikkan. Hal ini didasarkan pada akan meningkatnya
biaya produksi bagi produsen yang menggunakan BBM sebagai bahan produksinya,
begitupun dengan proses distribusi yang juga akan meningkat sehingga tentu akan
mempengaruhi harga barang dan jasa yang beredar di masyarakat. Hal inilah yang
secara tidak langsung ikut mengangkat tingginya harga kebutuhan yang dimana
tentu saja akan sangat dirasakan oleh masyarakat ekonomi rendah.
Pro dan
Kontra yang ada ini tentu menyedot banyak energi bagi kita semua. Dan hanya
akan terus saling berhadap-hadapan tanpa menemukan solusi yang saling mampu
dipahami semua pihak jika terus dibiarkan. Karena jika benar BBM akan dinaikkan
maka tentu masyarakat yang kontra tadi takkan mampu memahami kenapa pemerintah
menaikkan ini. Padahal tujuan dari pemerintah yang selalu mereka dengungkan
juga adalah untuk kepentingan masyarakat, bahkan memangkas subsidi BBM ini juga
merupakan upaya mengalokasikan anggaran lebih tepat mengena langsung ke
masyarakat rendah.
Olehnya
itu, Kami melihat ini sebagai suatu permasalahan yang harus segera dicarikan
solusinya. Dan tentu saja solusi itu hanya bisa didapatkan dari upaya berembuk,
duduk bersama, membincangkan persoalan ini untuk saling memahami satu sama lain
dan menemukan titik temu. Apalagi melihat kondisi Mahasiswa hari ini yang
begitu bersemangat turun ke jalan untuk melakukan aksi demonstarsi yang tak
jarang berujung bentrok dengan aparat. Sehingga apa yang sebenarnya ingin
disampaikan Mahasiswa sebagai bentuk keresahannya atas sebuah kebijakan yang
dinilainya tidak pro rakyat justru mendapat antipati dari aparat kepolisian
yang seharusnya bisa mengayomi masyarakat, termasuk Mahasiswa. Namun aksi
Demonstrasi dari Mahasiswa juga harus diakui terkadang mengganggu fasilitas
umum, utamanya memacetkan lalu lintas yang dimana membuat pengendara pengguna
jalan merasa tidak senang, sehingga tak jarang masyarakat mengutuk aksi ini
yang sebenarnya dilakukan dengan niat memperjuangkan hak masyarakat untuk
mendapat kebijakan yang pro atas mereka (rakyat).
Sehingga
berdasarkan hal tersebut di atas, harus ada upaya untuk mengadakan ‘Dialog
Interaktif’ dengan mengundang Mahasiswa perwakilan Lembaga Kemahasiswaan dalam
mengurai keresahan mereka terhadap isu kenaikan BBM ini. Dialog ini berupaya
menghadirkan perwakilan pihak pemerintah untuk bisa menjelaskan alasan detail
pemerintah sehingga menaikkan harga BBM. Mengundang pihak Ekonom untuk bisa
membincangkan rumusan apa yang harus diambil oleh Pemerintah dan masyarakat
yang bisa mewakili dua kubu yang pro dan kontra. Kami sangat berharap bahwa
dialog interaktif ini dikemas dalam Seminar Nasional untuk membincangkan
permasalah isu kenaikan BBM secara intelektual dengan membenturkan segenap
gagasan-gagasan yang ada dalam melahirkan kesepahaman terkait isu kenaikan
harga BBM ini. Karena Rencana menaikkan harga BBM boleh saja
ditentang oleh mahasiswa, namun jauh lebih penting bagi mahasiswa untuk
memahami secara baik dan terukur parameter-parameter ekonomi yang dapat
dikalkulasikan mengapa pemerintah harus menaikkan harga bahan bakar minyak demi
kepentingan jangka panjang negara. Kita tentu saja tidak ingin minyak dan gas
bumi yang kita hasilkan dan dijual kemudian dikembalikan menjadi asap di
knalpot kendaraan secara sia-sia tanpa dapat dimanfaatkan secara maksimal serta
bernilai strategis bagi kepentingan nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar