Jumat, 07 November 2014

Pantaskah Pemerintah Memangkas Subsidi BBM?


Indonesia baru saja memasuki babak baru pemerintahan setelah resmi dilantiknya Bapak Joko Widodo-Muh. Jusuf Kalla sebagai presiden-wakil presiden periode 2014-2019 mendatang. Hanya saja, di tengah eforia kebahagian masyarakat yang mengharapkan masa depan baru dari pemerintahan baru tiba-tiba dicemari oleh sebuah pemberitaan hangat mengenai isu kenaikan harga Bahan Bakar Minya (BBM) akibat dipangkasnya subsidi BBM oleh pemerintahan baru ini. Isu ini telah dilontarkan sendiri oleh pemerintah dan menjadi komsumsi hangat bagi hampir seluruh masyarakat di negeri ini.

Isu kenaikan harga BBM telah mendapat perhatian dari hampir semua kalangan masyarakat Indonesia semenjak isu ini bergulir beberapa bulan lalu. Dari akademisi, mahasiswa, ekonom bahkan ‘masyarakat bawah’. Menjadi tersedot perhatiannya terhadap isu ini. Apalagi, isu ini telah sering diberitakan media-media baik cetak maupun elektronik. Dalam menanggapi isu ini ada yang pro dan ada pula yang kontra atas isu kenaikan ini.


Bagi yang pro terhadap kebijakan pemotongan subsidi BBM beralasan bahwa memang pemerintah harus bisa memangkas subsidi yang diperuntukkan untuk BBM ini lantaran jumlah pemakai BBM Subsidi adalah pabrik-pabrik industri, kendaraan bermotor yang 80 % merupakan masyarakat menengah ke atas. Artinya hanya sekitar 20 %  masyarakat bawah yang menikmati subsidi BBM ini. Sehingga hal ini dianggap membebani anggaran untuk menyubsidi masyarakat mampu, dimana BBM itu hanya keluar di asap knalpot mobil dan pabrik mereka. Sementara jumlah anggaran subsidi BBM ini bisa dialokasikan pada sektor pembangunan penyejahteraan masyarakat yang dinilai lebih akan mengena kepada masyarakat bawah.

Sementara bagi yang kontra, menganggap bahwa Isu kenaikan BBM ini berdampak sitemik pada kondisi perekonomian kita. Mereka beranggapan bahwa akan terjadi ‘efek domina’ jika benar harga BBM jadi dinaikkan. Hal ini didasarkan pada akan meningkatnya biaya produksi bagi produsen yang menggunakan BBM sebagai bahan produksinya, begitupun dengan proses distribusi yang juga akan meningkat sehingga tentu akan mempengaruhi harga barang dan jasa yang beredar di masyarakat. Hal inilah yang secara tidak langsung ikut mengangkat tingginya harga kebutuhan yang dimana tentu saja akan sangat dirasakan oleh masyarakat ekonomi rendah.

Pro dan Kontra yang ada ini tentu menyedot banyak energi bagi kita semua. Dan hanya akan terus saling berhadap-hadapan tanpa menemukan solusi yang saling mampu dipahami semua pihak jika terus dibiarkan. Karena jika benar BBM akan dinaikkan maka tentu masyarakat yang kontra tadi takkan mampu memahami kenapa pemerintah menaikkan ini. Padahal tujuan dari pemerintah yang selalu mereka dengungkan juga adalah untuk kepentingan masyarakat, bahkan memangkas subsidi BBM ini juga merupakan upaya mengalokasikan anggaran lebih tepat mengena langsung ke masyarakat rendah.

Olehnya itu, Kami melihat ini sebagai suatu permasalahan yang harus segera dicarikan solusinya. Dan tentu saja solusi itu hanya bisa didapatkan dari upaya berembuk, duduk bersama, membincangkan persoalan ini untuk saling memahami satu sama lain dan menemukan titik temu. Apalagi melihat kondisi Mahasiswa hari ini yang begitu bersemangat turun ke jalan untuk melakukan aksi demonstarsi yang tak jarang berujung bentrok dengan aparat. Sehingga apa yang sebenarnya ingin disampaikan Mahasiswa sebagai bentuk keresahannya atas sebuah kebijakan yang dinilainya tidak pro rakyat justru mendapat antipati dari aparat kepolisian yang seharusnya bisa mengayomi masyarakat, termasuk Mahasiswa. Namun aksi Demonstrasi dari Mahasiswa juga harus diakui terkadang mengganggu fasilitas umum, utamanya memacetkan lalu lintas yang dimana membuat pengendara pengguna jalan merasa tidak senang, sehingga tak jarang masyarakat mengutuk aksi ini yang sebenarnya dilakukan dengan niat memperjuangkan hak masyarakat untuk mendapat kebijakan yang pro atas mereka (rakyat).

Sehingga berdasarkan hal tersebut di atas, harus ada upaya untuk mengadakan ‘Dialog Interaktif’ dengan mengundang Mahasiswa perwakilan Lembaga Kemahasiswaan dalam mengurai keresahan mereka terhadap isu kenaikan BBM ini. Dialog ini berupaya menghadirkan perwakilan pihak pemerintah untuk bisa menjelaskan alasan detail pemerintah sehingga menaikkan harga BBM. Mengundang pihak Ekonom untuk bisa membincangkan rumusan apa yang harus diambil oleh Pemerintah dan masyarakat yang bisa mewakili dua kubu yang pro dan kontra. Kami sangat berharap bahwa dialog interaktif ini dikemas dalam Seminar Nasional untuk membincangkan permasalah isu kenaikan BBM secara intelektual dengan membenturkan segenap gagasan-gagasan yang ada dalam melahirkan kesepahaman terkait isu kenaikan harga BBM ini.  Karena Rencana menaikkan harga BBM boleh saja ditentang oleh mahasiswa, namun jauh lebih penting bagi mahasiswa untuk memahami secara baik dan terukur parameter-parameter ekonomi yang dapat dikalkulasikan mengapa pemerintah harus menaikkan harga bahan bakar minyak demi kepentingan jangka panjang negara. Kita tentu saja tidak ingin minyak dan gas bumi yang kita hasilkan dan dijual kemudian dikembalikan menjadi asap di knalpot kendaraan secara sia-sia tanpa dapat dimanfaatkan secara maksimal serta bernilai strategis bagi kepentingan nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.