Rabu, 08 Maret 2017

Apa Jadinya Dunia Tanpa Per(t)empuan

Apa Jadinya Dunia Tanpa Per(t)empu(r)an?

Ini sebuah pertanyaan yang klasik dan pasti pernah dipikirkan. Andai saja Tuhan menciptakan lelaki saja, tak ada perempuan. Mungkin takkan ada pertempuran.

Banyak yang menduga bahwa kasus pembunuhan pertama yang dilakukan putra Adam terhadap saudaranya sendiri dikarenakan perkara perempuan. Ada kecemburuan Qabil terhadap Habil, katanya. Seperti itu pulalah yang diduga pemicu perang dunia pertama juga karena perempuan. Kenapa perempuan lekat dengan pertempuran?

Ataukah kita bisa mengajukan sebuah pertanyaan keraguan teologis, andai Perempuan tak pernah tercipta mungkin mungkin Adam akan tetap di Surga, Iblis takkan menggodanya. Hawalah yang tergoda lebih dulu, lalu menggoda Adam memakan buah terlarang.

Tapi, andai kata perempuan tak pernah ada. Mungkinkah dunia menjadi indah tanpa adanya perempuan? ataukah tanpanya tetap akan terjadi pertempuran?

Entahlah, siapa yang bisa menduga. Tak pernah ada sebelumnya sebuah daerah yang hanya dihuni lelaki saja. Ya, bagaimana mungkin bisa terjadi jika tak ada perempuan-perempuan yang mengandung untuk berkembang biak. Jadi, apakah benar perempuan-perempuan itu yang mengandung pertempuran lahir ke dunia?

Bayangkan jika tak ada mereka. Mungkin tak akan lahir seorang Qabil yang membunuh saudaranya Habil. Namun apakah Adam akan bahagia? mungkin saja. Bahagia yang tak sempurna.

Katanya, perempuan tercipta dari rusuk lelaki menurut sebuah teologi agama. Dalam Budaya Bugis (entahlah di budaya yang lain), badik (senjata) dipercaya adalah tulang rusuk lelaki. Apakah teologis perempuan dalam agama bisa disamakan dengan filosofis badik dalam budaya bugis, sehingga perempuan memang selalu seraya senjata (pertempuran)?

Hahaha…

Lalu, apa jadinya dunia tanpa perempuan?

Mungkin lelaki akan membelah diri untuk tidak punah.

Perempuan adalah perhiasan dunia. Tanpa perhiasan pasti dunia akan biasa biasa saja. Hidup jadi kurang menyenangkan.

Selamat Hari Perempuan Internasional.

Sayangi perempuanmu, sebagaimana menyayangi rusukmu. Anggap saja ia rusukmu, pelindung hati dan jantungmu untuk tetap hidup.
(Sebuah catatan di 2017, menyambut Hari Perempuan Internasional)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.