Jumat, 10 Februari 2017

Reinkarnasi Cinta

Saya tak bisa mengendalikan perihal apa yang berlalu diantara waktu. Namun tak pula elok memandang diri layaknya setangkai ranting yang mengalir mengikuti arus tanpa ada daya mengayuh. Mungkin benar, hanya ikan mati yang berenang mengikuti arus.

Tapi seranting itu tak benar-benar mati. Setidaknya ia masih menyimpan kenangan dari pohon yang ditumpanginya. Mengalirnya bersama arus bukan karena tak membuatnya berdaya, tapi kenangan itu masih menggenang di kanbium mungilnya. Mungkin masih lekat ingatan bagaimana dulu dedaunan bertengger pada dirinya.

Kelak, reranting itu akan menjadi seekor ikan. Ia akan berenang melawan arus menjumpai pohon tempatnya menumpang tangkai. Berenang diantara akar-akar yang menjulang ke bibir sungai yang berlumpur.

Ikan yang berenang di musim semi menyaksikan bebunga mekar merekah mewangi. Bunga adalah ranting dalam bentuk lain. Sebagaimana ikan yang berenang di bibir sungai tempat akar itu menjuntai menyambungkan kembali ingatan tentang ranting yang jatuh.

Seperti kata seekor singa pada kekasihnya, 'aku akan mencintaimu hingga kata cinta tak lagi ada di dunia ini'.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.