Selasa, 05 Juli 2016

AHOK, AHER dan Pelarangan Takbir Keliling

Pelarangan takbir keliling akhirnya menjadi isu yang dipolitisasi atas nama agama. Di Jakarta 'Pelarangan Takbir Keliling' bukan kali ini saja. Sebenarnya Gubernur DKI sebelumnya pun melarang dikarenakan hampir setiap takbir keliling terjadi aksi tawuran antar warga. Mengganggu dan membuat kemacetan.

Tapi, hari ini semua berubah karena Gubernurnya adalah Ahok. Bukan Aher yang dianggap beriman karena berhasil menganggarkan dana 1 trilliun rupiah untuk bangun mesjid mewah sebagai solusi bagi wilayahnya Jawa Barat yang menjadi Provinsi Miskin di Indonesia. Aher adalah muslim, bahkan dianggap ustadz oleh pemuja rahasianya. Saat Aher sedih mencari dana untuk tambahan penanganan sampah, Ahok diserang bertubi-tubi karena membebaskan lahan untuk dibangun RS khusus kanker.

Salahnya Ahok adalah dia bukan muslim sehingga setiap kebijakannya dianggap untuk mendeskriditkan islam. Pelarangan Takbir Keliling yang sebenarnya (harusnya) dianggap bid'ah bagi mereka yang teriak karena tak pernah dicontohkan Nabi Saww takbir keliling dengan konvoi pakai unta menjelang Idul Fitri, ini tetap menjadi salah Ahok.

Anehnya, mereka yang teriak (nyinyir) itu menutup mata atas apa yang juga menjadi kebijakan Aher di Jawa Barat. Disana masyarakat muslim pun diminta takbir di masjid saja, tidak dianjurkan konvoi. Lebih aman dan tidak mengganggu. Itu karena Aher adalah muslim. Dia tak bersalah. Dia menjadi [di]BENAR[kan].

Takbir keliling juga ikut disandingkan dengan tahun baru, cap gomeh dll. Mereka lupa bahwa tahun baru, cap gomeh dll itu (dianggap oleh mereka sebagai pekerjaan orang kafir). Lalu mereka seakan tak ingat tentang dalil yang sering diteriakan ini "barangsiapa mengikuti suatu kaum, maka dia serupa kaum itu".

Mereka menuntut begini, 'masa tahun baru boleh, cap gomeh boleh, perayaan barongsai dll boleh, takbir keliling 'tidak' boleh'. (Kelihatan khan siapa yang malah ngotot mau meniru kegiatan yang dianggap kebiasaan kaum kafir oleh mereka sebdiri).

Yah, kembali lagi bahwa satu-satunya alasan 'logis' (bagi mereka) adalah karena di DKI itu Gubernurnya AHOK, bukan AHER. Ahok kafir dan Aher muslim. Meskipun dengan kebijakan yang sama, AHOK SALAH dan AHER BENAR.

Semakin kelihatan bukan bagaimana cara mereka beragama? Mengaku muslim tapi selalu menyandarkan penilaian terhadap orang lain dengan prasangka buruk mereka. "Ahok melarang takbir keliling, ingin mengucilkan islam".

Betapa primitifnya mereka beragama seperti kata August Comte. Sangat politis seperti menurut Karl Max. Dan hanya dibibir saja seperti kata Tuhan.

"Janganlah karena kebencianmu terhadap sesuatu, membuatmu tidak berlaku adil".


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.