Jumat, 03 Juni 2016

CSR PT. Semen Tonasa, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang Setengah Hati

CSR, Dana Sosial Perusahaan yang Setengah Hati

Bukan lagi sesuatu hal yang baru persoalan CSR ini. Saya pernah menuslikan bahwa perusahaan semen yang berdiri tepat di depan rumahku (hanya berjarak beberapa kilo meter saja ke timur) itu tidak memenuhi tanggung jawab sebagaimana seharusnya. Puluhan tahun berdiri dan masyarakat sekitar kampungku tak pernah terdengar bangga memiliki perusahaan semen di daerahnya. Kalaupun ada hanya segelintie saja yang merasakannya. Kalau bukan karyawannya, mungkin yang bersentuhan dengan itu.

Saya sebenarnya sedikit lucu.
Pernah suatu ketika saya ingin menyebar kuesioner (tak kesampaian) ke warga untuk menjadikannya bukti administratif bahwa warga memang tak begitu merasakan dampak dari berdirinya perusahaan semen itu. Adapun yang dirasakan hanyalah butiran debunya yang tersesat tak tahu arah jalan pulang...

"Setidaknya saya pernah berjuang" kataku berusaha menghibur diri atas apa yang sebenarnya belum (sepenuhnya) saya lakukan. Sedikit merasa sedih saat musim kemarau datang dimana debu-debu berterbangan jelas di atas atap-atap rumah, masuk di lantai. Kalau ada yang tak percaya, maka datanglah ke desaku. Disana setiap atap rumah yang dari seng akan terlihat kokoh dibaluti debu semen yang menempel mesra.

Hal lain yang mungkin pernah dilakukan perusahaan itu adalah pembagian sembako murah, pemeriksaan kesehatan gratis dan beberapa sumbangan lainnya. Tapi rasanya nuraniku selalu bilang itu masih sangat sedikit dari keuntungan yang mereka hasilkan setiap tahunnya dari jutaan sak semen yang dijual. Sangat amat sedikit jika dibanding dengan debu yang terhirup hampir setiap desah nafas masyarakat.

Saya tak tahu sudah berapa banyak keuntungan dikantongi mereka. Tapi berdirinya pabrik tonasa 5 menjadi bukti perusahaan ini benar-benar mendulang emas dari batu kapur dan silika di daerahku. Setiap hari saat bunyi sirine lewat tengah hari, gunung kaour itu kembali dibom untuk dihancurkan. Semua orang di desa pasti tahu itu.

Akhirnya, aksi siang tadi dari Kelompok mahasiswa kembali menyentakku untuk bernostalgia tentang apa yang (belum) saya tuntaskan. CSR perusahaan ini memang harus ditransparansikan pengelolaannya kepada masyarakat. Bukan hanya dengan data di atas kertas sebagai laporan kepada manajemen mereka dan pemerintah. Atau jangan-jangan pengelola dana CSR, manajemen dan pemerintah (termasuk legislatif) telah berselingkuh satu sama lain hingga sengaja menutup mata untuk membicarakan persoalan ini. Entahlah....

Tapi, nantinya saat memasuki bulan ramadhan. Manajemen perusahaan ini akan tampil di TV*I untuk mengucapkan selamat berbuka puasa. Sebuah ucapan berulang-ulang selama (kurang-lebih) 30 hari. Ucapan yang tentunya menghabiskan biaya penayangan yang tidak sedikit (jika dilihat dari kacamata masyarakat penghisap debunya). "PT. Semen Tonasa mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa/selamat menantikan waktu berbuka puasa". Kapan yah, mereka tampil di TV untuk menayangkan ucapan seperti ini, "PT. Semen Tonasa mengucapkan selamat menikmati debunya"....

Yah...
Mungkin sedikit mengutip kata Tuhan...
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula"...
Dzarrah itu lebih kecil dari debu yang berterbangan. Dan coba kalikan berapa banyak debu yang berterbangan dan tidak dibalas oleh Perusahaan itu kepada masyarakat? Mungkin kelak Tuhan bisa membalasnya...

Bersabarlah rakyat yang setiap hari menghisap debunya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.