Tepat memasuki 1 januari 2015 harga BBM turun. Meskipun tak kembali ke harga sebelum naiknya yakni Rp. 6.500.
Tentu
saja tak ada aksi demonstrasi, lantaran harganya diturunkan. Tapi ada
yang bilang bahwa itu adalah hasil perjuangan mereka yang melakukan
demonstrasi dua bulan terakhir. Apa 'iya' demikian? Ataukah memang tanpa
aksi demontsrasi itu pemerintah memang sudah merencanakan ini dan
mempersiapkannya?
Apapun
hasil analisanya, poin penting yang harus diambil adalah bahwa apa yang
ditakuykan oleh para demonstran yang menolak harga BBM naik ternyata
tidak benar-benar terjadi. Meskipun memang ada keikutsertaan harga
barang dengan naiknya harga BBM ketika itu. Tapi tidak ada rakyat yang
sampai tercekik dan sengsara sebagaimana kekhawatiran para demonstran
yang karenanya sampai menghalalkan tindakan anarkis.
Apa
yang disajikan oleh demonstran pada waktu itu justru malah membuat
suasana jadi mencekam. Hampur setiap hari dalam seminggu jalan raya jadi
padat dan macet yang membuat pengguna jalan sengsara. Fasilitas umum
banya dicoreyi bahkan dirusak. Bentrokan terjadi antara demonstran
dengan warga dan aparat. Bahkan parahnya sampai trrjadi pemukulan
membabi buta dan korban tewas.
Hal
yang membuatnya ironis adalah yang melakukan aksi demonstrasi itu
adalah mengaku kaum intelektual. Apalagi menyandang gelar mahasiswa yang
katanya kritis. Namun yang terjadi adalah malahan tindakan yang diambil
oleh mereka adalah hanya berasal dari asumsi perasaan kekhawatiran
tentang efek naiknya harga BBM. bukan berdasarkan asumsi bahwa itu
adalah kebijakan yang memang 'urgent' untuk diambil. Dan mereka tak
mencoba melihat upaya yang ditawarkan pemerintah waktu itu terhadap
permasalahan kenaikan harga. Seakan ada kebencian yang begitu kuat bahwa
apa yang dilakukan oemerintah terhadap harga BBM adalah sesuatu yang
salah dan harus dilawan.
Hanya
saja, beberapa bulan ini sudah terbukti bahwa kondisi perekonomian
masyarakat hampir dikata tetap stabil meskipun diawal kenaikan harga BBM
memang sedikit mengalami goncangan. Tapi apa yang dihasilkan dari
kebijakan itu pun ikut terbukti.
1.
Negara bisa menghemat anggaran yang nilainya trilliunan rupiah dengan
memangkas subsidi BBM sehingga tak jadi meminjam untuk menambah pos
anggaran perubahan yang memang untuk anggaran subsidi BBM sudah habis.
2. Pemerintah telah mengupayakan untuk pengalokasian anggaran subsidi untuk sektor produktif ke berbagai wilayah negara yang tidak didominasi di daerah jawa saja.
3. Dipangkasnya subsidi membuat beberapa mafia migas kehilangan ladang rupiah lantaran tak lagi terjadi divaritas harga BBM dengan negara-negara tetangga sehingga mereka yang ingin menyelundupkan BBM ke luar negeri justru akan mengalami kerugian oada biaya distribusi lantaran harga memang hampir sama dan selisihnya tinggal sedikit.
3. Industri-industri dan mobil mewah orang kaya akhirnya banyak yang lebih memilih memakai pertamax dimaan harganya tidak jauh berbeda dengan harga premium. Bahkan sudah mulai banyak masyarakat yang ikut menggunakan pertamax. Hal itu akan cukup menarik dimana masyarakat bisa distimulus untuk secara perlahan beralih ke pertamax dan meninggalkan pemakaian premium yang ternyata memang menghabiskan 'cost production' yang cukup besar hanya untuk mengolah kembali dengan menurunkan oktannya ke premium.
4. Dalam suasana naiknya harga BBM membuat masyarakat sadar betapa pentingnya energi bagi kemajuan bangsa. Dan melihat cadngan energi BBM kita yang tidak banyak membuat pemerintah dipaksa memikirkan solusi-solusi jangka panjabg dati hanya sekedar menyenangkan hati masyarakat untuk tidak menaikkan BBM.
2. Pemerintah telah mengupayakan untuk pengalokasian anggaran subsidi untuk sektor produktif ke berbagai wilayah negara yang tidak didominasi di daerah jawa saja.
3. Dipangkasnya subsidi membuat beberapa mafia migas kehilangan ladang rupiah lantaran tak lagi terjadi divaritas harga BBM dengan negara-negara tetangga sehingga mereka yang ingin menyelundupkan BBM ke luar negeri justru akan mengalami kerugian oada biaya distribusi lantaran harga memang hampir sama dan selisihnya tinggal sedikit.
3. Industri-industri dan mobil mewah orang kaya akhirnya banyak yang lebih memilih memakai pertamax dimaan harganya tidak jauh berbeda dengan harga premium. Bahkan sudah mulai banyak masyarakat yang ikut menggunakan pertamax. Hal itu akan cukup menarik dimana masyarakat bisa distimulus untuk secara perlahan beralih ke pertamax dan meninggalkan pemakaian premium yang ternyata memang menghabiskan 'cost production' yang cukup besar hanya untuk mengolah kembali dengan menurunkan oktannya ke premium.
4. Dalam suasana naiknya harga BBM membuat masyarakat sadar betapa pentingnya energi bagi kemajuan bangsa. Dan melihat cadngan energi BBM kita yang tidak banyak membuat pemerintah dipaksa memikirkan solusi-solusi jangka panjabg dati hanya sekedar menyenangkan hati masyarakat untuk tidak menaikkan BBM.
Dari
beberapa bukti yang ada seharusnya kita senua sadar bahwa apa yang
dilakukan pemerintah hari ini adalah upaya terbaik unyuk menyelamatkan
negara dalam proses jangka panjang. Karena akan lebih mudah pemerintah
mengambil keputusan untuk tidak memangkas subsidi BBM pada waktu itu dan
menjaga citra dirinya di mata nasyarakat. Tapi sekali lagi itu adalah
'urgent' dan tak pilihan lain yang dianggap lebih baik dari kebijakan
memangkas subsidi.
Namun
yang masih aneh sampai hari ini adalah masih adanya sebagian masyarakat
yang menganggap bahwa "Turunnya harga BBM adalah pencitraan dari
Jokowi". (Ini sangat lucu).
Bagi
penulis, jika Jokowi dari awal mau pencitraan dengan memainkan harga
BBM maka seharusnya dia tak perlu memangkas subsidi sehingga BBM naik
sebagaimana yabg diinginkan masyarakat ketika itu. Lagi pula, apa iya
seorang yang niatnya dari awal melakukan pencitraan harus memulai dengan
menghacurkan 'citranya' lebih dulu. Bukankah ketika Jokowi memutuskan
menaikkan BBM membuat banyak amsyarakat pendukungnya kecewa? Tapi itulah
Jokowi. Dia harus berani menelan pil pahit itu untuk rencana jangka
panjang bagi negara. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar