Rabu, 18 Januari 2017

Belajar dari Anak Penjaja Koran

'Latif' itu yang disebutnya saat saya menanyakan namanya. Dia bersekolah di SMP, kelas tujuh (dua). Sore hari sepulang sekolah dia menjajakan koran di pertigaan lampu lalu lintas hertasning (Depan Gedung DPRD Kota Makassar).

Kenapa saya memosting gambarnya?
Saya kagum pada sosok anak ini. Anak belia usia sekolah yang rela menjajakan koran sepulang sekolah untuk membantu ekonomi keluarganya. Betapa hebatnya dan kuat mental anak ini. Sebuah kegiatan yang tentunya sebagian besar dari kita takkan (mau) sanggup melakukannya.

Saya teringat dengan diriku sendiri yang sampai usia kuliah sebagai mahasiswa masih mengharap dan diberi uang kuliah (sekolah) oleh orang tua. Tapi, anak ini di usianya yang masih belia dia telah mampu membantu ekonomi keluarganya. Dia tak mengeluh atau sekadar menjadi peminta-minta di jalanan dengan berharap belas kasih. Dia bekerja menjajakan koran yang dari keuntungannya dia mendapat upah.

Saya akhirnya sengaja untuk bisa setiap hari lewat di jalan ini hanya untuk bisa menjumpai Latif. Melihat senyum dan semangatnya yang tak pudar meski petang akan datang menyergapnya. Sesekali saya sengaja sisihkan uang untuk bisa membeli koran yang dijajakannya.

Latif, dia adalah guru bagiku. Mungkin bagi kita semua.
Seorang anak yang kuat di masa kecilnya. Semoga dia selalu sehat dan kelak bisa memberikan lebih untuk orangtua dan keluarganya.

"Saya hafalmi plat'ta kak", katanya dengan senang saat sadar kalau saya sengaja untuk bisa selalu menemuinya setiap hari di bawah lampu yang menyala merah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah, kemudian menuliskannya kembali. Buatlah sesuatu untuk dikenang.